webnovel

Kehangatan di Oxford

Sudah hampir satu bulan Awan berada di Inggris dalam rangka penelitian untuk beton ringan menggunakan bahan bekas yang ada di negara tersebut. Penelitian sejauh ini berjalan cukup lancar dan sesuai dengan target. Banyak bahan yang digunakan untuk mendapatkan bahan beton ringan yang sesuai. Beragam cara dan metode sudah dilakukan, dan hal itu cukup menguras tenaga dan juga pikiran.

Dari kegiatan jurusan Teknik Sipil, salah satu yang cukup melelahkan adalah pembuatan beton. Mulai dari persiapan bahan saja sudah cukup melelahkan. Kita harus mengukur dan menimbang bahan, mencucinya, mengeringkan, menimbang, mengayak dan masih banyak lagi hingga didapatkan bahan yang sesuai. Setelah itu berlanjut ke proses pembuatannya juga membutuhkan perhatian lebih. Dalam hal ini kemampuan seseorang yang bertugas untuk membuat mix design benar-benar dipertaruhkan, karena jika salah perhitungan bisa membuat beton memiliki kualitas yang kurang bagus dan tidak sesuai dengan standar. Kemudian setelah jadi, perlu waktu untuk mengujinya. Jadi wajar saja jika Awan dan rombongan dari Indonesia cukup lama berada di Inggris.

Kira-kira menjelang hari terakhir berada di Inggris, para kontingen dari Universitas Oxford mengajak rombongan dari Indonesia untuk menikmati hidangan khas Inggris dan juga sebagai ucapan terima kasih sudah membantu selama di Inggris. Mereka di undang di sebuah hotel cukup mewah yang berada tidak jauh dari lingkungan kampus.

"Thank you for having us", ucap Bu Tina kepada salah satu kontingen dari Inggris, yaitu Mrs. Hailee.

Mrs. Hailee tersenyum sembari berkata, "Me too. Silakan duduk", ucapnya dalam bahasa Inggris yang aksen British nya sangat kental, seperti susu kental manis.

Mereka duduk dan makan di meja yang sama. Kedua kontingen dari kedua negara saling berbincang riang dan penuh tawa. Setelah penelitian yang memakan waktu kira-kira satu bulan, akhirnya mereka berhasil menemukan kombinasi yang pas untuk beton ringan, yaitu antara kaca dan ampas gandum. Bahkan untuk hasil uji coba selama 28 hari, mereka berhasil meraih kekuatan minimum beton ringan yang sesuai dengan standar. Berdasarkan hal itulah yang membuat suasana malam itu semakin hangat dan dekat. Rasa bahagia dan bangga telah mampu membuat mereka lupa dengan semua rasa lelah yang menumpuk.

"Kami dengar kalian besok malam akan pulang ke Indonesia ya?", tanya Mr. Gordon sembari menyantap makanan yang disajikan.

"Iya, kami harus pulang besok karena ada urusan lainnya yang harus diselesaikan di Indonesia", sahut Pak Yosua yang juga sembari menikmati makanan yang sudah disajikan.

Mr. Gordon mengangguk paham. Dia mengerti keadaan yang terjadi karena dia juga seorang dosen yang mempunyai tanggung jawab lebih dari satu tempat.

"Kamu juga ikutan pulang?', Robert bertanya kepada Awan dengan berbisik.

Awan mengangguk sembari mengunyah makanan yang masih ada di mulutnya.

"Kenapa kamu tidak menetap di sini dulu dan kembali ke Indonesia bersama kami?", tanya Robert memberikan penawaran.

"Tidak bisa, aku juga masih ada tanggung jawab yang perlu diselesaikan di Indonesia. Jadi aku juga harus pulang segera. Kalau bersama mereka, aku tidak perlu membayar biaya pesawat karena sudah dibayari oleh pihak universitas", sahut Awan menggelengkan kepala. Satu bulan di Inggris dia sebenarnya cukup suka dengan lingkungan sekitar, apalagi di Oxford yang tidak seramai London atau kota-kota besar lainnya di Inggris. Dia ingin tinggal lebih lama lagi, namun karena situasi yang tidak bisa dihindari, maka dia harus segera pulang.

