Pagi hari yang cerah, secerah wajah Randy yang sejak tadi sudah terbangun dari tidurnya. Kini ia menatap penuh damba pada wanita di sampingnya, ya wanita. Semalam ia berhasil menyempurnakan cinta mereka, berharap buah cintanya nanti akan segeran hadir di tengah-tengah mereka.
Randy merapikan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Luna karena keringat semalam, mengingat hal itu membuat Randy merasa senang karna sudah memiliki Luna seutuhnya. Kini ia akan terus bersama dengan Luna, apapun yang terjadi.
Sentuhan tangan Randy dapat Luna rasakan, namun entah kanapa rasanya lelah sekali ia untuk ia hanya sekedar membuka mata. Tapi ia merasa wajahnya di sentuh oleh seseorang, dan itu membuat tidurnya terganggu.
Luna melengkuh dalam tidurnya, lalu perlahan ia membuka matanya. Merasa bingung dengan apa yang terjadi, ia menatap Randy dengan wajah bingungnya.
"selamat pagi, sayang" sapa Randy pada Luna.
Luna masih terdiam, ia belum sadar dengan apa yang terjadi sekarang. Sesaat kemudian barulah ia sadar jika ia sudah menikah dengan Randy, dan ia langsung bangun dari baringnya.
"akhh" ringis Luna saat merasa tubuhnya sakit, terutama pada bagian bawahnya.
"kamu gak apa-apa?" tanya Randy panik saat mendengar ringisan Luna.
"e-eh, ha-hah? ahh i-itu a-anu.." balas Luna gugup.
Luna merona kala mengingat jika semalam ia telah sepenuhnya menjadi istri Randy, dan kini efeknya baru terasa olehnya. Luna meremas pelan selimut yang menutupi tubuhnya, ia kembali gugup mengingat Randy berada di sampingnya.
"ra-rasanya sedikit sakit" cicit Luna malu-malu.
"hah? sakit?" tanya Randy dengan wajah bingungnya.
Luna semakin merona melihat tampang Randy yang seperti tidak mengerti itu, ia bingung harus bagaimana sekarang?
Randy baru paham apa yang di maksud Luna, ia terkekeh melihat wajah Luna yang merona itu. Tanpa aba-aba Randy menggendong Luna menuju kamar mandi, membuat Luna memekik terkejut.
"oh itu, ya sudah ayo!" ajak Randy dengan percaya diri.
"ka-kamu, apa yang kamu lakuin?" tanya Luna panik.
Randy menatap Luna gemas, namun sebaliknya dengan Luna yang sukses seperti kepiting rebus. Apalagi kini Randy menggendongnya tanpa pakaian, mereka berdua sama-sama tanpa busana apapun.
"mandi? Kamu mau mandi bukan?" balas Randy sambil mengangkat satu alisnya.
"ta-tapi kenapa malah menggendongku?" tanya Luna lagi dengan wajah meronanya, benar-benar membuat Randy gemas sendiri.
"kita mandi bersama, sayang" bisik Randy pada Luna, membuat Luna bergidik ngeri sekaligus melotot pada Randy.
"a-apa? ti-tidak, aku akan mandi sendiri." tolak Luna dengan wajah meronanya.
"katanya tadi sakit?" goda Randy dengan tatapan polosnya.
Luna merasa bingung sendiri, benar juga yang Randy katakan. Ia merasa sakit di seluruh tubuhnya, bagaimana bisa ia berjalan ke kamar mandi. Tapi kalau mandi bersama, membayangkannya saja wajah Luna sudah merona padam.
"ta-tapi.." belum selesai Luna bicara, Randy langsung melangkah menuju kamar mandi.
Melihat respon Luna membuat Randy tertawa geli, sedangkan Luna malah menyembunyikan wajahnya di dada Randy. Mereka pun mandi bersama, benar-benar mandi lohh ya! Xixixixi..
.
.
.
.
.
Kini mereka semua berkumpul di ruang makan, dan menikmati sarapan bersama yang di buat oleh Luna sebelumnya. Walau tubuhnya terasa sakit, tapi Luna memaksa ingin memasak sarapan untuk semuanya jadilah ia memasak dengan sedikit tingkah aneh yang hanya disadari oleh Randy dan Rudy. Karna nyatanya ayah mereka hanya diam dan tidak memperdulikan sekitarnya.
