webnovel

Sebuah Susunan Kata Indah

Terkadang kita bisa dengan mudahnya berbicara tanpa diminta dan tidak jarang mengatakan sesuatu yang membuat seseorang merasa sakit hati. Tetapi di saat kita harus mengatakan sesuatu, lidah kita menjadi kaku untuk berucap. Entah karena apa, tetapi rasanya seperti ada gembok yang sangat kuat yang menahan bibir kita untuk berkata-kata. Kalaupun bukan karena gembok itu, ada saja pikiran yang entah datang dari mana merasuki tubuh dan membuat kita hanya bisa terdiam.

Dalam perjalanan pulang, Albert tiba-tiba kepikiran hal lain yang selama ini mengganggu pikirannya. Di tengah perjalanannya, tanpa sadar dia memasuki sebuah café. Lelaki itu kemudian hanya duduk terdiam di kursi yang ada di pojokan. Suasana café itu sedikit lebih tenang dari café sebelumnya. Di tengah kesunyian itu, tiba-tiba lampu di dalam ruangan mati. Semua orang yang adaa di dalam itu terkejut, tetapi tidak dengan Albert yang hanya terdiam.

Beberapa saat kemudian ada satu lampu mulai menyala memecah kegelapan. Lampu yang awalnya mati diduga karena ada pemadaman listrik, ternyata hanya bagian dari pertunjukkan. Panggung yang tadinya kosong ternyata sudah terisi oleh beberapa orang yang tampaknya salah satu band yang mengisi acara fi café itu. Satu detik kemudian, salah satu anggota band itu membacakan sebuah puisi. Orang-orang yang ada di dalam café itu dibuat terpana oleh alunan musik yang dipadukan dengan rima puisi yang indah.

Sementara itu, Albert yang tadinya hanya diam kini mulai ikut larut dalam alunan puisi. Jiwanya seakan disentuh oleh kata-kata yang lembut, terbukti dari gestur tubuhnya yang penasaran dengan siapa yang sedang tampil di atas panggung café. Nampaknya puisi yang sedang dibacakan oleh salah satu anggota band itu cukup untuk menyentuh hati Albert.

"Apakah selama ini aku hanya diciptakan sebagai seseorang yang selalu mengalah dalam setiap hal? Dari lahir aku sudah mengalah. Bahkan sampai sekarang pun aku masih saja mengalah. Kata orang mengalah bukan berarti kalah. Namun kalau terus-terusan mengalah, bukankah kita sama saja kalah? Aku ingin sesekali merasakan kemenangan dan sanjungan. Aku lelah dengan semua tekanan."

Itu adalah salah satu penggalan dari kata-kata sakti yang mampu membuat orang di dalam café terpana.

Selesai membacakan puisi, band tersebut kemudian menyanyikan sebuah lagu yang sangat menggambarkan perasaan dari Albert saat itu. Itu bukanlah lagu dari sebuah grup band yang ada di Indonesia maupun luar negeri, tetapi lagu itu menggambarkan tentang seseorang yang hanya bisa mencintai seseorang dalam diam. Tanpa sadar Albert tersenyum-senyum sendiri mendengarkan lagu itu. Memang benar bahwa musik bisa menyentuh hati dan pikiran terdalam dari seseorang.

"Sejujurnya kami dan khususnya saya merasa sangat senang dengan perhatian yang kalian berikan kepada kami. Senang rasanya jika apa yang saya bawakan bisa membuat kalian senang, apalagi saya melihat ada beberapa di antara kalian yang meneteskan air mata. Lagu dan puisi yang saya buat juga merupakan pengalam pribadi. Awalnya saya ragu untuk membawakannya, tetapi reaksi yang kalian berikan di luar dugaan. Sekali lagi terimakasih dan selamat malam. Semoga mulai mala mini, kalian bisa menemukan seseorang yang tepat dan menjadi malam yang membuat anda menjad lebih berani lagi dalam hal cinta", ucap vokalis band itu.

Para pengunjung yang ada di tempat itu kompak bangkit berdiri memberikan tepuk tangan sebagai tanda apresiasi mereka terhadap penampilan yang sudah diberikan.

