webnovel

Kejutan!

"Tetap tenang ya wahai diriku, ini mungkin adalah kesempatan terakhir untuk melakukan penelitian bersama kampus terkenal di dunia", ujar Awan dalam hati untuk menyemangati diri sendiri.

Bukan hal yang mudah memang, tetapi dia harus bisa tetap fokus dan tidak menunjukkan kegelisahan. Dia selalu mencoba mengingat kalimat yang diucapkan oleh Albert sebelum pergi ke Jogja, "jangan sampai para dosen tahu masalah ini. Kalau sampai tahu, mungkin mereka akan menggantikanmu dengan orang lain. Kalaupun tidak, kamu akan membuat para dosen merasa tidak enak. Tetap fokus demi dirimu, kampus, aku, dan Eunike".

"Bisa kita mulai sekarang, Wan?", tanya Pak Totok.

"Bisa Pak, silakan".

Pak Totok memperbaiki posisi duduknya, kemudian beliau mulai menjelaskan.

"Kami sebenarnya juga terkejut ketika pihak kampus Oxford mengajak kami kolaborasi. Awalnya memang kami yang melayangkan tawaran kepada mereka beberapa bulan yang lalu. Saat itu kami tidak tahu kalau tawaran itu akan disanggupi, karena kami sadar diri. Tetapi ternyata Tuhan punya kehendak lain, dan dua hari yang lalu Tuhan menunjukkan kehendaknya.

Tepat saat malam hari, setelah saya selesai merampungkan pekerjaan kantor, ada email masuk. Baru hari itu ada orang mengirimi email kepada saya pada malam hari setelah sudah hampir satu bulan tidak ada. Betapa terkejutnya saya ketika melihat alamat pengirimnya yang ternyata dari Oxford University."

Isi surat tersebut adalah,

"Selamat malam Waktu Indonesia Barat kepada seluruh tenaga pengajar Calvin Institute of Technology, khususnya prodi Teknik Sipil. Kami sudah membaca pesan yang kalian sampaikan beberapa bulan yang lalu. Kami menghargai ajakan yang kalian layangkan, oleh karena itu kami mencoba mencari tahu terlebih dahulu latar belakang kampus kalian beserta prestasi yang sudah diukir.

Setelah melakukan pemeriksaan, kami senang karena kami diajak melakukan penelitian oleh salah satu kampus terbaik di Indonesia dan bahkan di Asia. Oleh karena itu kami akan mengiyakan ajakan kalian.

Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik dan mampu membuat produk yang akan ramah lingkungan dan berguna bagi masyarakat. Kami sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kalian semua"

Pak Totok memperbaiki posisi duduknya sejenak.

"Jadi kapan kita akan melakukan penelitian itu?", tanya Awan yang menunjukkan antusiasme.

Pak Totok tersenyum melihat semangat yang ditunjukkan oleh Awan, "kira-kira semingggu atau dua minggu lagi, sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Pak Yosef. Kita akan melakukan persiapan yang dibutuhkan supaya ketika tiba waktunya, kita tidak hadir dengan tangan kosong"

"Berarti kampus ini akan cukup sibuk mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan juga ruangan untuk penelitian?", Awan bertanya penasaran.

Kepala Prodi itu menghela nafas sejenak, "sayangnya kita tidak akan melakukan penelitian di sini"

Awan sedikit terkejut mendengar jawaban dari Pak Totok, "maksudnya tidak bisa melakukan penelitian di sini?"

Pria itu kembali memperbaiki posisi duduknya dan mengarahkan pandangannya lebih lagi kepada Awan, "kita akan melakukan penelitian di Inggris langsung"

"Hah, di Inggris? Itu tidak ada informasi sebelumnya", sahut Awan yang terkejut mendengar hal itu.

"Itu ada dalam balasan surat selanjutnya. Setelah berdiskusi dan saling menyampaikan keadaan yang ada, mereka tetap setuju untuk melakukan penelitian. Tetapi mereka mengajukan syarat, yaitu penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu di Indonesia dan juga Inggris", sahut Pak Totok sembari meminum kopi.

"Tapi kenapa?", tanya Awan lagi yang masih belum jelas.

"Kamu tahu kan kalau penelitian ini untuk menciptakan bahan bangunan baru yang ramah lingkungan dan mampu mengurangi sampah. Jadi gunanya melakukan penelitian di dua negara adalah supaya bisa menemukan bahan bangunan yang ramah dan sesuai dengan kondisi kedua negara. Untuk penelitian awal, kita akan terbang ke Inggris terlebih dahulu, lalu akan dilanjutkan di Indonesia. Persiapan kita tidak lama, jadi saya harap kita mampu bekerja sama dan melakukan ini dengan baik. Apakah kamu mengerti, Wan?"

