webnovel

Hujan

Kembali ke Indonesia, di sebuah kota istimewa bernama Yogyakarta. Ada dua insan manusia yang sedang saling bertukar pikiran tentang sesuatu yang saat ini sedang mereka lakukan. Dua hari setelah Awan pergi ke Inggris, proses syuting film pendek sudah memasuki hari ketiga. Semua berjalan lancar sejauh ini, meskipun cuaca terkadang menjadi kendala yang tidak bisa dihadang. Kalau masalah beradu argument antara kru dan Albert, maupun Albert dan talent, itu adalah hal yang wajar. Bukankah perbedaan menjadi hal yang membuat pelangi menjadi indah?

"Selamat pagi!", seru Eunike menyapa Albert yang sudah sibuk ikut membantu menyiapkan alat dan set.

"Hai, selamat pagi juga!", sahut Albert sembari tersenyum.

Eunike kemudian mengambil snack yang memang sudah disiapkan, dan duduk sembari membuka tas selempang miliknya. "Hari ini kita hanya menuntaskan adegan terakhir bukan?", tanya gadis itu sembari mengunyah makanan.

Albert yang masih sibuk menyiapkan kamera dan perlengkapan lainnya, menjawab "seharusnya iya dan mudah-mudahan saja cuaca hari ini bagus, meskipun menurut google diprediksi akan turun hujan."

Tangan Eunike kemudian langsung merogoh tasnya untuk mengambil alat make up sederhana miliknya. Meskipun tanpa make up dia sudah cantik, namun supaya tampil lebih perfect lagi di depan kamera, maka make up tipis-tipis pun tidak apa-apa. "Untuk menutupi pori-pori yang mungkin kelihatan", kata gadis itu seraya tersenyum.

Setelah semua peralatan dan perlengkapan sudah selesai disiapkan, proses pengambilan gambar pun dimulai. Albert dengan gagahnya duduk di belakang layar sebagai seorang sutradara. Di tangan lelaki itulah kualitas pengambilan gambar dinilai bagus atau tidaknya, meskipun pada akhirnya hasil diskusilah yang akan ditampilkan. Dia juga berhak untuk meng cut pengambilan gambar dan mengulanginya jika hasil yang didapatkan kurang sesuai dan tidak mendukung alur film.

Proses pengambilan gambar memang sangat penting dalam pembuatan video, entah itu film, sinetron, short movie, maupun hanya sekadar video sederhana. Alur yang bagus jika pengambilan gambarnya jelek dan tidak sesuai, maka alur yang bagus itu tidak ada artinya sama sekali. Hal ini dikarenakan penonton akan menerima afirmasi dan interpretasi yang berbeda, serta bisa saja pesan yang ingin disampaikan tidak bisa tersampaikan dengan baik.

Belum selesai dalam pengambilan gambar, tiba-tiba langit yang tadinya cerah langsung berawan dan mendung. Untuk berjaga-jaga, maka proses pengambilan gambar dihentikan sementara dan seluruh peralatan langsung dirapihkan supaya tidak terkena hujan. Keuntungan dari proses syuting film pendek untuk Youtube adalah, tidak diperlukan peralatan sebanyak syuting film bioskop maupun sinetron. Mereka semua kemudian langsung masuk ke dalam rumah yang memang sudah mereka minta izin untuk proses syuting. Sebenarnya itu adalah rumah milik tantenya Albert, jadi tidak susah untuk memakai rumah itu.

Benar saja prediksi yang diberikan oleh google, baru beberapa menit setelah selesai berberes, rintik hujan mulai turun. Diawali dengan satu tetes, kemudian dua, lalu menjadi berkali-kali lipat tetesan air hujan yang kemudian resmi membasahi bumi hari itu.

"Tuhan baik ya", ucap Eunike sembari memandangi hujan yang turun.

"Iya, Tuhan memang baik. Tapi kenapa lo tiba-tiba aja bilang gitu?", tanya Albert kepada gadis itu.

Eunike tersenyum, "gue hanya bersyukur karena hujan turun setelah kita selesai beres-beres. Kalau saja hujan turun saat kita masih syuting, maka semuanya akan chaos."

Albert menatap Eunike dengan pandangan yang berbeda. Rasa kagum dalam dirinya keluar ketika wanita di sampingnya itu masih menunjukkan sikap yang sama dari saat terakhir kali mereka bertemu.

"Iya, untung saja", sahut Albert yang tidak tahu lagi harus berkata apa.

Suasana sunyi tanpa percakapan terjadi, dan hanya diisi oleh suara rintikan hujan. Udara sedikit dingin hari itu, namun masih bisa ditahan. Eunike memandangi rintikan hujan itu dengan seksama seakan itu adalah situasi yang sangat menenangkan bagi dirinya. Sementara itu Albert hanya memandangi Eunike sembari sesekali memandangi hujan jika dirasa dia ketahuan.

