BAB 26
MENYUDAHI pikiran jelek yang ada, Mile pun keluar lima menit kemudian. Dia mengenakan bathrobe asal-asalan. Rambutnya masih bercucuran sisa air shampoo, dan Apo langsung mengeringkannya. "Ya ampun, Mile? Kau kenapa?" Omega itu pun meletakkan majalah berjudul "Mom & Baby." untuk fokus pada sang suami saja.
"Tidak ada, aku hanya lelah, tapi merindukanmu," kata Mile sembari duduk di sebelah Apo. Dia menatap sang Omega yang bergerak telaten. Mulai pakai handuk kecil, hairdryer, kemudian menyisirinya dengan jemari. Sangat halus, sangat lembut.
Mile pun tidak tahan untuk membantingnya ke ranjang daripada terus-menerus gelisah.
BRUGH!!
"Eh--"
Mile juga tidak sabaran. Dia hanya mengecup sekali, dan langsung melepasi bathrobe Apo. Lelaki itu meraih dada sang Omega dengan remasan gemas. Baru meloloskan bathrobe-nya sendiri ke sisi ranjang. "Apo, aku mencintaimu," katanya.
Di luar dugaan, Apo balas menyentuh kali ini. Dia tidak marah seperti pertama ditiduri di pesawat. Tidak menjerit hanya karena dipeluk mendadak. Tidak gugup karena ditusuk dalam kondisi hamil. Malahan membantu Mile singkirkan bathrobe-nya ke lantai.
"Hahhhh."
Apo hanya menghempas napas sejenak, tapi setelah itu baik-baik saja. Dia memeluk kala paha dalamnya dibelai, bahkan berani membalik posisi untuk duduk di perut sang Alpha.
BRUGH!
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....
"Aku juga mencintaimu," kata Apo. Sembari mencium Mile, dia ikut menuntun tangan sang suami yang meremasi pantatnya. Omega itu balas menggurat undercut yang dia sukai. Jakun samarnya perlahan naik dan turun. Pertanda meneguk saliva diantara pergulatan lidah mereka yang ganas. "Atau percayalah aku lebih mencintaimu." Sudut bibirnya menerbitkan seringai indah kali ini. "Lebih dulu, lebih lama. Kau hanya milikku saja, Mile Phakphum Romsaithong."
Benar-benar sangat menawan.
BRUGHHH!!
Mile pun membalik posisi mereka kembali. Dia sempat mencekik pelan Apo untuk menakuti, tapi sang Omega malah menjilat pergelangan tangannya hingga terkejut.
DEG
"Apa?"
"Ha ha ha ha." Apo malah tertawa karena ekspresi Mile. Dia mencakar lembut bahu sang suami dengan kukunya, lalu mengakui sesuatu. "Kenapa? Aku kan sibuk belajar waktu kau kerja di luar sana. Terkejut?"
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....
Membayangkan Apo menonton video kotor, Mile pun tertawa sama mesumnya. "Ha ha ha ha ha, sial," katanya. "Nakal sekali kedengarannya. Tapi, oke. Tunjukkan padaku kau sudah belajar apa."
BRUGHHH!
Apo pun langsung bangkit dan bertumpu pada lututnya. Dia mendorong dada Mile untuk balas menjilat, tapi lidahnya tidak naik samasekali. Apo justru menyusur ke bawah dengan sepasang mata tajam fokus kepada Mile. Dia meremas paha sang suami saat memutari gumpalan otot di perut, lalu turun untuk mengulum penis yang digenggamnya.
"Tunggu, tunggu. Yang waktu itu kau sampai tersedak--"
"Aku bisa." Dari membelai, Apo pun menenggelamkan kuku-kukunya ke paha Mile. Mungkin biasanya hanya menonton, tapi Apo tidak sembarang memilih channel yang dia privi. Hanya video-video interaktif dan teknikal saja yang Apo buka, dan dia tak berkedip lama dari layar karena proses pengamatan. Tentu bukan karena berhasrat. Apo justru mencari tahu harus apa saat menggarap penis suaminya sendiri.
Mile pun memutuskan tidak bersandar untuk menikmati ekspresi Apo lebih dekat. Dia suka dengan kedua alis presisi sang Omega yang nyaris bertaut. Hidung mancungnya yang tergerak naik turun seiring kuluman enerjik itu berlangsung. Apalagi bila Apo berusaha menelannya sebanyak mungkin.
