webnovel

Yes or No

Kesunyian merebak memenuhi ruangan, tiada suara apapun selain detik jam dinding yang menandakan bahwa waktu terus berjalan tanpa pernah bisa kita hentikan. Namun kesunyian itu tiba-tiba hilang saat ada dering telepon berbunyi dengan cukup kencang.

"Lo masih belum tidur juga Wan?", tanya Albert yang hampir saja bisa tertidur namun terbangun lagi.

"Gue sudah mau tidur, dan tiba-tiba hp gue bunyi. Sumpah ini gue tidak sengaja untuk bermain hp saat mau tidur", sahut Awan.

"Ya udah angkat dulu itu panggilannya, daripada bunyi-bunyi terus", ujar Albert sambil menguap.

Awan yang sudah mulai mengantuk akhirnya terpaksa untuk bangun lagi. Matanya menatap ke layar handphone untuk melihat siapa yang memanggilnya malam-malam begini.

Setelah mata, hati, dan pikirannya terhubung kembali, betapa terkejutnya dia ketika melihat nama yang ada di layar handphone.

"Pak Yosef?", gumam Awan sembari mengucek matanya untuk memastikan bahwa dia tidak salah lihat.

Tidak salah lagi yang sedang meneleponnya sekarang benar-benar Pak Yosef.

"Mengapa beliau meneleponku malam-malam begini?", gumam lelaki itu lagi.

Albert yang masih belum tidur mendengar perkataan Awan. Dia kemudian menyahut dari atas kasur, "kayanya lo emang gak salah lihat, Wan. Pak Yosef kan memang tinggal di Amerika Serikat, jadi di sana sekarang masih siang atau sore. Buruan angkat, kayanya penting. Gak mungkin kan beliau menelepon jam segini meskipun di sana masih siang?"

Mendengar penjelasan dari Albert, semuanya menjadi masuk akal. Dia sadar bahwa terdapat perbedaan waktu yang sangat signifikan antara di Indonesia dan juga Amerika Serikat. Meskipun beliau tahu kalau di Indonesia sudah dini hari, tapi kalau tetap menelepon pasti ada hal penting dan mendesak yang sangat ingin disampaikan.

"Selamat malam Pak", sapa Awan terlebih dahulu.

"Selamat malam, Wan. Maaf kalau saya menelepon jam segini. Di sana pasti sudah dini hari kan?", ucap Pak Yosef dari seberang telepon.

"Iya Pak, tidak apa-apa. Saya juga belum tidur", kata Awan yang tidak enak hati kalau dia sebenarnya sudah mau tertidur.

Terdengar dari seberang telepon Pak Yosef menghela nafas, pertanda ingin mengatakan sesuatu. Benar saja, hanya berselang beberapa detik, beliau kembali membuka pembicaraan dan langsung ke topik intinya.

"Begini Wan, saya tadi mendapatkan informasi dari Ketua Prodi, kalau akan diadakan penelitian untuk bahan bangunan, seperti bahan-bahannya dan mencoba meneliti apakah bisa membuat bahan bangunan baru yang ramah lingkungan. Beliau mengutamakan mahasiswa yang semester 5. Setelah berdiskusi dengan beberapa dosen, kami menyimpulkan bahwa kamulah yang terpilih untuk ikut dalam penelitian tersebut", ucap Pak Yosef menjelaskan alasannya.

Awan menjadi sedikit bingung, dan belum terlalu mengerti maksud dari perkataan dosen pembimbingnya itu.

"Sejujurnya saya masih belum tahu mengapa saya yang dipilih. Kemudian mengapa hal ini baru diberitahukan sekarang Pak? Saya juga belum pernah mendengar bahwa prodi kita akan mengadakan penelitian", tanya Awan supaya mendapatkan informasi yang lebih jelas lagi.

Pak Yosef terdiam sejenak. Beliau berusaha untuk menyusun kata-kata supaya mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah persepsi.

"Jadi begini, ini juga kesalahan saya yang telat untuk memberitahumu. Seharusnya saya sudah memberitahumu dari beberapa jam yang lalu. Penelitian ini juga baru diberitahukan sekitar sehari yang lalu. Dalam penelitian ini, kita diajak bekerja sama dengan salah satu universitas ternama di luar negeri dan mungkin kamu juga tahu nama universitasnya. Universitas yang mengajak kolaborasi adalah Oxford University. Jadi kalau kamu ikutan dalam penelitian ini, kamu ada kesempatan untuk bisa masuk ke universitas tersebut. Terlebih lagi jika kamu mampu menemukan bahan untuk konstruksi yang ramah lingkungan, ada kemungkinan kamu bisa langsung masuk ke universitas tersebut tanpa tes dan mendapatkan full beasiswa.

