"New born are the most beautiful creatures in the world ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
BRRRRRMMMNNN!!!
"AHHHH! TOLONG CEPAT! CEPAT! CEPAT! OMEGA-KU HAMPIR MELAHIRKAN! AMBIL JALAN PINTAS! NANTI KUBAYAR KAU BERAPA PUN!" Sore itu, Paing pun menepuki punggung pria yang bermotor sendirian. Kebetulan orang itu tampak agak linglung. Capek menghadapi macet, tapi langsung sadar karena diboncengi paksa. SUMPAH! DEMI TUHAN! Paing tidak pernah sesembrono itu pada orang lain. Apalagi naik motor bebek dengan wajah berkerut-kerutnya. Namun, mereka menerobos trotoar tanpa peduli. Mengebel "TIN TIN TIN TIIIIIINNNN!" sementara Paing berteriak sepanjang jalan. "DARURAT! DARURAT! PERMISI! MINGGIR! MINGGIR DULUUU!"
hingga nyaris menabrak seekor kucing.
"MIIAAOWWWWW!! RAWWWR!" geram kucing oren itu dengan bulu yang mengembang. Ekor berdirinya tampak dari kaca spion. Lalu keluar desisan dari mulutnya. "HISSSSSHHHHHHHH!" Namun, Paing mengalihkan pandangan. Bahkan membentak resepsionis RS Bumrungrad tanpa peduli.
"PAK PRESDIR! KE IGD DULU! LEWAT SANA--!"
BRAKHHHH!!
"TOLONG URUS SI PEMILIK MOTOR DULU! BERI CEK!" teriak Paing sambil menjeblak pintu utama RS. Dia menabraki tanda 'floor sign' tanpa sengaja. Dan sekitar sana memang licin, sebab dua OB baru saja mengepelnya. Paing pun masuk ke lift secara terburu-buru. Menyalip pasutri. Lalu memencet tombolnya seperti pukulan. "Cepat! Cepat! Cepat! Cepat!"
Ting!
Untung yang ditempati Apo tidak tinggi-tinggi. Cukup lantai 5, meski Paing sempat salah dua kali lalu turun lagi. Dia pun diburu suster-suster yang mengetahui hubungannya dengan Apo. Lalu digandeng masuk ke dalam IGD. "KEMARI, TUAN TAKHON! DI SINI! BAYI PERTAMANYA SUDAH SEPARUH KELUAR!"
DEG
"APA KATAMU BARUSAN?!"
Paing pun menerobos kerumunan suster itu. Hampir diberikan baju khusus, tapi dia tidak sempat karena terlalu panik. Padahal, percayalah. Paing Takhon adalah dokter yang selalu taat, tapi dia sendiri melanggar itu karena Apo sudah menjerit tidak karuan. "APO--!!"
"AARRRGHHHH! KELUARRRRR!" teriak Apo yang dengan raut memerah biru. Dia tidak sempat digeladak ke ruangan persalinan. Dan Dokter Us bilang setidaknya yang pertama harus keluar dulu sebelum berpindah ruang. "Huff, hufff, huff ... PHIIIII! SAKIIIIIT! Hiks ...."
Paing pun segera memindah cengkeraman Apo dari punggung ranjang. Dia menggenggamnya sangat-sangat lembut, tapi Omega itu tetap saja kesulitan. "Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kau bisa ... semangat. Sorry telat, tapi Phi sudah di sini ...." katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Apo pun meremas balik tangan Paing. Mendesis-desis. Samasekali tidak perhatian Alpha itu menyeka rambut basahnya.
"Ayo terus, Tuan Natta! Baby-nya separuh jalan! ANDA KUAT!" kata Dokter Us mengintruksikan. Dia dibantu Mint dan para suster untuk melakukan tugas. Satu memantau tensi, satu denyut nadi, sementara yang lainnya menyiapkan tempat calon para baby. Kata Us, kepala baby pertama posisinya memang sudah benar. Jadi dia bisa lahir normal walau entah bagaimana saudaranya. Baby itu mencari jalan karena tak sabar keluar. Dan dia tak peduli Papanya berjuang setelah air ketubannya pecah.
"ARRRRGGGGGHHHHHHHHH! Hiks ... hiks ... hiks ...." isak Apo sembari menggigit bibir. "SIALAN, PHI DIA MENYUMPAL DI TEMPAT ITU! UNNNNGGHHHHHHHH!" Dia berusaha mendorong sekuat tenaga. Mengangkang lebar di bawah selembar kain hijau, tapi baby itu masih berhenti di bagian siku.