"Kamu suka hujan?", tanya Albert kepada Eunike memecahkan kesunyian.

Eunike diam sejenak sembari menghela nafas. "Hujan adalah hal yang mampu menenangkan diriku bahkan ketika gue masih kecil. Kata mama, dulu ketika kecil gue menangis dan susah ditenangkan, diri ini bisa langsung terdiam tatkala rintik hujan mulai turun. Katanya juga pandangan mata ini tidak beralih kemana-mana ketika hujan turun. Perlahan ketika tumbuh dewasa, gue sadar bahwa semua yang diucapkan oleh mama adalah benar."

Albert mengangguk paham, "lo ngingetin gue dengan seseorang", celetuk pemuda itu.

"Pacar lo juga suka hujan?", tanya Eunike langsung.

Lelaki itu menggeleng, "bukan pacar, tetapi sahabat. Awan, dialah yang gue maksud"

"Awan juga suka hujan?"

Albert mengangguk. "Dia itu persis banget kaya lo kalau udah lihat hujan. Katanya suara hujan dan suasananya bukan hanya menenangkan dan enak buat tidur, tetapi juga membantu dirinya menemukan inspirasi atau ide-ide baik untuk bahan syuting maupun untuk kehidupannya sendiri. Makanya dia senang ke Inggris yang cuacanya lebih sering hujan."

"Kalau lo sendiri?", tanya Eunike kepada Albert.

Albert menghela nafas sejenak sembari mengangkat bahu, "entahlah, gue sepertinya berada di tengah-tengahnya. Gue tidak membenci hujan, tetapi juga tidak terlalu suka dengannya. Jadi kalau setiap kali ditanya apakah gue suka hujan atau tidak, maka biasanya gue menjawab tidak tahu atau tergantung."

"Maksudnya tergantung?", tanya Eunike penasaran.

"Maksudnya tergantung situasi yang terjadi saat itu. Kalau gue sedang buru-buru untuk ke suatu tempat dan tiba-tiba turun hujan, maka gue akan cukup kesal dengannya. Apalagi kalau gue bepergian tanpa mobil. Pakai mobil pun juga tidak bisa terlalu cepat karena licin. Tetapi seperti kata gue tadi juga, kalau situasinya tidak mengharuskan gue pergi ke suatu tempat dan hujan turun, gue akan menikmatinya dengan sewajarnya saja", jelas Albert kepada Eunike.

Perbincangan mereka kembali berhenti sejenak sebelum akhirnya ada panggilan ke handphonenya Albert. Ternyata yang meneleponnya sekarang adalah Awan.

"Halo my bestie! Apa kabar bro?", tanya Awan kepada Albert.

Albert cukup terkejut ketika tahu bahwa yang meneleponnya adalah sahabatnya yang saat ini sedang berada di Inggris. Dengan antusias dia berbincang dengan sahabat lamanya itu. "Harusnya yang bertanya kaya gitu gue, bukannya lo. By the way kabar gue baik", sahut Albert sembari tertawa.

"Hahaha tidak apa-apa. Kabar gue baik di sini. Gimana proses syuting hari ini?", tanya Awan memastikan kondisi sahabatnya.

"Aman, tapi ini lagi istirahat karena hujan. Namun karena sudah masuk jam makan siang juga, jadi sekalian aja istirahat lebih lama sembari menunggu hujannya reda. Di situ pasti juga seing hujan kan?", sahut Albert sembari kembali bertanya.

"Iya nih di sini juga sering hujan meskipun musim panas. Cuacanya berubah-ubah, kadang berangin, kadang hujan, dan berubah lagi panas."

Albert kemudian mengarahkan kamera ponselnya ke Eunike supaya Awan bisa melihatnya. "Masih inget gak lo sama orang ini?"

Awan mencoba mengamati siapa yang sedang ada di layar ponselnya.

"Hai Wan, apa kabar?", seru Eunike yang terlebih dahulu menyapa.

"Hai juga, kabar gue baik. Lo Eunike ya?", tanya Awan memastikan bahwa dia tidak salah mengira orang. Kalau salah yang ada malah malu.

"Iya ini gue, Eunike. Lo kapan pulang? katanya mau ikut syuting malah pergi", ucap Eunike menggoda Awan.

"Maaf ya karena gak bisa ikut syuting bareng kalian. Gue tiba-tiba aja ditugaskan untuk ikut penelitian", sahut Awan meminta maaf.

"Udah ga papa, gue juga udah tahu itu dari Albert. Semoga sukses ya!", seru Eunike memberikan semangat.

"Iya sama-sama, semangat juga kalian".

Mereka masih mengobrol lagi sampai hujan reda dan kembali melanjutkan proses syuting.