webnovel

Bagian 29 (Pelanggaran?)

.

.

"Di mana ruangan bos kalian Yoga?Suruh dia keluar! Jangan jadi pengecut!"

.

.

***

Yoga sudah berpakaian. Dia duduk di sofa apartemen milik Christy, dengan mata memejam dan pikiran yang lebih jernih.

Ada yang benar-benar salah dengannya semalam. Dia memang agak lelah karena rapat berlangsung begitu lama hingga larut malam, tapi dia dalam keadaan sehat bugar ketika tiba di bar.

Lalu beberapa menit setelah itu, dia ...

Tubuh Yoga menegang. Matanya terbuka. Minuman itu! Jus jeruk itu sudah disiapkan Christy sebelum dia datang. Semuanya dimulai dari minuman itu! Tangannya mengepal.

DASAR WANITA BRENGSEK!!! makinya dalam hati.

Yoga mengambil vas bunga di meja dan melemparnya ke dinding hingga vas kaca itu pecah dengan serpihan terserak di lantai.

Beberapa pajangan logam di rak, tak luput dilempar Yoga ke mana pun yang dia mau. Bahkan lemparannya mengenai televisi dan memecahkan layarnya.

Setelah merasa puas, Yoga membetulkan posisi dasinya, merapikan rambut dan pergi keluar dari ruangan itu. Dia bahkan tidak mengunci pintunya. Sebodo amat, pikirnya.

***

Sesampainya di kantor, Yoga mengirimkan pesan yang singkat ke Christy.

KITA PUTUS!

Christy berusaha meneleponnya beberapa kali. Tapi Yoga sudah mem-block nomor mantan pacarnya itu. Dia tidak sudi lagi bicara, apalagi melihat muka Christy. Wanita itu sudah di-BLACKLIST dalam kehidupannya.

Christy rupanya luar biasa sibuk hari itu hingga keesokan harinya dia baru pulang ke apartemennya. Wanita itu marah besar melihat kerusakan yang ada di sana. Ulah siapa lagi kalau bukan BOCAH GENDENG itu? YOGA!! Pasti dia! tuduh Christy yakin.

Siang itu Christy segera berangkat ke kantor Yoga. Gedung lima belas lantai itu nampak modern dengan lapisan kaca berwarna biru langit. Sepasang pintu kaca otomatis terbuka saat sepatu hak tinggi Christy melangkah memasuki lobi. Dia menghampiri meja resepsionis. Ini adalah pertama kalinya dia mendatangi kantor Yoga. Sebelumnya dia hanya pernah menunggu Yoga di dalam mobil, saat Yoga sedang mengambil barang yang tertinggal di kantor.

Wanita muda berambut pendek itu tersenyum ramah melihat kedatangan wanita bertubuh tinggi semampai di depannya.

"Selamat siang. Ada yang bisa dibantu?" sapa sang staf front liner.

Christy melepas kaca mata hitamnya. Dia sama sekali tidak membalas senyum resepsionis itu.

"Aku mau ketemu sama bos kalian, Yoga Pratama! Kasih tau dia, Christy datang mencarinya!"

***

Suara ketukan pintu membuat perhatian Yoga teralihkan dari dokumen di mejanya.

"Ya. Masuk," sahut Yoga.

Pintu terbuka. Mieke memasuki ruangan. Wanita berusia 30-an itu adalah sekertaris pribadi Yoga.

"Pak Yoga, di lobi ada wanita bernama Christy ingin menemui Bapak. Resepsionis sudah bilang kalau dia tidak bisa ketemu Bapak tanpa buat janji dulu, tapi dia tetap ngotot, Pak," lapor Mieke.

Alis Yoga berkerut. Ternyata wanita sialan itu berani datang ke sini, pikirnya.

"Aku gak mau ketemu dia! USIR DIA!!" bentak Yoga galak.

Mieke seperti ingin berusaha menjelaskan sesuatu, bahwa staf-staf di bawah mulai kewalahan menghadapi wanita nekat ini. Dia kasihan pada teman-temannya di bawah. Tapi mendengar jawaban tegas dari Yoga, Mieke tidak berani, dan akhirnya menunduk sopan.

"Baik Pak. Permisi," kata Mieke sopan.

Belum sempat Mieke melangkahkan kaki keluar dari ruangan Yoga, terdengar suara wanita marah-marah dengan nada tinggi dari luar ruangan.

"Mana bocah gila itu?? Di mana ruangan bos kalian Yoga?? Suruh dia keluar!! Jangan jadi pengecut!"

Yoga berdiri dari kursinya dan berjalan ke luar ruangan. Wanita ini benar-benar EDAN! rutuknya.