"SEKALI LAGI! Sedikit saja, Tuan Natta! Ayo! Ayo! Ikuti saya," kata Us yang malahan mirip pemandu sorak. ".... satu ... tarik napas, dua ....--"
"IYA IYA AKU TAHU! CAPEK TAHU! DARI TADI SEKALI LAGI!" bentak Apo yang kalapnya di ambang batas. Perut atasnya pun dibantu Mint agar terdorong perlahan, tapi bidan itu tak berani kencang karena isi baby-nya terlalu banyak. "Phiiii ... hiks, hiks ... hiks ... bocah ini bandel sekali. Aku benar-benar akan---ARRRRGGHH! Menampar---! UMMMMMMMHHHH! Huff, hufff, huff, huff, huff, huff ... huff---DUA BOKONGNYAAAAAAAAAA!"
"ARRGHHHH! APO! APO! APO!" teriak Paing yang tiba-tiba saja dijambak. Kepalanya sampai menyeruduk dada sang Omega. Dijadikan pelampiasan. Tapi Apo tidak melepaskan hingga pinggang si baby keluar. "Sssshh ...."
"BAGUS! SEDIKIT LAGI! TUAN NATTA! INI BENAR-BENAR HAMPIR SAMPAI!" kata Us setelah mengintip ke dalam sebentar.
"HA HA HA HA! IYAKAH?!" Apo masih sempat-sempatnya tertawa. "AKU TAHU AKU HEBAT, US! AKU TAHU AKU INI SUPER PAPPPYY! ARGHHHH!" teriaknya lagi. Apo pun menarik ulang rambut Paing. Menjambak kemejanya. Bahkan mencekik Alpha itu dengan tangan kanan. "ARRRRGGHHHH!"
BRAKHHH!
"ADUHH!" keluh Paing karena kakinya menabrak kaki ranjang. "Apo--!" Namun siapa pun tak peduli dengan deritanya, apalagi Alpha itu harus berusaha agar tidak menimpa Apo. Dia mengurung sang Omega dengan dua lengan. Menjaga stabilitas diri sendiri. Sadar-sadar sudah dua kancing teratasnya yang tercabut dari lobang kunci.
KRAKHHH!
"Huff, huff, huff, huff--POKOKNYA KAU HARUS KELUARRRRRRRR!!"
"ARRGHHHH---!!"
"OEEEEEEEEEEEE!! OEEEEEE!! OEEEEE!! OEEEEEE!! OEEEEEE!"
Tidak butuh waktu lama, teriakan Paing dan Apo pun berhenti setelah baby pertama lahir. Keduanya sama-sama diam. Langsung terhenyak. Sebab si baby menggapai udara di pelukan bidan Mint. "AHHHH! Syukurlaaaaah! Dia sudah berhasil!" katanya sambil tersenyum. Us pun segera memotong tali pusatnya. Sementara para suster siap dioperi dengan kehangatan selimut.
"TARUH SANA! BELUM SELESAI! BIAR KUPERIKSA DULU YANG LAIN!"
"BAIK!"
"Phiiii ...." desah Apo diantara orang yang mondar-mandir. Dia pun mengatur napas. Langsung merona, apalagi Paing mengecup keningnya seketika itu. "A-Aku bisa? Aku benar-benar bisa? Hiks ... hiks ... aku kira dia bakal gagal di tengah jalan--"
"No, no ... Sayang. You can do it. You can do that. I trust you ... believe me. Terima kasih sudah menjadikanku Ayah ...."
Apo pun mengangguk senang. Mereka tertawa, tapi momen itu tidak bisa berlama-lama.
"TIDAK BAGUS!" kata Dokter Us tiba-tiba. "Yang kedua dan ketiga kakinya di bawah! Kita harus tetap siapkan prosedur caesar-nya! CEPAT! CEPAT! CEPAT!!" teriaknya menyentakkan jantung setiap orang.
DEG
"Apa?"
"BAIK!" sahut Mint dan para suster yang langsung buyar. Mereka ribut sekali. Langsung membuka akses untuk menuju ruang persalinan. Lalu tujuh orang siap menggeladak Apo keluar.