Mendengar jawaban itu, Robert merasa sedikit kesal dan kecewa. Tidak menyerah, dia kembali memberikan penawaran supaya teman barunya itu bisa tetap tinggal lama di Oxford.

"Kalau kamu pulang bersama kami, maka aku akan mengajukan tiket gratis kepada pihak kampus, dan mereka pasti setuju. Lalu kalau kamu bingung masalah tempat tinggal, aku akan menyediakan rumahku sebagai tempat tinggal barumu. Untuk masalah makan juga jangan kuatir, aku akan meminta ibuku membelikan beras supaya kamu tetap bisa makan nasi di sini", ucap Robert berusaha merayu temannya itu.

Awan sedikit tersenyum mendengar tawaran dari temannya. Dia merasa kagum, senang, dan terharu karena di tempat baru itu dia menemukan teman yang benar-benar ingin berteman dengannya secara tulus tanpa mencari tahu latar belakang dan mempermasalahkan ras atau apalah itu.

"Aku senang kamu sangat perhatian padaku dan bahkan menawarkan itu semua, tetapi seperti yang tadi aku katakan, aku harus pulang karena ada pekerjaan yang harus diurus. Aku gak bisa memberitahu kepadamu sekarang tentang hal itu, tetapi nanti ketika kamu pergi ke Indonesia, maka kamu akan mengetahuinya. Selama kamu nanti di Indonesia, aku janji akan memberikan penawaran yang sama atau bahkan lebih", sahut Awan dengan tertawa.

Melihat kedua muridnya tertawa sendirian, membuat dosen mereka bingung.

"Apa yang kalian bicarakan sampai tertawa seperti itu?", tanya Bu Tina kepada Awan dan Robert.

"Bukan apa-apa, Bu. Hanya saling melemparkan jokes", sahut Awan.

Bu Tina dan dosen lainnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah aneh para anak didik mereka.

"Biarkan saja mereka, sepertinya mereka hanya ingin melepaskan stress setelah satu bulanan penuh hanya berkutat dengan lab dan bahan-bahan beton ringan. Bahkan mereka tidak ada waktu banyak untuk menikmati waktu luang, jadi wajar saja jika jokes receh bisa membuat mereka tertawa terbahak-bahak", ucap Mr. Gordon kepada para dosen lainnya.

"Terima kasih Pak atas pengertiannya", ujar Robert menimpali omongan dosennya.

Malam itu berlalu dengan cepat dan diisi penuh dengan kehangatan. Pandangan Awan dan lainnya tentang orang Eropa yang cenderung cuek dan tidak suka basa-basi untuk bercanda langsung terpatahkan malam itu. Karena memang saat itu justru Mr. Gordon, Mrs. Hailee, dan Robert menunjukkan hal yang sangat berbeda. Mereka begitu welcoming, dan sangat ramah. Sangat berbeda dari apa yang ada di pikiran mereka selama ini. Hal itu juga yang membuat mereka cukup nyaman untuk melakukan penelitian bersama.

"Kalian kapan kira-kira akan datang ke Indonesia? Karena kita hanya punya waktu libur satu bulan sebelum melakukan penelitian lagi", tanya Pak Yosua kepada kontingen dari Inggris itu.

"Kami belum menentukan jadwal atau tanggal pastinya, tetapi yang jelas seminggu sebelum penelitian dimulai, kami ingin sudah ada di sana. Sama seperti kalian, kami juga ingin beradaptasi di lingkungan baru, baik dengan cuacanya, budayanya, dan juga masyarakatnya", sahut Mr. Hailee kepada para kontingen dari Indonesia.

"Pilihan yang tepat. Iklim dan cuaca di Indonesia beberapa tahun terakhir, mungkin dalam satu dekade terakhir cukup susah untuk diprediksi. Jadi kalian perlu beradaptasi supaya tidak kaget dengan cuacanya. Untuk suhu sudah pasti cukup panas dan hangat, meskipun sedang hujan. Jadi saran saya, tidak usah membawa baju tebal terlalu banyak", ucap Bu Tina memberikan saran.

"Saran kami terima, siap laksanakan", sahut Robert sembari bercanda.

Seluruh peserta penelitian itu tertawa mendengar ucapan Robert dan melihat tingkah lakunya.