webnovel

Fajar Bergairah

Another place, Jakarta

Awan masih belum dihiasi sinar matahari yang cerah. Hanya sisa-sisa kehebatan malam yang terlihat. Di saat hanya para pekerja kantor dan para murid sekolah yang sudah bangun untuk bersiap, Awan sudah berada di dalam mobil untuk pergi menuju Bandara International Soekarno-Hatta. Udara yang masih dingin jelas masih terasa dibuktikan dengan embun ang menempel di kaca mobil.

Jalanan begitu lengang karena masih belum banyak orang yang pergi keluar untuk beraktivitas. Mereka harus berangkat lebih awal supaya sampai di sana juga lebih awal supaya bisa menikmati dan beradaptasi di tempat baru. Jet lag adalah hal yang tidak terlalu disukai oleh kebanyakan orang dari Asia yang bepergian ke Eropa. Perbedaan waktu membuat mereka tidak bisa beraktivitas seperti orang normal di tempat dimana mereka berada.

"Tidak ada barang yang tertinggal kan?", tanya Pak Yosua kepada Awan.

"Tidak ada Pak, saya sudah memeriksanya kembali", sahut Awan mantap.

Memang tidak ada barang dari Awan yang tertinggal, yang tertinggal hanyalah cinta dan hatinya. Berkali-kali dia menatap layar ponsel untuk memastikan apakah orang yang dia sayang dan cintai memberikan kata-kata penyemangat. Berkali-kali dia melihat layar ponsel, berkali-kali pula dia harus merasakan kekecewaan karena lagi dan lagi wanita yang dia suka tidak memberikan pesan untuk memberikan semangat.

Sesampainya di bandara, Awan dan rombongan langsung check in kemudian langsung menuju ke ruang tunggu yang memang sudah di sediakan. Perasaan Awan kali ini campur aduk karena yang dia rasakan bukan hanya rasa gugup untuk melakukan riset, tetapi juga rasa rindu dan tidak tenang karena harapannya yang tinggi.

"Mau beli sarapan dulu?", tanya Pak Yosua kepada Awan.

"Boleh Pak, kebetulan saya juga belum sarapan", sahut Awan langsung mengiyakan tanpa berpikir.

Rombongan dari Institut Teknologi Calvin yang mengikuti kegiatan riset di Oxford University bukan hanya Pak Yosua dan Awan, melainkan ada juga Bu Tina selaku salah satu dosen di jurusan Teknik Sipil dan juga Pak Yosef yang akan menyusul langsung dari Amerika.

"Kepada para penumpang yang akan menaiki pesawat Arjuna Air tujuan Heathrow International Airport, London, dimohn untuk segera bersiap-siap karena beberapa saat lagi pesawat akan berangkat", seru announcer.

Setelah beberapa menit menghabiskan sarapan, ada pengumuman lagi dari announcer bahwa pesawat akan berangkat dan para penumpang diharuskan segera menuju ke dalam pesawat. Mendengar pengumuman itu, Awan dan rombongan langsung menuju ke gate sesuai pesawat yang mereka naiki.

Perjalanan Panjang pun dimulai. Perjalanan menuju ke London dari Indonesia membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 17 jam lamanya. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di dalam pesawat untuk menghilangkan kebosanan. Hal pertama yang dilakukan Awan di dalam pesawat adalah menonton series favoritnya. Baru beberapa menit dia menonton, pikirannya langsung kembali ke Eunike. Rasanya bayangan wanita itu selalu ingin mengikuti Awan kemanapun berada.

"Kamu ada hal yang belum diselesaikan ya?", terka Pak Yosua setelah melihat ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Awan.

Awan menggelengkan kepala berusaha untuk berbohong dan menghindari kebenaran. "Enggak ada kok Pak, hanya tegang saja"

Pak Yosua tersenyum mendengarkan jawaban dari muridnya itu. Dia tahu bahwa muridnya itu sedang berbohong.