"Phiiiii, aku takut ...." desah Apo saat infusnya diangkat suster. Omega itu menatap Paing dengan mata panik. Langsung tak enak, sebab ada pergerakan hebat yang keluar lagi dari tiga baby lain. "ARRRRGGGGGH!" jeritnya kembali. Suara Omega itu bersahutan dengan baby-nya. Tangisannya. Juga roda ranjang persalinan yang didorong beramai-ramai. (*)
(*) Ruang IGD dekat dan biasanya dipake mengecek pembukaan dahulu. Penanganan awal. Siap atau belum, dan kalau ada lanjutan biasanya baru ditaroh ke tempat persalinan yang letaknya lebih jauh.
"SATU, DUA, TIGA! SEKARANG!"
SRAAKKKKHHHHHHHHH!!!
Paing pun ikut berlari di sebelah gerombolan itu. Memboyong keluar Apo Nattawin, dan bisikan kata-kata tenangnya tidak berhenti. Dia bahkan ditampari sepanjang jalan. Ikut ngos-ngosan, tapi Paing paham kesakitan itu tidak bisa dibandingkan dengan sang Omega.
"BERIKAN AKU MEJA BEDAHNYA! TARUH KANAN!" teriak Us sambil mengganti sarung tangan agar baru dan tetap steril. "SEKARANG SUNTIKNYA! BIUS SEPARUH! AMBIL DUA BOTOL YANG DI RAK SEBELAH KIRI!"
"BAIK!"
Tiap intruksi Us pun selalu dituruti. Dilayani. Sementara dokter itu tinggal menerima alatnya dengan dengan kening yang sudah membanjir. Sesekali dia mengusap basah karena menetesi bulu matanya. Lalu melirik Paing yang mengajak bicara Apo selalu. "Bagus, Tuan Takhon. Buat dia teralihkan selama aku melakukannya ...." Dia pun bergerak cepat. Dan rasanya ringan karena kini tugasnya mengurus kembar dipikul bersama. Oh, Tuhan ... untung saja Paing seorang dokter. Jadi Alpha itu tidak perlu diberitahu harus apa. Bahkan meski Apo sempat tantrum sekalipun. "Aku yakin kali ini tak ada yang terlambat lagi ...."
"Hiks, hiks ... hiks ... Phii ... aku benar-benar tidak akan mati? Mereka akan membelahku jadi dua ...."
"Ssssh, ssssh ... tidak akan ada yang mati di sini. Tidak akan kuizinkan, paham? Bagaimana kalau habis ini melihat bunga? Di Perancis, suka? Ada padang Lavender yang luas di tempat itu," kata Paing mengalihkan perhatian sang Omega. Jantungnya berdetak seirama Apo dan baby-nya yang diurus di ruangan tadi. Sebab tangis bocah itu masih menggaung hingga keluar ruangan.
"OEEEEEEEEEE!!! OEEEEEEEE!! OEEEEEEE!! OEEEEE--"
"Serius? Phi tidak bercanda denganku? Aku mau jalan-jalan di sana ...."
"Tentu saja, Sayang. Ha ha ha ... bisa. Makanya kau harus melewati malam ini. Semua akan baik-baik saja."
Cup.
Apo pun merona menatap wajah tampan di depannya. "A-Aku bisa foto-foto juga? Sama triplets dan mereka semua. Tapi--ugh ... ha ha ha ... cara bawanya bagaimana? Hiks--ha ha ha ha ... kereta dorong 7 rangkai itu ada tidak sih? Ha ha ha ... ya ampun ...."
"Ada, ada. Kalau tidak, maka akan kubuat ada," kata Paing dengan mata yang berbinar. "Oh, iya. Kau tahu? Aku memenangkan catur dengan Luhiang. Dia kalah, Apo. Triplets dan mereka akan dapat mobil dengan 7 seat baby ...." imbuhnya.
"Iyakah? Ha ha ha ... custom, dong. Jadi Luhiang harus pesan dulu, begitu?" tanya Apo dengan air mata bahagia yang mengalir.
"Yups. Semuanya memang dipesan terlebih dahulu. Ha ha ha ... tapi bagus kan? Karena karena kalian pasti sudah pulih saat mobilnya jadi," kata Paing. "Nanti kita akan jalan-jalan. Dan Luhiang bilang akan mengajak piknik kita setelah anaknya lahir."
"Wahhh ...."