Mereka akhirnya bertemu di koridor kubikal. Ada banyak staf di sana yang tadinya duduk di kursi mereka masing-masing, kini berdiri dan melirik penasaran ke arah bos mereka dan tamu wanitanya yang marah-marah.

Terdengar bisik-bisik di antara staf wanita.

"Psst. Dia bukannya peragawati itu, ya? Yang namanya Christy, 'kan?"

"Masa'? Pacarnya si bos? Wuih!"

Seorang staf wanita dan seorang staf keamanan menahan tangan Christy, tapi wanita ini begitu marah, sehingga mereka tak kuasa mencegahnya masuk.

Begitu melihat Yoga muncul dari ruangannya, Christy melepas paksa genggaman kedua orang yang mengapitnya. Dia melangkah mendekati Yoga dan berhenti saat jarak di antara mereka sudah sangat dekat.

"Heh bocah gila! Kamu mau aku ngamuk-ngamuk di sini atau kita keluar cari tempat lain?" kata Christy dengan volume suara dikecilkan.

Di luar perkiraannya, Yoga tiba-tiba menarik dagu Christy dengan tangannya. Beberapa staf Yoga menutup mulut mereka, terkejut dengan gerakan Yoga yang mengancam Christy dan nampak agak kasar.

"Dengar, wanita sialan! Aku gak mau berurusan lagi denganmu! Kalau kamu gak mau kulaporkan ke polisi, lebih baik kamu pergi sekarang juga!!" maki Yoga dengan suara tertahan.

Christy memukul tangan Yoga dan menepisnya hingga dagunya terlepas.

"Uhh ... keparat! Kamu yang harusnya kulaporkan ke polisi! Beraninya kamu mengacak-ngacak seisi apartemenku!! Kamu pikir berapa nilai kerusakan yang sudah kamu buat??" ujar Christy dengan wajah memerah menahan luapan emosi.

"Bawakan aku buku cek-ku," kata Yoga menoleh pada sekertarisnya.

Dalam beberapa detik, Mieke kembali dan memberikan buku cek lengkap dengan pulpennya. Yoga menulis dengan cepat sebuah nominal yang nilainya lebih dari seluruh furnitur di apartemen Christy. Dia merobek kertas cek itu dan dengan kasar melemparnya ke wajah Christy.

"NIH!! Ambil! Itu sudah lebih dari yang seharusnya kubayar!" kata Yoga ketus.

Christy sempat berteriak terkejut, tak menyangka Yoga akan melempar kertas itu ke wajahnya.

Tubuhnya gemetar menahan kesal. "Dasar bocah sial!! Aku gak butuh uangmu! Kamu pikir aku sama dengan wanita-wanita kebanyakan di luar sana?? Enggak sekalipun aku pernah bermanja-mana minta uang atau barang apapun darimu! Yang aku mau adalah permintaan maafmu!"

Christy mendekat dan berbisik, "berlutut di depanku, minta maaf. Dan aku gak akan nyebarin kelakuan sintingmu mengobrak-abrik apartemenku!"

Yoga tersenyum sinis dan menatapnya tajam. "Berlutut? Yang bener aja. Coba aja lapor polisi, sana. Aku sudah pegang rekaman CCTV di bar. Masukin obat ke dalam minuman orang lain itu tindakan kriminal, kamu tau?" ancam Yoga.

Mata Christy terbelalak. Dia tak menyangka kalau Yoga akan bertindak sejauh itu. Tangannya mengepal. Kesal luar biasa. Tapi dia tahu dirinya sudah kalah. Kalau berita itu sampai bocor ke telinga wartawan, tamatlah karir yang telah dibangunnya belasan tahun!

Tangan Yoga mendorong tubuh wanita itu menjauh.

"Pergi sana!! Aku gak mau liat mukamu lagi!" bentak Yoga.

Christy spontan berteriak saat tubuhnya didorong paksa. Wajahnya merah padam. Dia mengacungkan jari tengah ke arah Yoga.

"F*CK YOU!!!"

Umpatan yang sangat kasar yang tak pernah terbayangkan akan dilontarkan oleh seorang peragawati anggun ternama. Wanita itu berbalik badan dan berjalan cepat ke arah lift. Suasana hening, hanya terdengar suara entakan hak sepatu tinggi milik Christy di koridor.

Yoga melihat ke sekelilingnya. Para staf masih terlihat syok sekaligus menikmati drama barusan.

"LIHAT APA KALIAN?? KERJA!!" titah Yoga.

Serempak semuanya duduk kembali di kursi masing-masing dan sok sibuk di depan layar komputer.

***

Pagi itu saat Yoga muncul di meja makan, air muka ayahnya nampak muram. Dan beberapa saat kemudian dia tahu apa penyebabnya.

Lintingan koran dilemparkan Dana di meja.