Albert yang merasa kagum dengan penampilan band tadi, terutama vokalisnya, langsung bergerak menuju ke pemilik café untuk meminta izin bertemu dengan grup band yang baru saja tampil.

"Untuk apa ya mas kira-kira?", tanya pemilik café kepada Albert.

"Saya hanya ingin mengobrol karena kagum dengan karya mereka", sahut Albert dengan muka memohon.

"Tetapi kami tidak bisa begitu saja memberikan izin kepada pengunjung untuk langsung bertemu dengan band yang baru saja tampil demi alasan keamanan", sahut pemilik café menolak.

Albert sedikit kesal tetapi tidak berhenti untuk memohon hingga terjadi sedikit perdebatan yang cukup keras meskipun tidak sampai menimbulkan keributan yang berarti.

Suara orang yang beradu argument kemudian mulai mereda seiring dengan datangnya seseorang yang melerai mereka berdua.

"Ada apa kok sampai ribut?", tanya orang itu.

Albert dan pemilik café itu kemudian berhenti beradu mulut dan kompak melihat ke arah suara itu berasal.

"Ohh kamu ternyata", ucap pemilik café itu yang memang sudah kenal.

Berbeda dengan pemilik café yang reaksinya tenang, Albert malah terkejut. Ternyata yang datang adalah vokalis band yang sangat ingin ditemui olehnya. Lelaki itu kemudian menjadi gugup tanpa sebab dan kaku untuk bicara.

"Maafkan kami berdua. Jadi mas-mas ini ingin sekali bertemu dengan anda. Saya sudah melarangnya karena peraturan, tetapi dia tetap memaksa", ucap pemilik café sembari menunjuk ke arah Albert.

Vokalis band itu kemudian menghela nafas karena dia tadi mengira ada keributan besar yang disebabkan oleh adanya pencuri atau apalah itu.

"Kenapa anda ingin bertemu dengan saya?", tanya vokalis itu kepada Albert.

Albert justru diam sejenak, lalu dengan gugup dia menjawab, "emm sebelumnya saya mau minta maaf kalau sampai membuat suasana sedikit ribut. Jujur saja saya kagum dengan lagu dan puisi yang anda buat tadi. Saya ingin tahu bagaimana kamu menciptakannya dan kalau boleh saya juga ingin mengobrol lebih mengenai hal itu", sahutnya.

"Boleh saja. Datang dan temui saya besok malam di tempat yang sama dan jam yang sama. Saya akan menunggu di sini. Kalau sampai telat 15 menit saja, maka saya tidak akan mau bertemu lagi", sahut vokalis itu dengan singkat sebelum akhirnya pergi.

"Terimakasih", teriak Albert dengan senyum merekah di pipinya.

Sang vokalis tidak menjawab dengan kata-kata, tetapi hanya melambaikan tangan sebagai tanda bahwa sampai bertemu besok.

Albert kemudian pulang dengan perasaan yang sudah lebih baik dari sebelumnya. Seakan-akan dia menemukan hal yang mampu membuat hatinya kembali bersemangat, dan itulah keajaiban dari sebuah musik.

Berjalan sekitar 10 menit di tengah malam yang indah di kota yang istimewa, Albert akhirnya sampai di tempat penginapannya. Masuk ke kamar, dia tidak langsung tertidur, tetapi langsung mengambil foto seorang wanita yang selama ini dia sayangi namun tidak mengetahuinya. Bisa dibilang keadaan yang dialaminya sama dengan yang dialami oleh Awan.

Lelaki itu hanya memandangi foto itu sembari tersenyum sendiri seperti orang yang tidak waras. "Kamu apa kabar? Apakah benar kamu baik-baik saja? Haruskah aku berkata kepadamu bahwa aku sangat mencintai dirimu sejak lama? Kalau aku berkata seperti itu, apakah aku akan merusak hubungan yang selama ini ada di antara kita? Meskipun kita jarang untuk berkomunikasi secara langsung, tetapi aku tetap senang dengan hubungan yang ada di antara kita saat ini", ucap pria itu sambil mengelus-elus foto yang ada di tangannya.

Dasar cinta, memang membuat manusia lupa akan segalanya.