BAB 7
Sesampainya di kantor, Mile disambut lumayan mewah oleh bawahan yang biasanya menghormat kepada Pomchay. Dia tahu akan menarik perhatian para karyawan pada detik awal masuk, apalagi yang Omega. Namun, Mile tidak punya waktu untuk basa-basi selain memberikan senyum tipis ke sekitar. Dia langsung menuju ke meja kerja Pomchay yang sudah di ganti dengan nama "Mile Phakphum Romsaithong", dan duduk sebagai pengganti sang pewaris.
"Saya Wen, Tuan Mile. Saya sekretaris pengganti yang dibicarakan Nona Ann tadi pagi," kata Wen.
Mile mengangguk sekilas padanya. "Iya, aku sudah bicara dengannya di persimpangan jalan. Untung saja bertemu. Dia sepertinya buru-buru sebelum check up kehamilan ke rumah sakit. Makanya sampai mencegat karena belum punya nomorku."
"Maaf merepotkan Anda, Tuan Mile. Saya akan lebih hati-hati lain kali."
"Tak masalah. Aku juga mohon bantuan selama di sini. Bagaimana pun tempat ini bukan wilayahku. Kau harus bersabar kalau aku tidak bisa mengurus beberapa hal secepat kakakku," kata Kinn.
"Baik." Wen lalu meletakkan beberapa dokumen tipis ke meja Mile. "Berikut rekapan jadwal untuk hari ini. Saya sudah punya salinannya. Tolong dibaca sebentar, Tuan. Saya juga sudah sertakan menu-menu yang perlu dibahas ketika rapat nanti siang."
"Baik, terima kasih."
Wen pun tersenyum tipis. "Saya di sebelah ruangan Anda jika ada apa-apa," katanya. Lalu undur diri. Wanita Alpha itu bergerak professional sebelum duduk. Lalu mulai bekerja dengan cekatan.
Meskipun begitu, Mile tidak langsung membuka dokumen di depan matanya. Dia mengecek ponsel bukan untuk urusan Ann, melainkan Apo yang sudah membalas pesan sosmed-nya tadi pagi.
Tidak macam-macam, memang. Mile hanya mengirimkan balasan agar Apo menyimpan nomor barunya, tapi lelaki itu hanya membaca tanpa reply satu pun. Malahan, saat Mile mencoba mengirim pesan yang baru, ternyata sosmed-nya sudah diblokir lagi.
"Apa?" gumam Mile pelan.
[Anda diblokir oleh pengguna ini]
Tulisan itu sungguh-sungguh nyata. Mile pun mengernyit, apalagi Apo tidak sampai mengirim balik nomornya. Hei, kenapa dengan Omega yang satu itu? Mile melakukan kesalahan?
Mile pun menelan rasa penasarannya seharian hingga pukul 6 sore pekerjaannya selesai. Dia tidak lama-lama di balik meja. Lalu segera pulang untuk menemui Apo.
Dimana Omega-nya kira-kira? Apakah sudah di rumah? Mile perlu kejelasan kenapa diperlakukan seperti itu.
"Bagaimana caranya kita dekat kalau kau seperti ini? Aku benar-benar tidak paham," kata Mile. Yang memilih mendatangi kantor Apo untuk memastikan apakah sang Omega sudah pulang atau belum.
Ternyata, mereka berpapasan. Mile tidak perlu turun atau masuk gerbang, karena dia sudah melihat Apo menyetir mobil keluar dan bersisipan dengannya.
"Hei, Apo—"
Brrrrrrrmmmmmm!
Mile pun langsung putar balik dan mengejar Audi R8 V10 milik Apo. Lelaki itu mencegat Apo hingga sang Omega nyaris menabrak McLaren hitamnya, lalu mereka bertatapan di balik kaca.
Cklek.
Mile pun langsung turun dan membuat beberapa pejalan kaki menoleh padanya. Dia tidak memedulikan sekitar, lalu menunjukkan tanda blokir di ponsel melewati jendela Apo. "Apa maksudmu? Jangan bertingkah kekanakan seperti ini."
Apo nyaris menginjak gasnya kembali, tapi Mile menahan tangan lelaki itu.
"Hei, bicara padaku sebentar."
"Bicara," kata Apo.
Mile pun meremas jemari di setir itu. "Kau pasti paham maksudku. Ada apa?"
"Kenapa bertingkah seolah kau kekasihku? Kita tidak punya relasi apapun."
"Kau tanya relasi? Benihku ada di dalam rahimmu."
Apo pun terdiam.
Mile langsung masuk kali ini. Dia menjejeri Apo, kemudian mengambil ponsel sang Omega. Kebetulan benda itu terpajang di phone holder dekat dashboard. Tanpa permisi lebih dahulu, Mile pun memasukkan nomornya ke panggilan darurat dan menelpon agar nomor Apo masuk.