"Saya mengerti Pak, semoga saya juga bisa melakukan hal ini dengan baik", sahut remaja itu.

"Kamu tidak perlu kuatir tentang passport dan lain-lain, karena pihak kampus akan mempersiapkan itu semua. Tugas kita hanya menyiapkan kebutuhan untuk penelitian. Ada lagi yang mau ditanyakan?"

"Berapa lama kira-kira kita di sana?"

"Kurang tahu, bisa hanya seminggu, atau sebulan, bahkan lebih. Kita tidak ada yang tahu. Kamu sudah kami izinkan untuk tidak ikut pelajaran, jadi jangan takut dnegan nilai", sahut Pak Totok berusaha menenangkan hati muridnya itu.

Awan diam sejenak, "tidak ada yang ingin saya tanyakan lagi, jadi apakah saya boleh pergi?"

"Ohh silakan kalau memang ada aktivitas lagi. Terimakasih ya sudah mau datang di hari libur begini", ucap Pak tua itu.

"Iya Pak sama-sama".

Awan berjalan dengan cepat meninggalkan area kelas dan ruangan Teknik Sipil. Otaknya dan hatinya masih saja bertengkar dan bingung mengidentifikasi perasaan. Apakah dia harus senang atau sedih dalam hal ini? Tetapi bisa pergi ke Inggris dan apalagi di kampus Oxford merupakan impiannya sejak kecil. Di dalam perjalanan menuju ke luar area kampus, disaat pikirannya sedang lumayan penuh, tiba-tiba ada panggilan masuk.

"Halo, ada apa?", tanya Awan yang bahkan tidak melihat ke layar.

"Ini gue Albert. Gue udah sampai di Jogja nih", sahut Albert dari seberang telepon.

"Puji Tuhan kalau memang sudah sampai. Lo beneran baru sampai?", tanya Awan sembari terus berjalan menyusuri lorong dan anak tangga. Dia terpaksa harus turun tangga karena kalau masuk ke lift maka jaringan akan hilang.

"Iya ini gue barusan sampai dan barusan juga naik taxi menuju tempat penginapan. Lo sendiri udah selesai berurusan dengan Pak Totok?", kini gantian Albert yang bertanya.

Dengan sedikit terengah-engah, Awan berusaha menjawab pertanyaan dari Albert, "Udah nih, barusan aja gue keluar dar ruangannya"

Terdengar dari seberang telepon Albert sedang mengobrol sejenak dengan sopir taxi. Sepertinya sopir tersebut berusaha memperjelas tujuan dari Albert.

"Terus apa katanya?", tanya Albert penasaran.

Awan menghela nafas, "panjang banget pokoknya. Intinya, penelitian akan dilakukan dalam satu atau dua minggu lagi, dan selama itu juga kami harus menyiapkan segala hal yang dibutuhkan"

"Wihh lo bakalan sering ke kampus dong?"

"Iya, mau bagaimana lagi. Tapi ada satu hal lagi yang mungkin akan buat lo terkejut", sahut Awan memberikan kode.

"Apaan? Memangnya ada yang lebih mengejutkan daripada perasaan lo ke Eunike yang gak berubah meski selama 2 tahun gak bertemu?", sahut Albert tertawa.

Awan juga tertawa, "gue akan pergi ke Inggris untuk melakukan penelitian. Penelitian akan dilakukan di dua negara, dan kami diundang untuk pergi ke Inggris terlebih dahulu"

"Hah, ke Inggris? Lo serius?", sahut Albert dengan nada sangat terkejut. Terdengar juga dari balik telepon dia meminta maaf kepada sopir taxi karena berbicara terlalu keras.

"Iya, gue juga awalnya kaget mendengarkan hal ini"

Albert diam sejenak, lalu dia mulai kembali merespon, "baguslah kalau begitu, jadi impian lo perlahan mulai terwujud, meskipun tujuan utamanya adalah kuliah di sana. Tapi setidaknya bisa kesana terlebih dahulu adalah anugerah bukan?"

"Lo bener Bert. Terkadang memang Tuhan kasih hal yang mengejutkan dan di luar rencana"

Setelah saling mengabari dan mengobrol, mereka menutup telepon. Albert kembali meneruskan perjalanan menuju ke penginapan dan Awan terus berjalan sebelum akhirnya memesan ojek online untuk pulang ke kontrakan.