"kayaknya happy banget lo dek?" goda Rudy pada adiknya yang terlihat semangat itu.
"hah? Ah gak, biasa aja" elak Randy sambil menatap Luna yang merona di tatap oleh Randy.
"dasar penganten baru, gak tau tempat" ejek Rudy pada Randy dan Luna.
Mereka semua terdiam, jujur Randy merasa tidak enak karna sudah bertingkah demikian. Begitu juga Luna, jika saja bukan karna Rudy yang mengalah kini Randy dan Luna mungkin menjadi saudara ipar.
"oh iya bang, kenapa lo berubah pikiran kemaren?" tanya Randy penasaran.
Rudy melirik Randy sesaat lalu ia tersenyum geli, lalu ia menyantap nasi goreng itu kembali sampai habis. Membiarkan Randy tenggelam dalam rasa penasarannya, setelah selesai makan barulah Rudy kembali membuka suaranya.
Sedangkan Luna masih menanti Rudy, ia tau Rudy akan menjawabnya. Tapi entahlah, kenapa ia lama sekali membuka mulutnya itu.
"gw sadar, kalo Luna emang bukan milik gw. Dia gak cinta sama gw sedikit pun, dan itu bikin hati gw patah. Tapi ya, gw rela dia sama lo. Karna gw tau, lo cinta banget sama Luna." jelas Rudy dengan sedih.
Luna yang mendengar pernyataan Rudy merasa tidak enak hati, tapi ia tidak bisa mengatakan apapun saat ini. Lidahnya kelu untuk bersuara, ia hanya memperhatikan kedua kakak beradik itu.
"sorry bang" balas Randy tidak enak hati.
"santuy dek, gw udah ikhlas kok." jawab Rudy snatai.
"lah tapi kok bisa secepat itu bang?" tanya Randy tiba-tiba.
"sebenarnya si gw udah ngikutin kalian sebulan yang lalu, dan ya gw bisa bedain aja bahagianya Luna sama lo dan saat dia sama gw itu beda jauh banget. Jadi ya dari pada gw maksain hal yang gak bisa gw paksain, ya gw ikhlasin aja. Cintakan gak harus memiliki, tapi bisa menyayangi." jelas Rudy serius.
Baik Luna maupun Randy yang mendengar ungkapan itu merasa terharu dan tak enak hati, tapi mereka juga berterima kasih pada kakak mereka itu karna sudah mempersatukan cinta mereka.
"ah abang, bikin gw baper dah." ucap Randy dengan nada manja.
"dih jijik gw dengernya, abisin tuh makan lo. Gw mau ke kafe dulu, dah!" pamit Rudy dengan tingkah jijiknya.
Rudy meninggalkan mereka semua di ruang makan, dan suasana kembali hening. Randy dan Luna melanjutkan makannya, dan ayah merekapun begitu. Masing-masing asik dengan makanan sendiri, sampai makanan mereka habis barulah Randy menanyai sang ayah.
"kalo ayah? Kenala malah setuju dengan bang Rudy?" tanya Randy kaku.
Ayah mereka tetap diam, enggan untuk membuka mulutnya. Namun ia tau jika anaknya itu pasti penasaran, dan akan terus menanyainya hal yang sama nanti.
"sesuai dengan yang Rudy katakan, ayah hanya menyetujuinya saja. Selama kau mau meneruskan perusahaan, ayah setuju." jawab sang ayah dengan wajah datarnya.
Randy terdiam, jadi hanya karna itu ayahnya menyetujui pernikahan dadakan ini. Tapi ya sudahlah, apapun itu setidaknya kini ia dan Luna sudah menjadi suami dan istri.
Luna menggenggam erat tangan Randy, ia tau Randy sedikit emosi. Karna itu ia berusaha menenangkan Randy, agar tidak terjadi hal yang tidak ia inginkan seperti sebelumnya.
Ikatan cinta mereka tidak akan bisa lagi di putuskan, kecuali dengan kematian. Randy akan selalu mencintai Luna, begitupula sebaliknya.
~~~END~~~
Terima kasih untuk para pembaca, mohon maaf jika ada kesalahan kata atau typonya.
Terima kasih juga yang sudah support, dan kasih gift serta power stonenya.
Aku sayang para Readers, intinya.