Bagaimana, apakah kamu bersedia? Karena saya pernah mendengar bahwa kamu ingin melanjutkan pendidikan ke S2 di Oxford University. Jadi saya rasa ini adalah kesempatan yang bagus untukmu"

Awan terdiam seketika saat mendengarkan penjelasan dari Pak Yosef.

"Kalau boleh tahu, penelitiannya dimulai kapan ya Pak?"

"Dalam 2 minggu ke depan sepertinya Awan, tetapi seperti yang kita tahu, bahwa diperlukannya persiapan dari kita mulai dari belajar dan lain-lain, dan itu membutuhkan waktu sekitar seminggu. Besok kamu diminta untuk bertemu dengan Ketua Prodi kita jam 10.00 pagi untuk membahas hal ini", sahut dosen itu.

Lagi-lagi Awan terdiam. Perasaan senang sekaligus bingung bercampur menjadi satu. Haruskah dia mengambil penelitian ini, atau tetap ke Yogyakarta dan merelakan kesempatan ini? Dia sangat ingin kuliah di Oxford dan ini adalah kesempatannya. Tapi dia juga ingin sekali bertemu dengan Eunike, bekerja sama dengannya, dan menyatakan perasaannya. Sudah dua tahun tidak bertemu, dan dia tidak tahu apakah akan ada kesempatan lagi untuk bertemu dengan orang yang sangat dicintainya itu.

"Baik Pak, saya akan pikirkan terlebih dahulu hal ini. Terimakasih atas informasi yang diberikan", jawab Awan dengan nada biasa saja yang cenderung lemas.

"Okay Wan, terimakasih atas waktunya dan maaf kalau sudah mengganggu jam tidurmu. Ingat, kami para dosen akan sangat senang kalau kamu bisa ikutan dalam penelitian ini", ucap Pak Yosef seraya menutup telepon.

Suasana hening kembali memenuhi ruangan. Meskipun begitu, pikiran lelaki itu menjadi sangat ramai dipenuhi beragam pertanyaan. Seakan sekarang ada dua kubu di dalam dirinya yang saling beradu argument.

"Pilihan yang berat ya Wan", ucap Albert yang sedari tadi memang sengaja mendengarkan percakapan antara dosen dan mahasiswa itu.

"Lo belum tidur Bert?", tanya Awan memastikan.

"Belum, gue juga gak bisa tidur karena rasa penasaran yang teramat tinggi. Maaf bukannya menguping, tetapi kalian berbicara terlalu keras, jadi telinga gue mau tidak mau ikutan mendengar percakapan itu"

"Iya tidak apa-apa"

Albert kemudian duduk dengan menatap temannya yang sedang kebingungan itu.

"Keputusan yang sulit ya Wan. Kalau gue jadi lo juga bakalan berpikir keras untuk memutuskan"

"Menurut lo gimana bert? Haruskah gue merelakan waktu untuk bertemu Eunike lagi dan tidak tahu apakah bisa bertemu lagi dengannya atau tidak?"

"Menurut gue, mendingan lo ambil kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Gue tahu bahwa kedua-duanya memang kesempatan yang langka, tetapi menurut gue penelitian adalah hal yang akan sangat berpengaruh dalam kehidupan lo ke depannya. Gue yakin kok, kalau masih akan ada kesempatan untuk bertemu dengan Eunike lagi ke depannya. Sangat jarang ada salah satu kampus terbaik di dunia yang mengajak kita berkolaborasi, dan mungkin ini satu-satunya.

Tetapi, itu semua tergantung kepada dirimu sendiri. Keduanya sama-sama masih abu-abu karena belum pasti akan kamu miliki, baik cintanya Eunike maupun lulus di Oxford University. Keduanya sama-sama mempunyai peluang yang sama, dan kepentingannya juga menurut gue bagi lo sama-sama penting. Sekarang tinggal lo sendiri, mau memilih cinta atau pendidikan?

Kalau gue tentu saja pendidikan dahulu karena cinta bisa datang kapan saja, dan tetap akan ada waktu untuk bertemu dengan Eunike"

Penjelasan yang panjang tadi sepertinya masih saja membuat Awan bingung dan pusing. Sepertinya dia harus menerima kenyataan bahwa malam itu dia tidak akan bisa tertidur dengan cepat dan nyenyak.