webnovel

Welcome to England

Negeri Ratu Elizabeth memang selalu menawarkan pesona dan keindahannya sendiri. Tempat-tempat yang bersejarah dan bangunan-bangunan klasiknya mampu membuat siapapun betah untuk memandanginya. Namun hal itu sepertinya tidak begitu membuat gairah Awan naik. Sesampainya di London, lelaki itu langsung terbaring dan tertidur dengan nyenyak di kamar hotelnya. Rasa kantuk dan lelah tidak dapat lagi dia tahan.

"Hey, wake up bro! Kamu gak lapar emangnya?", tanya pak Yosua membangunkan Awan dari tidurnya. Pak Yosua memang membiarkan muridnya itu beristirahat supaya staminanya segera pulih.

Dalam keadaan setengah sadar, Awan mencoba untuk menjawab ajakan dari dosennya itu, "jam berapa sekarang?"

"Sudah jam 17.00 sore. Seharian penuh kamu hanya tidur dan melewatkan makan siang. Jadi sekarang kamu harus makan dan bersiap-siap karena nanti kita akan pergi jalan-jalan"

"Awan gak ikut kayanya Pak, ngantuk dan lelah", sahut Awan.

Pak Yosua menghela nafas sejenak, "kalau kamu hanya berdiam diri di kamar, maka kamu tidak akan bisa cepat beradaptasi dengan situasi yang ada di sini. Kita berangkat terlebih dahulu supaya bisa segera beradaptasi sebelum penelitian dimulai. Lagipula pasti kita juga akan banyak menghabiskan waktu di luar ruangan ketika penelitian."

Dengan rasa malas yang sebagian besar masih tertahan di tubuhnya, Awan memaksa dirinya untuk bangun dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka supaya lebih segar. Lalu lelaki itu perlahan menuju ke meja yang sudah ada menu makan malam.

Layaknya masyarakat yang sudah tinggal lama di Ingrris, menu makanan yang ada juga khas Inggris.

"Ini apa Pak? Kok bentuk makanannya aneh?", tanya Awan dengan polos. Dia cukup terkejut ketika melihat menu makan malam yang ada di hadapannya saat ini.

"Oh itu namanya Bubble and Squek", sahut Pak Yosua sembari mempersiapkan sepatu dan pakaian yang akan dipakai untuk pergi mala mini.

"Bubble and, and apa Pak?", tanya Awan dengan muka belum paham.

"Bubble and Squek", sahut pak Yosua lagi.

"Makanan macam apa itu?"

Pak Yosua sedikit tertawa mendengar pertanyaan Awan terlebih lagi ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh muridnya itu. "Itu adalah makanan khas orang Inggris. Terbuat dari daging beku yang dipadukan dengan kentang dan kubis. Kamu harus coba deh, rasanya enak kok. Masih bisa dinikmati oleh orang Indonesia"

Ucapan dari pak Yosua terdengar begitu meyakinkan. Awan pun mencobanya.

"Gimana, enak kan?", tanya pak Yosua dari depan cermin.

"Enak juga Pak, tapi emangnya gak ada nasi ya di sini?", sahut Awan sembari mengunyah makanan.

Pertanyaan yang disampaikan oleh Awan adalah pertanyaan yang wajar dan sepertinya mayoritas masyarakat Indonesia ketika berkunjung ke Eropa akan menanyakan hal yang sama. Maklum saja, jika belum makan nasi maka sama dengan belum makan. Begitulan pola pikir yang selalu ada dari masyarakat Indonesia.

"Mungkin saja ada kalau kita mau mencari di China Town atau kompleks masyarakat Asia. Maka dari itu saya mengajak kamu untuk pergi jalan-jalan malam ini supaya bisa sekalian mencari tempat dimana ada yang menjual nasi, atau setidaknya makanan khas Asia. Tetapi kalau pun tidak ada, maka kita harus membiasakan diri untuk beberapa hari ke depan", sahut pak Yosua sembari tertawa.

"Tetapi semoga mereka memberi kita nasi", timpal Awan sembari tertawa.

