webnovel

Makna Sebuah Lagu

Dalam mimpinya yang sempurna, Albert tiba-tiba langsung terbangun ketika dering telepon berbunyi cukup keras. Dengan rasa malas, dia beranjak berjalan untuk mengangkat panggilan itu.

"Iya, halo", sapa Albert terlebih dahulu.

Satu dua detik tidak ada respon. Hal itulah yang membuat lelaki itu merasa cukup kesal dan langsung menutup telepon sembari bergumam, "kalau memang tidak mau mengobrol, untuk apa menelepon", ucapnya lalu berjalan kembali ke tempat tidurnya.

Belum sampai dia sampai di pulau kapuk kesayangannya, kembali ada panggilan masuk dan untuk kedua kalinya dengan perasaan malas, Albert berjalan untuk mengangkat telepon itu.

Kali ini dia membiarkannya sejenak sembari berharap ada suara dari seberang.

"Halo, ini siapa ya? Kok dari tadi diam saja?", tanya Albert dengan nada sedikit kesal.

"Ini aku, seseorang yang tadi malam kamu ingin temui dan ajak mengobrol. Satu jam lagi kita bertemu, dan aku meneleponmu supaya tidak melupakan hal itu", sahut seseorang dari seberang telepon. Dari suaranya, dia adalah seorang wanita muda.

Albert yang masih mengantuk, mencoba untuk mengingat kembali kejadian tadi malam. Setelah beberapa detik berusaha menguras memorinya, lelaki itu kemudian langsung bangkit dari rasa kantuknya. Dia ingat dengan siapa dia bicara saat ini.

"Oh kamu ternyata, vokalis band tadi malam. Maaf jika suaraku tadi terdengar seperti orang yang sedang marah. Jujur saja saat ini aku baru saja bangun tidur, dan terimakasih karena sudah menelepon", sahut Albert dengan perasaan bersalah dan sedikit rasa malu.

"Iya tidak apa-apa. Kalau sudah ingat, aku tunggu di tempat kita janjian", sahut wanita itu tanpa basa-basi dan langsung menutup teleponnya.

Albert kemudian melihat ke layar handphone nya dengan perasaan terkejut dengan hal yang baru saja terjadi. Dia juga tidak habis pikir kenapa bisa tertidur pada jam tersebut dan bahkan kalau tidak ada panggilan telepon, bisa saja dia tertidur sampai malam dan lupa bahwa sedang ada janji yang harus dia tepati. Sadar bahwa dirinya takut ketiduran lagi, Albert kemudian langsung bergegas mandi dan bersiap-siap.

Di tengah persiapannya, dering telepon kembali memanggilnya untuk meraih handphone yang ada di atas kasur.

"Siapa lagi ini? Apa kurang yakinkah dia dengan gue?", gumam lelaki itu.

"Halo, ada apa lagi?", tanya Albert.

"Ada apa lagi? Gue aja baru nelpon lo", sahut seseorang dari seberang telepon.

Merasa kenal dengan suaranya, Albert kemudian memastikan kembali siapa yang sedang mengobrol dengan dirinya sekarang.

"Kenapa Wan?", tanya Albert setelah tahu bahwa yang menelepon adalah Awan.

"Gue berangkat ke Inggris nanti malam jam 19.00 dari Bandara Soekarno-Hatta", ucap Awan memberi tahu sahabatnya.

"Kok jadi lebih maju dua hari?", tanya Albert penasaran.

"Gue kan belum pernah ke Eropa, jadi para dosen memperhitungkan hal itu juga. Kalau gue sampai di sana tepat pada hari penelitian, maka gue akan jet lag, begitu juga dengan yang lainnya. Jadi kami mengajukan jadwal supaya bisa lebih siap nantinya", sahut Awan menjelaskan.

Sembari menggosok gigi, "kalau begitu hati-hati selama perjalanan, semoga segalanya lancar nantinya dan bisa membuat kampus bangga", sahut Albert.

"Terima kasih, Bert. Meskipun suara lo ga jelas karena sedang gosok gigi, tapi gue tahu apa yang lo bilang", sahut Awan.

Dengan segala keterburuan dalam bersiap-siap yang sampai membuatnya memakai kaus kaki yang berbeda, akhirnya Albert sudah sampai di tempat yang ditentukan. Dia yang masih ingat dengan jelas wajah wanita yang mampu menggeterkan hatinya, mencoba untuk mencari-cari di mana gadis itu berada. Saat dia sedang mencoba mencari posisi duduk wanita yang ingin ditemuinya, tiba-tiba ada dering telepon lagi.

Daripada salah menduga orang lagi, kali ini dia berbicara dengan nada sedikit santai dan kalem. "Halo, ini siapa ya?"