Mile juga menyimpan nomor itu dengan cepat. Dia tidak menginterogasi sandinya apa atau bagaimana, lalu mengembalikan ponsel Apo ke tepatnya.
"Sudah. Dan kalau kuhubungi, mulai sekarang wajib diangkat. Aku tidak mau tahu."
"Aku tidak mengecek ponsel kecuali penting saja," kata Apo.
"Aku juga orang penting," bantah Mile. "Kalau bukan, fotoku takkan hilang satu dari dinding."
Apo pun terdiam lagi.
"Kenapa bersikap seolah tidak suka padaku? Kalau kau menghindar kita tidak punya kemajuan."
"Kau bicara dengan siapa tadi pagi? Dia meminta nomormu di tepi jalan," kata Apo yang mulai meledak. "Oh, ternyata kau suka Omega yang tante-tante. Maaf, ya. Aku tidak memenuhi spesifikasi yang seperti itu. Apalagi rambut panjang dan cantik. Jadi, kalau mau main-main teruskan saja dengannya."
Kepala Mile pun berdenyut seketika. "Sejak kapan aku main-main?" katanya. "Aku bisa-bisa jadi gila."
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Dia sekretaris, sekretaris! Astaga," kata Mile. "Milik Phi Chay dan berhenti karena hamil plus dibawa suami pindahan."
"Oh."
"Sekarang puas? Aku bisa berikan nomornya padamu kalau ingin konfirmasi."
Kali ini suara Apo memelan. "Lupakan saja. Aku tidak berhak untuk itu," katanya. Padahal Mile nyaris merogoh ponselnya dari saku jas.
"Serius, dia ini maunya apa?" pikir Mile yang berusaha tetap sabar. "Oke, terserah. Kulupakan saja kejadian hari ini. Kuanggap tidak pernah ada. Besok bertemu denganku setelah bekerja. Aku ke kantormu dan kujemput—"
"Tidak, aku berangkat sendiri ke tempatnya," sela Apo. "Aku ini tidak miskin sampai terpaksa numpang di mobil milik orang lain."
"Orang lain, katanya?" batin Mile agak tersinggung. "Kau kenapa sensitif sekali? Kalau bawaan bayinya okelah. Tapi tahan sedikit dan berpikir. Kita Cuma punya satu bulan."
"Kau mau kubawa pulang atau turun sekarang juga," kata Apo yang mengalihkan topik. Dia bahkan tidak menoleh ke Mile sejak tadi, lalu memencet klakson ke McLaren yang separuh badan menghadang jalannya. Tinn! Tinn! Tiinnnn!
BRUGH!
Mile malah menarik Apo ke dalam pelukannya. Dia memaksa Apo terdekap diantara dua lengannya, walau sang Omega sempat memberontak ringan. "Diam saja. Cukup sebentar dan hirup aromaku. Nanti pasti tenang sendiri," katanya. "Jangan lupa, Omega hamil sering cemas kalau Alpha-nya tidak ada di sekitar. Kau tidak boleh abaikan hal itu."
Apo diam dan menurut, walau dia tetap berbisik dengan remasan di jas Mile Phakphum. "Kita di tepian jalan raya. Sudah," katanya memperingati.
"Tidak. Kau akan makin emosional kalau kulepas sekarang."
"Mile—"
"Protes lagi kusetubuhi kau di sini."
DEG
Apo terlalu kaget sampai tidak bisa berkata-kata, bahkan makian saja tersangkut di tenggorokannya. Dia pun semakin tenang karena Mile menyalakan mode hitam di kaca mobil, sehingga orang luar takkan melihat lagi apa yang ada di dalam.
"Oke, cukup. Serius temui aku besok siang. Jangan lupa," kata Mile. "Kuberitahu tempat dan waktunya nanti di chat. Dan kalau kau abaikan aku lagi, kudatangi kamarmu di malam hari."
BRAKH!
Mile sepertinya menahan marah sejak tadi, dan baru menampakkannya sekarang. Lelaki Alpha itu membanting pintu Audi Apo hingga bergetar, lalu pintu mobilnya sendiri hingga sang Omega mendengar.
BRAKHHH!
Oh, ternyata Mile merupakan tipe Alpha yang takkan memukul pasangannya.
Apo jadi penasaran apa Mile begitu juga kepada semua orang? Mungkin Mile sudah menghancurkan lebih banyak barang daripada perkiraannya selama ini.
Bersambung ....
NB: FYI
1. Mobil Apo (Audi R8 V10) seharga 8,5 miliyar.
2. Mobil Mile (McLaren 720 S) seharga 9,2 miliyar