BAB 17
Sesampainya di RS Bumrungrad, Bangkok. Mile pun keluar dari mobil dan meninggalkan Wen di belakang. Keringatnya menetes dari kening, dan langsung berlari naik tangga karena tak sabar lift yang penuh semua.
Apo ... Apo ... Apo ....
Mile tidak pernah merasa sebersalah ini dalam seumur hidupnya, padahal dia tidak salah apa-apa. Bisa sakit Apo dipindahkan kepadanya saja? Mile ingat detik-detik Apo muntah darah di pesawat karena heat yang tak masuk akal. Lalu ditandai dirinya secara tiba-tiba.
Omega-nya tidak pernah salah langkah selama ini. Apo hanya kalang kabut karena mencintainya, walau bahasa hati lelaki itu sedikit berbeda.
Nyatanya, Apo tak menyerah hingga sekarang. Mile sempat khawatir napas Apo putus pada bulan yang ketiga, tapi dia masih mau minum jus blenderan campur-campur meskipun sebagian dimuntahkan lagi.
Apa Mile masih diberikan kesempatan melihatnya kembali sehat seperti dulu? Apo bahkan tampak seperti penderita busung lapar akhir-akhir ini daripada Omega yang sedang hamil. Mile sampai tidak bisa marah meski Apo menyebut baby mereka sebagai monster, sebab ketiga-tiganya memang menggerogoti semua nustrisi yang dimiliki lelaki itu.
"Kau hebat. Kau adalah yang terbaik. Aku yang beruntung diidamkan seseorang sepertimu," batin Mile. Dia terengah-engah setelah mendobrak pintu tangga darurat tersebut. Lalu segera dicegat dua suster sekaligus.
BRAKHHHHH!!!
"Hahh ... hahh ... hahh ... hah ...."
"TUAN!" seru mereka bersamaan. "TUAN ROMSAITHONG!! KEMARI!! CEPAT!!"
Mile pun segera memburu keduanya, karena Us memberitahu Wen memang ada asistennya yang akan membimbing kalau-kalau Mile sudah datang.
"DIMANA! ISTRIKU! DIMANA DIA?" kata Mile dengan mata yang berair. Dia pun diarahkan ke sebuah ruang operasi, walau dihentikan seorang suster yang mendadak keluar.
"Maaf, Tuan. Bisa tolong mundur dulu?" Suster itu menggunakan sarung tangan putih yang bersimbah darah. Dan semua jemarinya agak gemetar sebelum berlari untuk mengambil suatu hal.
"APA? TAPI AKU AYAH DARI BAYINYA! MINGGIR!"
BRAKHHH!!
Mile batal masuk lagi karena kali ini ditabrak seorang dokter. "Terlambat," katanya dengan peluh yang menetes. Dokter itu melepas masker yang dipakai, lalu menggeleng pelan. "Maaf, Tuan Romsaithong. Tapi bayinya tidak selamat."
DEG
"A-Apa katamu?" Mile langsung syok dan tergantung di tempat.
"Rahim istri Anda terlalu lemah. Ternyata ada kista juga di dalamnya. Harus segera diangkat, dan memang bagus kalau bersamaan dengan keluarnya bayi." (*)
(*) Kista ovarium: kantung padat yang berisi cairan yang biasanya menempel di dinding rahim pada permukaan ovarium.
"Ya Tuhan, aku ...." Mile pun terduduk di kursi tunggu yang dekat. Lututnya lemas. Tangannya kebas. Dia bahkan belum bernapas normal tapi berita ini sudah membuat nyawanya menguap. "Tapi bagaimana dengan kondisinya? Apa dia tidak apa-apa?"
"Beliau kritis, dan kemungkinan kondisinya bisa lebih buruk lagi. Tapi proses operasi sudah selesai. Tinggal kami pindah bangsal saja setelah ini." Si dokter lantas menepuk bahu Mile. "Kami turut berduka cita. Maaf."
Mile pun meremas kepalanya sendiri karena tidak bisa membayangkan apapun. Bukankah ketiga bayi itu katanya sehat? Lantas kenapa mendadak ada penyakit juga di dalamnya? Jangan-jangan kondisi Apo memburuk karena selama ini menahan sakit dari gerogotan parasit juga.