Setelah puas mengisi perutnya yang kosong sejak siang, Awan langsung bersiap-siap untuk pergi. Karena ini sedang musim panas, jadi matahari terbenam lebih lama daripada biasanya. Rata-rata matahari terbenam di Inggris pada musim panas adalah pukul 20.00 – 21.00 waktu setempat. Jadi jangan bayangkan jam 17.00 sore di sana sudah mulai gelap seperti di Indonesia.

"Kita mau pergi kemana Pak?", tanya Awan penasaran.

"Just walking around. Saya juga kurang tahu mau kemana karena ini hari pertama kita sampai. Jadi nikmati saja apa yang ada di sekitar", sahut Pak Yosua.

"Bu Tina ikut?", tanya Awan sembari makan buah apel yang kali ini sedang dia pegang.

"Katanya beliau juga ikut. Semoga saja sebagai satu-satunya wanita yang ikut, dia menemukan tempat-tempat yang asyik untuk dikunjungi".

Waktu untuk pergi berkelana menyusuri daerah sekitar hotel tiba. Baru saja Awan dan pak Yosua ingin pergi menghampiri Bu Tina, beliau sudah terlebih dahulu mengetuk pintu kamar hotel.

"Are you ready guys?", tanya Bu Tina dengan antusiasme yang cukup tinggi.

"Bu Tina sudah punya tempat-tempat yang akan dikunjungi?", tanya pak Yosua sembari berjalan menyusuri jalanan di depan hotel.

"Belum ada Pak, tapi tadi saya melihat-lihat di google maps kalau di sekitar hotel ada beberapa tempat wisata yang menarik. Mungkin kita bisa menjajakinya, meskipun tidak semuanya", sahut Bu Tina.

Awan menarik nafas dalam-dalam untuk menikmati udara segar khas London. Kemudian dia menghembuskan nafas sembari menenangkan pikiran.

"Akhirnya aku sampai juga di kota ini, kota yang ingin sekali aku kunjungi. Selama di sini aku akan berusaha untuk melupakan sejenak permasalahan yang ada di Indonesia dan akan fokus pada apa yang ada di hadapanku sekarang", ucap Awan dalam hatinya.

Memang tidak ada hal yang lebih baik untuk dilakukan selain melupakan atau menaruh sejenak permasalahan yang mengganggu kita di tempat yang seharusnya. Sembari berjalan, Awan menikmati setiap pemandangan yang ada di sekitarnya. London memang kota yang ramai dan padat, namun sistem transportasinya berjalan dengan lancar sehingga tidak ada kemacetan yang parah seperti di Indonesia. Satu hal yang cukup membuatnya terkesan dan sesuai dengan ekspektasinya adalah, banyak orang yang lebih memilih untuk berjalan kaki dan naik kendaraan umum daripada naik motor atau kendaraan pribadi saat bepergian.

Sebagai anak Teknik Sipil yang sudah pernah belajar tentang mata kuliaj Rekayasa Transportasi, pandangan Awan justru lebih tertuju kepada bangunan yang ada di sekitarnya, mengamati kenapa bangunan tua ini bisa bertahan lama, lalu juga tidak lupa tentang sistem transportasi dan tata kota yang ada di sana.

Setelah mengamati bagaimana sistem transportasi yang ada di sana, Awan sadar kenapa banyak masyarakat Eropa suka naik kendaraan umum daripada kendaraan pribadi dan juga kenapa jarang sekali sampai macet parah. Itu semua karena pemerintah menyediakan jalur bagi pesepeda dan pejalan kaki, kemudian jalur transportasi umum juga tidak terlalu jauh dari kediaman mereka. Berbeda dengan di Indonesia yang jalur untuk pesepeda dan pejalan kaki malah digunakan untuk kendaraan pribadi, kemudian tidak semua daerah mempunyai akses yang mudah untuk naik transportasi umum. Kemudian masyarakatnya yang taat kepada aturan lalu lintas juga membuat arus lalu lintas lancar saja tanpa harus menyebabkan kemacetan yang parah seperti di Indonesia.

Untuk struktur bangunannya, dia mencoba untuk mengamati satu per satu mengapa bangunan yang sudah lama bisa tetap kuat. Kemudian mengapa bentuk bangunannya begitu unik dan berbeda dengan yang ada di Indonesia.