"LIHAT ITU!!" seru Dana menunjuk ke arah koran dengan dagunya.

Alis Yoga berkerut. Tangannya meraih koran di hadapannya dan melihat berita di halaman pertama. Matanya terbelalak melihat beberapa foto dirinya dan Christy di kantor saat mereka bertengkar kemarin. Di bawah foto-foto itu, sebaris judul terpampang.

Skandal Peragawati Christy Sagatova : VIRAL Rekaman Video Keributan Antara Christy dan Yoga Pratama, Anak Konglomerat pemilik Danadyaksa Corp.

Belum usai keterkejutannya, Dana menekan tombol remote TV yang diarahkannya ke ruang duduk. Siaran yang sedang berlangsung adalah siaran gosip artis ibukota. Seorang wanita cantik dengan dandanan menor sedang membawakan acara itu.

"Dikenal sebagai seorang peragawati yang santun dan anggun, Christy Sagatova membuat kehebohan setelah beredarnya sebuah video pertengkarannya dengan Yoga Pratama, anak seorang konglomerat ibukota, Danadyaksa."

Gambar di layar berganti dengan cuplikan rekaman video amatir. Mata Yoga melebar menatap video amatir itu. Video itu berdurasi sekitar semenit. Dimulai saat Yoga menarik dagu Christy secara paksa, Christy memukul tangan Yoga, Yoga menulis cek dan melemparnya ke wajah Christy, mereka berargumen dengan suara tidak begitu jelas di video, karena mereka agak berbisik di beberapa kalimat yang rahasia. Dan terekam juga saat Yoga mendorong tubuh Christy dengan kasar.

Ditutup dengan gerakan pamungkas ketika Christy mengacungkan jari tengah ke arah Yoga sambil berteriak kencang 'F*CK YOU!'

Yoga menelan ludah. SIALAN! Siapa yang nekat rekam dan sebar video itu?? Karyawan kantor? Tidak mungkin mereka berani! batin Yoga.

Dana menatap Yoga sinis sambil melipat tangan.

"Lihat masalah yang kamu buat! Makanya, kalo pacaran itu jangan sama artis!! Beginilah jadinya! Skandal semacam ini BURUK efeknya buat bisnis kita, Yoga!! Nilai saham kita jatuh per pagi ini!!" omel Dana melipat tangan.

Yoga menundukkan wajahnya. "Maaf, Yah," ucapnya sesal.

Dana mengembuskan napas kasar. "Ya sudahlah! Mau diapain lagi? Udah kejadian. Yang kayak gini sih paling juga sebentar lewat. Nanti kalau mereka sudah bosan dengan berita ini, saham kita bakal naik lagi."

Dana kembali meneruskan makan roti bakarnya, sambil bergumam, "kita berharap aja supaya bentar lagi ada artis bikin masalah apa gitu, biar gosip ini ketutup."

Yoga mengamati ayahnya. Dia menyadari sikap ayahnya melunak padanya. Tepatnya sejak Yoga mengamuk seperti orang kesurupan, setelah melihat undangan pernikahan Erika. Seandainya skandal dengan Christy ini terjadi sebelum peristiwa itu, Dana mungkin minimal sudah memukulinya untuk melampiaskan kesal.

Yoga mengambil roti bakar di atas meja dan mulai makan.

"Jangan khawatir, Yah. Itu gak akan terjadi lagi".

Dana melirik ke Yoga. "Iya. Ingat. Jangan lagi-lagi pacaran sama artis."

"Aku gak akan pacaran sama siapa-siapa lagi," imbuh Yoga.

Pernyataan itu membuat Dana buru-buru menelan sisa makanan di rongga mulutnya.

"Ya gak gitu juga, kali. Kamu 'kan masih muda. Nikmatilah masa mudamu, Yoga. Kamu bercanda 'kan barusan?" tanya Dana memicingkan mata.

Yoga mengunyah roti dengan tatapan kosong. Dia menjawab ayahnya setelah menelan rotinya. "Aku serius."

Dana melongo. Mereka melanjutkan makan dalam diam. Setelah selesai meneguk kopinya, Dana berdiri sambil membawa tas kerjanya.

"Ayo Yoga. Kita berangkat bareng, 'kan?" ajak Dana.

"Ayah duluan aja. Ada yang mau kukerjain sebentar di kamar. Nanti aku nyusul," tolak Yoga halus.

"Oh gitu. Ya udah. Ayah duluan ya."

"Iya, Yah. Sampai ketemu di kantor."

Dana berjalan ke arah teras depan, sambil masih memikirkan kata-kata Yoga barusan.

Gak mau pacaran sama siapa-siapa lagi? Enggak mungkin dia serius, 'kan? batin Dana.

.

.

***