"Kamu lupa ya Awan kalau Bapak sempat belajar tentang psikologi? Ya sebenarnya itu hak kamu sih untuk tidak menceritakan hal itu. Namun ada satu hal yang perlu kamu ingat, bahwa kita akan melakukan riset yang sangat penting dan mungkin bisa jadi jalanmu untuk bersekolah di sana. Jadi kamu coba pikirkan baik-baik apakah kamu akan menceritakannya atau tidak", ucap Pak Yosua.

Awan tidak berkata-kata dan hanya bisa terdiam sejenak. Dia mencoba memikirkan kembali perkataan dosennya itu.

"Maaf Pak sebelumnya, tetapi memang masih ada hal yang saya pikirkan. Saya tidak bercerita karena merasa ini bukanlah hal yang penting, tetapi setelah dipikirkan lagi, hal sekecil apapun akan menjadi hal yang besar jika ditumpuk terlalu lama", sahut Awan setelah beberapa saat memikirkan ucapan seseorang di sampingnya itu.

"Jadi kamu mau cerita atau tidak?"

Awan menarik nafas sejenak, lalu kemudian mulai menceritakan apa yang sedang dia pikirkan dan apa yang menjadi persoalannya kali ini. Sementara itu pak Yosua diam memperhatikan dengan seksama setiap detail cerita yang disampaikan oleh Awan. Memang salah satu orang yang ada di kampus yang bisa dipercaya oleh Awan adalah Pak Yosua. Sejak semester tiga dia sudah mulai bercerita sedikit demi sedikit beragam hal yang sedang dialami, dan sejak itulah hubungan mereka menjadi lebih dekat.

"Ohh jadi masalah cewek?", sahut Pak Yosua sembari tertawa kecil.

Awan mengangguk dengan malu.

"Kalau kamu memang saying, kenapa gak bilang? Ya walaupun saya tahu bahwa memang tidak mudah untuk menyatakan perasaan kepada seseorang yang kita suka, tetapi hal itu perlu dicoba. Namun perlu diingat juga, apakah kamu memang benar-benar mencintainya atau hanya terbawa nafsu saja. Kemudian kalau memang belum siap, lebih baik tahan dulu sampai siap. Tetapi untuk saat ini kalau saya boleh memberikan saran, alangkah lebih baik jika kamu bisa melupakan sejenak atau meletakannya di pojokkan pikiran supaya bisa lebih focus kepada hal yang akan kita lakukan ini", ucap Pak Yosua memberikan nasehat.

"Maaf ya Pak kalau saya malah tidak menceritakan hal ini sebelumnya. Saya piker bahwa ini bukanlah hal yang besar, dan akan bisa segera terselesaikan. Namun saya salah, malah semakin saya membiarkannya dan menganggap hal ini kecil, malah berubah menjadi hal yang besar", sahut Awan dengan raut wajah menyesal.

Pak Yosua kemudian menepuk-nepuk pundak muridnya supaya bisa lebih tenang. "Tidak apa-apa, itu hal yang wajar dialami oleh banyak anak muda, bahkan dari zaman bapak dulu."

"Pak Yosua juga pernah mengalami hal ini?", kali ini gantian Awan yang bertanya.

"Emm gimana ya? Kayanya pernah"

"Serius?", tanya Awan dengan raut wajah penasaran.

Pak Yosua mengangguk dengan tersenyum.

"Terus-terus?"

"Ya Bapak ungkapin lah, meskipun awalnya menakutkan dan banyak pikiran karena takut ditolak, tetapi daripada ditahan lama-lama lebih baik diungkapkan saja. Sama seperti bab, kalau terus-terusan ditahan akan capek sendiri, jadi supaya lega, lebih baik dikeluarkan saja.", jawab Pak Yosua dengan wajah yakin.

Awan tertawa ketika mendengarkan jawaban yang disampaikan oleh Pak Yosua. Dia begitu geli dan aneh ketika mendengarkan perumpamaan kalau mengungkapan cinta sama seperti buang air besar. Sungguh perbandingan yang aneh dan tidak masuk akal.

Sementara mereka saling bercerita, pesawat terus melaju melintasi banyak negara. Pemandangan begitu cantik di luar dibarengin dengan sinar surya yang pertama kali terbit di hari itu. Awan tebal menggantung dihiasi fajar yang indah. Sungguh pemandangan yang luar biasa untuk mengawali hari.