Setelah ujian berlalu saatnya bagi para siswa melepas penat dengan liburan. Seperti Antariksa, ia akan merencanakan pergi ke Malang.
"Udah beres semua kan?" tanya Bintang, Antariksa sudah selesai mengemasi pakaiannya.
"Sudah. Berangkat," Antariksa tak sabar dengan kota Malang yang katanya sejuk dan dingin, tergantung cuacanya.
Berbeda dengan Rinai. Adel katanya ikut juga, karena tak tau liburan kemana.
Aurel, mamanya sudah menunggu di mobil. "Kapan Adel datang?" Aurel juga ingin mengetahui sahabat Rinai paling dekat.
Adel berlari tergesa-gesa. "Untung gue belum di tinggal," Adel melambaikan tangannya, Rinai membukakan pintu belakang, katanya biar asyik mengobrol saat perjalanan nanti. Kali ini akan melewati jalan tol. Mengenai Surabaya menempuhnya lama.
Adel meletakkan barang bawannya, koper besar yang entah isinya apa hingga Adel mengeluh berat. "Akhirnya tangan gue gak kebas lagi," Adel membawa kipas anyamannya.
Rinai menatap Adel kasihan. "Capek ya?"
"Banget Rin,"
"Siap berangkat?" Aurel sudah tak sabar ingin ke kota kelahirannya.
"Siap" ujar mereka kompak.
Mobil Aurel melaju menuju jalan tol. Tentu ini akan menjadi perjalanan seru. Adel yang cerewet dan Rinai yang tau segalanya tentang film aksi.
Antariksa membuat story Instagram, memotret jalan tol. Dengan tulisan to Malang, East Java. Hanya sebentar langsung tanggapan dari para followers Instagram-nya mengirimkan pesan. Terutama Adel.
Adelsz_
Wah kak Antariksa mau ke Malang ya? Rinai ke Surabaya
Antariksa terpaku, jadi satu arah?
Benarkah? Sampaikan salamku ya, selamat liburan Rinai ❤
Rinai yang tau Adel si mulut ember membocorkan informasi liburannya pun kesal. Rinai meraih ponsel Adel paksa. "Ngapain sih chat-an sama dia?"
Aurel menoleh, Rinai marah?
"Kamu kenapa nak? Kok marah-marah? Adel bikin kamu kesel ya?" Aurel tak pernah mendapati Rinai marah.
"Gak kok, ini ma game-nya seru banget. Masak, biar makin jago sekalian buka restoran," jawab Rinai, untung Adel men-download game simpel Cooking mama cook game masak kesukaannya.
Agar Aurel percaya Rinai menunjukkan tampilan ponsel Adel. "Tuh ma, masak kan?"
Aurel terkekeh. "Itu kan gamenya anak-anak. Kenapa gak yang online aja? Misalnya perang, atau game permen kesukaan mama, bagus tuh."
"Gak ah, kapasitasnya gede. Bikin memori penyimpanan telepon penuh aja," Rinai memainkan game tersebut, Adel yang gabut pun tak tau harus apa, ia sangat bosan.
☁☁☁
Rinai sudah sampai di Surabaya. Antariksa masih dalam perjalanan menuju Malang.
"Sa, nanti disana jangan pakai kipas angin ya," nasehat ibunya. Antariksa hanya mengangguk pasrah, hawa sejuk dan dingin kesukannya.
"Kalau sampai tidur di lantai, gak boleh makan seharian. Cari aja sendiri," Bintang memang tak suka jika Antariksa sudah nyaman dengan daerah dingin saking nyenyaknya tak sadar tidur di lantai.
Hanya butuh waktu satu jam lagi akhirnya Antariksa sampai di kota Malang.
Angkasa membantu Bintang membawakan semua kopernya, kali ini akan menginap di apartemen.
Antariksa ingin mengabari Adel bahwa ia baru saja sampai. Tapi setelah melihat status Adel yang online 36 menit yang lalu. 'Pingin ngabarin gebetan nih, Rinai lagi apa ya?'
Bintang menarik pakaian Antariksa, bukannya membantu anaknya malah melamun dan tersenyum, menyeramkan. "Malah ngelamun, sini bantuin! Emang kakinya buat apa?" kesal Bintang.
Antariksa terpaksa membantu ibunya yang tak sanggup menyeret koper berat itu, ini adalah barang bawaannya. Mulai dari, piyama, kaos, kemeja, baju main, buku Harry Poter, mi-fi berjaga-jaga jika sinyal memburuk, beberapa camilan kesukaannya, kripik singkong, dan beberapa kaset Play Station untuk saat begadang dengan ayahnya nanti.
Antariksa meletakkan kopernya. Lelah, namun tempat yang akan menjadi penginapan pilihan ayahnya sungguh nyaman. Antariksa ingin mengabadikan dirinya.
Sebelum foto, Antariksa akan meminjam gitar milik ayahnya. "Mumpung masih beres-beres, gue narsis dulu," Antariksa meletakkan ponselnya di meja dengan buku Harry Poter sebagai tumpuannya.
"Wah, gak nyangka gue seganteng ini. Kok Rinai gak suka ya? Apa kurang mulus? Putih? Kurang mancung? Apa glowing?" Antariksa memperbesar fotonya, bangga sekali. Di upload-nya foto itu ke Instagram-nya.

antariksa.markisa
Holiday to Malang ❤
Antariksa memilih menonaktifkan komentar. "Biar gak bacot terus,"
Angkasa berkacak pinggang, gitarnya sudah di cari sampai seluruh sudut ruangan dan berakhir di tangan yang salah. "Gak bilang-bilang kalau pinjem. Sampai pusing nih nyari gak nemu-nemu," omel Angkasa. Ia mengambil gitarnya.
'Untung narsisnya udah,' batin Antariksa lega. "Kalau bilang yang ada nanti, buat apa? Kan gak bisa main gitar," Antariksa menirukan suara ayahnya ketika marah.
"Kamu ini, sana bantuin ibu kamu tuh. Ngelipat baju," Antariksa menghela nafas berat, ini adalah kelemahannya. Percuma ia belajar, namun posisi kerahnya selalu miring.
Angkasa yang tau Antariksa memikirkan kerah baju langsung tertawa mengejek. "Miring kayak orangnya,"
Antariksa beranjak, sudah jengah di ledek. Baik di sekolah, rumah dan di manapun ia itu...lucu? Tidak, katanya galak dan cuek.
Sekarang Rinai harus memposisikan terpal untuk menjemur padi yang basah. Adel juga ikut membantu, setiap liburan pasti neneknya sudah panen.
Adel mengeluh sakit. Ia memegangi kakinya. "Ya ampun, ternyata tajam banget ya. Kaki gue panas lagi," keluhnya. Adel bagian ngurik padi agar keringnya bisa merata.
Rinai mengambil makanan singkong rebus yang baru saja di buatkan Aurel. "Del, istirahat dulu. Ntar capek, lo kan belum makan."
Adel berhambur, mengambil singkong itu. "Panas banget ya cuacanya, eh Rin lo tau gak? Antariksa juga pernah loh makan ini, malah punya kebunnya dia. Pasti banyak Rin,"
Tak bisakah sehari saja nama Antariksa itu tersingkirkan?
"Terserah lo del, yang penting kenyang."
Adel terkekeh. Rinai mulai sensi dengan Antariksa, penyebabnya kalau Cica atau Caca juga. Terpaksa menjauhi.
☁☁☁
Kalau mau liat visualnya bisa check di wattpadku ya >hikmdr