"Kamu langsung masuk saja, kemudian kalau menemukan pintu yang ada di tengah mengarah masuk ke dalam ruangan berikutnya, kamu langsung masuk saja. Dari sini aku bisa melihatmu mencoba mencari-cari dimana aku berada"

Dari suaranya saja, sekarang Albert tahu bahwa yang sedang menghubunginya adalah vokalis band tadi malam.

Albert kemudian langsung masuk ke dalam tempat yang mereka berdua sepakati.

"Hai, maaf kalau aku telat", ucap Albert menyapa terlebih dahulu sembari mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Wanita itu kemudian bangkit berdiri dan dengan senyum menjawab sapaan dari lelaki yang baru kedua kalinya dia temui.

"Tidak telat, tenang saja", sahut gadis itu.

Tampak sekali dari raut wajah mereka berdua bahwa keduanya sangat canggung dalam mengobrol satu sama lain.

"Maaf ya kalau canggung, jujur saja aku masih bingung untuk mulai obrolan dari mana", ucap Albert dengan jujur.

Gadis itu tersenyum, "santai saja. Kalau memang bingung, kenapa kita tidak saling menanyakan nama dan asal? Siapa tahu dari situ kita bisa saling mengobrol lebih lama".

"Namaku Carla, Carla Angellia. Asal asli dari Yogyakarta", ucap gadis itu sedikit menahan tawa.

Albert juga berusaha menahan tawa dengan situasi yang sedang terjadi. Baru kali ini dia merasa gugup berbicara dengan wanita lain.

"Hahaha, baiklah. Namaku Albert dan asal dari Jakarta", sekarang gantian Albert yang berkenalan.

Obrolan mereka mulai lebih lancar dan rasa kakunya sedikit demi sedikit mulai luntur dengan sendirinya. Sekarang sudah mulai ada tawa canda yang diakibatkan oleh obrolan yang mulai absurd dan entah apakah ada maknanya atau tidak.

"Kalau tidak keberatan, bolehkah aku menanyakan kembali pertanyaan yang aku tanyakan tadi malam?", tanya Albert yang sudah memulai obrolan serius.

Carla terdiam sejenak sembari menengok ke atas untuk mengingat kembali alasannya membuat lagu itu.

"Apa ya alasannya, sebenarnya aku juga membuat lagu itu secara spontan. Kalau boleh memberikan satu alasan yang jelas, mungkin karena putus cinta", sahut gadis itu.

"Putus cinta?", tanya Albert penasaran.

Carla mengangguk. Dia kemudian menghela nafas sejenak untuk mencoba menjelaskan alasannya supaya mudah dimengerti.

"Intinya, beberapa waktu yang lalu aku sedang mengalami patah hati terhebat selama hidupku. Sama seperti gadis-gadis lainnya, aku sempat uring-uringan dan tidak bersemangat untuk melakukan apapun selama seminggu. Namun, karena satu dan lain hal, aku sadar bahwa itu semua sangat sia-sia dan sangat tidak sehat baik bagi fisik dan mentalku. Akhirnya, perlahan aku mencoba untuk mencurahkan rasa kesalku itu dengan membuat lagu. Pada saat itu memang sangat berat untuk membuat lirik lagu, tapi syukurlah aku bisa melakukannya dan ternyata bisa membuat diri ini menjadi lebih baik lagi"

Albert terdiam termangu sembari mendengarkan dengan serius cerita yang diucapkan oleh gadis yang ada di hadapannya.

"Pantas saja lagu yang kamu buat begitu menyentuh. Memang aku bukan musisi paling handal di dunia ini, tetapi rasa-rasanya setiap orang yang tidak paham musik sekalipun akan merasa tersentuh dengan lagu yang kamu buat", puji Albert untuk Carla.

Carla tersenyum, "terimakasih untuk hal itu"

"Oh iya, kamu di Jogja kuliah atau kenapa?", tanya Carla bergantian.

"Aku sebenarnya kuliah di Jakarta dan sekarang sedang liburan sembari bekerja di Yogyakata", sahut Albert sembari menyeruput kopi Americano panas.

"Kerja apa? Kenapa jauh sekali dan kenapa harus Jogja?"

"Aku sedang mengerjakan projek film pendek dengan salah satu temanku di sini. Kalau kamu penasaran, nanti bisa melihat hasil karyaku beberapa waktu ke depan di channel Youtube ku"

Carla sedikit tersedak ketika mendengar dan tahu pekerjaan lelaki di hadapannya. "Kamu seorang Youtuber?"

Albert tersenyum, "sebenarnya aku tidak ingin menyebut diriku dengan hal itu. Aku dan temanku hanya suka berkarya saja dan platform yang menurut kami tepat untuk membagikan karya kami adalah Youtube".

Gadis dengan kaos merah maroon bertuliskan "CA" mengangguk paham.

Kedua sejoli itu masih terus mengobrol dengan nikmat dan rasa gugup di depan tadi ternyata tidak begitu berarti.