"Hhh, hhh. Dasar ...." desah Mile sembari membelai pipi Apo. Namun, hanya dalam beberapa detik dia sudah menjambak rambut sang Omega. Fuck! Permainan lidah Apo terlalu nikmat--dan sekarang Mile percaya kata-kata Apo soal dia yang cepat belajar. "Hrrmh, Apo--hhh ...."
Apo hanya mengeluarkan penis itu sesekali saat bernapas besar, tapi menelan ulang dengan jemari tidak berdiam diri. Dia menjamah dada Mile dengan cakaran lembut yang turun. Lalu menelusuri delapan pak sang suami dengan rambutnya.
"Aaahhh ...."
Apo hanya terciprat air mani sedikit ketika Mile melepaskan diri. Sebab dia sudah menyeruduk leher Mile dengan gigi karena gemas balas menandai. Jemarinya bertautan dengan Mile selama meninggalkan banyak merah, dan lututnya tegak karena sang suami ingin menjamah tempat hangat di bawah sana.
Dua jari masuk ke dalam.
"Khhh-"
Apo sempat terlonjak ketika Mile menerobos lubang basahnya, tapi dia tetap tidak berhenti menggigit. Apo nikmati aroma segar dan sejuk khas Mile, bahkan gigi-giginya hingga di sepanjang dagu lelaki itu.
"Hrrrmhh." Sambil mengocok penisnya sendiri, Mile pun mencari-cari titik getar Apo di dalam sana. Dia tak berhenti menjelajah tempat sesempit apapun, dan jemari itu menari-nari lihai.
Mungkin karena terbawa suasana, Mile dan Apo sama-sama melihat lilin redup di mata satu sama lain. Saat mereka bertatapan begitu dekat, hanya cinta dan hasrat yang melingkupi mereka. Tidak ada lagi perbandingan, pangkat, atau logika.
Apo kini tidak bisa berpaling dari pesona Mile, sebagaimana Mile selalu mengaguminya selama ini. Dia tatap sosok itu baik-baik. Dia simpan Mile di dalam sudut terdalam hatinya, dan mengikat sang Alpha di sana.
"AHH!"
Mile ikut terkejut ketika Apo melepaskan lehernya mendadak, apalagi remasan Apo menguat. Sang Omega tampak sakau beberapa saat, sementara Mile gantian menyeringai karena menemukan titiknya. "Lain kali aku akan mengingatnya di bagian ini," katanya. Lalu duduk untuk memeluk Apo.
Ah, pinggang Apo memang begitu ramping. Mile sampai membutuhkan satu lingkar lengan saja, sementara tangannya yang lain terus memanjakan titik tersebut.
"Ssssssh." Apo pun mendesis dengan napas beratnya. Dia lupa sang Alpha punya pengalaman lebih banyak, lebih bebas. Sehingga tidak ragu lagi untuk menyentuh semakin kasar. Lelaki itu menyedot puting Apo seperti tengah mengisap nyawa. Bahkan seperti kesurupan ketika Mile melakukannya semau hati. "AHHHH ...." Akhirnya, Apo terbanting ke balakang karena tidak sanggup lagi.
BRUGHHHHHHH!
DEMI APAPUN YANG BARUSAN TERLALU HEBAT! Dia membelai rambut Mile selagi menjilat turun ke tulang sias, dan terlonjak karena penis itu mendadak masuk.
"AHHHH!"
"Apo ....." kata Mile, yang langsung meraih dagu Apo untuk menatap dirinya. Sembari menghujam keluar masuk, sang Alpha pun mengesuni wajah Apo sayang. Dia tidak menyangka sang Omega malah menyeringai ketika lehernya dicekik ulang, apalagi luapan emosi di matanya menjilat udara seperti api.
"Nnh, nggh ... nnhh ... ugh," desah Apo selagi Mile menjelajah pinggulnya dengan jemari. Sang suami kini berlutut tegak menjulang, lalu memindah cekikannya ke betis.
Mile memeluk kedua kaki jenjang Apo ke dadanya, mengecupi pergelangannya dengan tatapan memuja, bahkan tidak ragu menjilat sela jarinya.
Oh, wangi. Ada sedikit lembut yang dia rasakan di bagian dalam kulit tipis Apo, dan sang Omega mengejan karena sentuhan itu. "Aahhhh ... Mile ...."