"Ke mana pun, Apo. Mungkin ke Garden Cosmic? Gondola Venezia juga bagus kalau kita ingin mencoba perahu kanal ...." kata Paing. Alpha itu pun menyebut segala tempat yang dia ingat. Memeras otak, walau sebenarnya ikut tergoda untuk menoleh ke belakang. Di sana pandangan Apo sudah ditutupi dengan selimut hijau. Sangat privasi. Sehingga Omega itu tidak tahu perutnya di-odel-odel oleh pisau bedah.
Tiiiit ... tiiiit ... tiiit ... tiiit ....
Hanya suara percakapan, tarikan napas, dan elektrokardiogram lah yang menemani proses itu karena si baby pertama sudah masuk inkubator. Paing sampai capek mencari topik. Segala hal dia bahas agar Apo tertawa, tahu-tahu dua baby sudah keluar ke pelukan para suster.
"Angkat dia! Angkat!"
Plakh! Plakh!
"Hatchi!"
Seperti yang diduga Paing, bayi caesar hanya bersin dan menguap saat diambil. Dan bokong mereka butuh ditepuki atau dicubiti dulu agar menangis.
"Satu lagi, yang ini ... bawa!"
"Baik!"
Plakh! Plakh! Plakh!
"Sssshh, ayooo ... menangis ...."
"Mmmnhh ... nnhh ... ngh ...." lenguh si kedua dengan bibir menggeliat. OEEEEEEEEE!! OEEEEEE!! OEEEEEE!! OEEEEEEE!!" Dia pun baru meraung-raung. Memekik kesakitan, tapi itu memang perlu untuk memicu detak jantung pertamanya.
"OEEEEEEEE!! OEEEEEEEEE!! OEEEEEEEEEEEE!! OEEEEEEEEE!!" saudaranya pun ikut menyusul. Mereka membuat kegaduhan yang Apo sendiri tidak menyadarinya. Lalu Omega itu teralih perhatian.
"Ahhh, baby-ku ... hiks ... mana ... aku ingin melihatnya ...." kata Apo sambil menggapai-gapai. Dia pun membuat Paing tersenyum. Apalagi Apo diperbolehkan menyentuh sebentar sebelum mereka dibungkus jauh. "Ha ha ha semuanya tampan seperti Phi. Hiks ... aku ingin cepat-cepat memeluk mereka ...."
"OEEEEEEEE!! OEEEEEEEEE!! OEEEEEEEEEEEE!! OEEEEEEEEE!!"
"OEEEEEEEE!! OEEEEEEEEE!! OEEEEEEEEEEEE!! OEEEEEEEEE!!"
Cup. Cup. Cup. Cup. Paing pun mengecupi jemari Apo yang berada di udara. Lalu tertawa dengan wajah yang berurai air mata. "Iya, Sayang. Nanti ... sabar dulu ...." katanya. "... kau pikir Phi sendiri tidak ingin? Kalau bisa Phi ingin Papa dan Mama dengar beritanya sekarang. Bayangkan bagaimana senangnya. ..."
"Ha ha ha ha, iya. Mereka pasti tak percaya sudah punya cucu ...."
".... kan? Ha ha ha ha ha, tinggal menunggu sebentar ...."
Keduanya pun saling bertatapan untuk menenangkan. Memuja dan berterima kasih satu sama lain. Namun, lagi-lagi momen itu terinterupsi.
Plakh! Plakh! Plakh!
"Buruk ...."
Plakh! Plakh! Plakh!
"Buruk, buruk. Sangat buruk ...." kata Dokter Us dengan mata yang berair. Beralaskan selimut, dia pun menggoyangkan tubuh baby yang keempat. Dibantu Mint, tapi tetap tidak ada respon sama sekali.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Paing karena instingnya mengatakan harus menoleh.
"No, Tuan. Yang satu ini sedikit beda," kata Us. Lalu memeluk si keempat sambil menggosok punggungnya. "Astaga, apa yang terjadi padamu ...." Dia pun membaringkan tubuh mungil itu kembali. Sampai-sampai Paing harus memberi isyarat kepada suster.
"Kau, pegang Omega-ku. Biar kucoba sebentar ...."
DEG
"T-Tunggu, tunggu, tunggu ... Phiii-?! M-Mau kemana memangnya--"
"Baik, Tuan ...."
Paing pun benar-benar pergi. Membiarkan Apo. Lalu mengambil alih bayinya. Dia juga melepas Us untuk cepat-cepat pergi. Diikuti Mint, lalu mereka mondar-mandir untuk mencari peralatan yang bisa dipakai.
DEG
"Oh ... kau perempuan ...." kata Paing saat perkataan si pendorong perahu terbukti. Namun, Alpha itu segera fokus kembali. Memeluk dan mencubit bokong anaknya pelan. Lalu Dokter Us datang kembali.
"Sebentar, Tuan. Aku tahu ...."
"Bagaimana?"
Us pun menerima baby itu lagi. Menjungkir balikkan tubuhnya. Lalu menyerahkan selang tipisnya kepada Paing. "Ini, tolong siapkan," katanya. "Saya yakin Anda tahu harus apa. Karena kemungkinan ada ketuban yang masuk ke paru-parunya ...."
DEG
"Apa? Oh--benar juga ...."
"Phiii ...."
"Sebentar, Apo," sahut Paing penuh urgensi. "Tenang dulu dan tunggulah kami. Ini seharusnya berhasil ...." Dia pun menyerahkan selang sambil menunduk. Mengabaikan Apo. Lalu mendekap si keempat agar Us memasukkan benda itu ke tenggorokan. Hhhh, hhhh ...
Detik itu seisi ruang pun langsung menahan napas. Kalut berjamaah. Tapi mereka hanya bisa berdo'a selama Us menyedot air ketuban.
"Puah! Benar kan ...." kata Us sambil meludahkan isinya ke samping. Warna cairannya cukup bening, agak kekuningan, campur darah, sedikit manis dan amis, tapi Us segera menyedot lagi, meski jemarinya tremor.
"Pelan, pelan. Pelan, pelan ... dia pasti baik-baik saja ...." bisik Paing sambil menggosok kaki merah anaknya. Namun, air mata Alpha itu justru mengkhianati. Sehingga dia refleks mengusap pipi saat beberapa menetes jatuh. "Kau akan baik-baik saja, Sayang. Kau pasti ikutan bertahan ...."
"Puahh! Sepertinya masih ada lagi ...." kata Us sampai merubah posisi. Apo pun meremas selimut tanpa disadari. Menatap peristiwa itu. Lalu memegang kepala karena pusing tidak karuan.
"Ugh ...."
Tidak, tidak! Aku tidak mungkin kehilangan lagi. TIDAK!
"Coba sekarang letakkan. Di sini, Tuan. Cepat ....!"
"Oke, oke. Sudah ...." kata Paing, yang mendadak tanggap tak seperti biasa. Dia pun menyingkir saat Dokter Us membekuk kaki anaknya. Memutar pinggulnya sambil menepuki keras. Plakh! Plakh! Plakh! Tidak capek, meski hati sudah berpasrah.
DEG
"OEEEEEEEEEEEEEEE!! OEEEEEE!!
OEEEEEEEEE!! OEEEEEEEEEEE!!
OEEEEEEEEEEEEE!! OEEEEEEE!"
Mendadak tangisan kencang itu pun melengking-lengking. Terdengar pilu, seperti nyaris takut ditinggalkan tapi tidak jadi.
"AAAHHHHH!! SYUKURLAAAAH!" desah semua orang langsung lega. Mereka pun tertawa karena Paing nyaris roboh ke belakang. Kakinya lemas. Untung ada rak-rak yang menahan beban tubuhnya.
BRAKKHHHHHH!!!!
"Oh, Ya Tuhan ... kami berhasil ... kami berhasil ... kami berhasil ...." kata Paing. Lalu menatap Omega-nya yang sudah terkulai lemas.
"Phiiiii ... hiks, hiks, hiks ...."
Brughhhhh!
"KITA BERHASIL, APO! KITA BENAR-BENAR MELAKUKANNYA!" seru Paing sambil menyerbu Apo Nattawin. Mereka pun saling memeluk saat efek biusnya masih berfungsi. Sementara semua orang segera memberikan selamat bertubi-tubi.
"SELAMAT SUDAH MENJADI AYAH, TUAN TAKHON!"
"SELAMAT UNTUK ANDA DAN PUTRA-PUTRINYA, TUAN NATTA!"
Beberapa bahkan bertepuk tangan. Diikuti rekannya. Hingga ada yang menangis karena Paing sampai berteriak bahagia. "Astaga ... selamat atas tim hebat kita--YEAHHHHHH! HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!!"
Ya ... hari itu pun berakhir dengan dengan perasaan ringan. Walau ada drama Apo pingsan hingga Paing harus mendonorkan dua kantung darahnya ....