Ternyata di sana termasuk titik sensitif Apo Nattawin, huh? Mile menyesal baru mencobanya sekarang. Dia pun terpejam untuk menelusuri bagian itu dengan lidah, padahal napas sendiri sudah sama beratnya.
"Hhh, Apo--aku benar-benar mencintaimu," kata Mile. Dia mengeluarkan semburan yang kedua ke perut itu, barulah meraba laci nakas setelah melihat Apo terengah heboh.
"Hahhhh ... hahh ... hahh ...."
Kening Apo berkeringat tipis. Lutut-lututnya ikut memerah ketika Mile mengoyak agresif plastik kondomnya dengan gigi, lalu membungkus penis gigantisnya yang masih tegak.
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....
Entah kenapa, Apo suka cara Mile melakukan prosesi itu hingga memasukinya kembali.
"AHH!"
Mungkin karena pertama kali, atau memang seksi sekali? Apo tidak bisa membedakan karena dia terlalu semangat.
"Tahu tidak? Sesak," bisik Mile tiba-tiba saat dia bergerak. Apo pun memeluknya dengan ekspresi bingung.
"Kenapa? Aku?"
"Bukan. Kau harus beli pengaman yang ukurannya lebih sesuai lain kali. Aku kurang nyaman dengan yang ini."
DEG
"Oh ...." Pipi Apo pun memerah dengan pandangan meredup. Dia mencakar pahanya yang terbuka. Lalu mengangguk pelan. "Kupikir karena elastis semua tipe itu sama. Kenapa tidak beli sendiri saja?"
"Hah? Ha ha ha," tawa Mile tanpa menghentikan gerakannya. "Kupikir akan lebih seksi jika istriku yang memilihkannya. Benar?"
"Hhhh ... nngh," desah Apo yang malah terpejam kuat. Dia mendadak berpegangan pada bahu Mile semakin erat, dan tidak sanggup menjawab obrolan lagi karena guncangan sang suami begitu hebat. "Ahhh .... hrrmh. Mile ... Ah! Ahh! Nnhh--mm ... mm."
Mungkin, Apo bahkan bisa melukai bibir bawahnya sendiri karena gigitan, tapi Mile cepat mengajaknya berciuman dalam.
Mereka pun menikmati malam itu dengan kehangatan yang berlapis-lapis. Bercinta, menyentuh, dan saling memuaskan hingga tak sadar semakin larut.
BRUGHHH!!
Apo ambruk pada pukul 2 pagi, sementara Mile memeluknya agar tidak merosot langsung. Sang Alpha menyibak rambut Apo yang basah keringat, lalu meniti hidung mancungnya dengan bibir sebelum keluar.
...
....
Keluar yang kesekian kali dengan kondom-kondom berceceran di sisi ranjang, maksudnya. Mile sampai malas menghitung berapa banyak yang sudah dia habiskan, lalu menggendong Apo berendam ke kamar mandi selang 10 menit. Dia terkekeh karena Apo sudah malas membuka mata, padahal jelas-jelas masih tersadar ketika Mile menggosok tubuhnya.
"Aakh--"
Apo hanya merintih ketika ada sedikit cairan masuk yang dirogoh sang suami dengan jari. Dia menggeliat kecil, lalu memeluk manja ketika digendong keluar lagi.
Air bath-up langsung menetes-netes di atas lantai. Terus turun dari ujung jemari Apo. Bahkan dia tampak lebih kelelahan daripada Mile yang seharian bekerja.
"Pelan-pelan, Apo."
Sang Omega pun duduk di sofa selagi Mile mengganti seprainya dengan yang baru. Hmm, perlahan Apo pun memeluk diri dengan handuk putih dua lapis, dan lelaki itu sudah tertidur saat Mile memindahnya ke ranjang wangi.
Napas Apo tetap stabil dan tidak bergeming, sampai-sampai Mile gemas sendiri saat memakaikan piama padanya. "Hahh ... manisku, Omega-ku, milikku," katanya.
"...."
Memandang Apo lelap saja membuat Mile malas ganti piama untuk diri sendiri. Alpha itu malah berjongkok di sana beberapa menit. Lalu berbisik pelan, "Semoga mimpimu indah," katanya. Sebab raut Apo amat rileks, hingga mungkin sang Omega lupa dengan hari esok. Cup. ".... Dan takkan kuizinkan kau membagi mimpi itu dengan siapa pun selain aku."