"Apo ... Apo ... Apo ...." Mile pun menangis untuk pertama kalinya di kursi itu. Air matanya seperti hujan, bahkan kedua asisten Us diam saja dan tak berani mendekat. Semuanya menetes-netes di sekitar sepatunya.
Ah, setelah para bayi itu, jika Apo sampai pergi, Mile takkan bisa membayangkan dia bisa berpasangan dengan yang lain lagi.
Apo terlalu berkesan di dalam hidupnya, walau lelaki itu sering aneh saat menunjukkan rasa cinta. Pertemuan mereka juga bisa dibilang singkat, apalagi kehamilan Omega-nya tidak sempurna 4,5 bulan. Mungkin baru sampai di bulan ke 4? Mile mendadak merasa kurang ajar karena tidak ingat siklus kehamilan istrinya sendiri.
Kenapa tidak memberinya kesempatan lebih lama? Mile bahkan belum mewujudkan pernikahan yang pantas untuk Apo Nattawin. Dan peresmian itu hanya sebatas di atas kertas bermaterai.
"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu—Apo, Ya Tuhan. Aku janji mengatakannya lebih sering kalau dia selamat nantinya," kata Mile. "Jangan ambil dia juga. Kumohon."
Setelah dirinya tenang, Mile pun beranjak untuk menemui Apo. Dia tidak pernah merasa selemah ini sebagai Alpha, sampai kakinya diajak berjalan masuk ke ruangan itu.
"Tuan Romsaithong?"
"Ya?"
Mile pun menoleh pada seseorang di belakang meski nyaris membuka kenop ruang bersalin itu. Rautnya merah dan biru. Sementara si suster malah tampak bingung.
"Sebentar, tapi yang tercantum di sini usianya 62 tahun," kata si suster lagi. "Benar Anda Songkitfern Romsaithong yang akan mewakili proses persalinan Nona Pin?"
DDE
"Hah?"
Otak Mile langsung macet saat itu.
"Iya, di sini yang tertulis—"
"PIN!"
BRAKHH!!
Mendadak Ayah Mile, Songkit berlari tergopoh-gopoh dari balik pintu lift. Pria 62 tahun yang berpenampilan agak lebih muda daripada usianya itu gugup. Dia panik dan langsung memburu sangat dokter, sementara Mile dipanggil orang lain lagi di ujung koridor.
"TUAN MILE, KEMARI!" panggil sosok itu. Kali ini adalah lelaki. Dia tampak berlutut karena sepertinya amat sangat lelah. Mungkin dikarenakan habis berputar-putar di rumah sakit itu. "TUAN MILE, CEPAT! ANDA INI SALAH LANTAI!"
Hah? Level kedua. Mile pun sempat berpandangan dengan dua suster yang tadi menjemput, lalu didatangi lelaki itu karena gemas.
"Tuan Natta ini tidak di sana! Ya ampuuuun. Bisa-bisanya Anda ini bingung tempat. Ayo!"
Masih loading, Mile pun digandeng berlari menuju ke lift yang sudah kosong. Dia mencoba mencerna situasi gila ini, lalu terpana mendengar suara tangisan bayi tak jauh dari ruangan bernomor 15.1594 itu.
"OEEEEEEEEEEE!!!"
"OEEEEEEEEEEE!!!"
"OEEEEEEEEEEE!!!"
Ribut sekali di dalam sana. Suara ketiga bayi pecah jadi satu, dan Mile dipeluk Nayu si keponakan Apo yang wajahnya Cuma baru dilihat di dalam foto.
BRUGHHH!!!!
"AAAAAAA!! PHI MILEEEE! SELAMAT SUDAH MENJADI AYAH!" kata Nayu dengan gaya khasnya yang ceria. Gadis itu memang belum sempat dia ajak jalan-jalan karena kesibukan masing-masing, apalagi Nayu sudah masuk musim ujian. Tapi sumpah, setelah ini Mile ingin memberikan banyak hadiah padanya hanya karena jeritan tersebut sanggup melegakan hati seketika.
"A-Apa? Aku Ayah?" Mile sampai lupa memasang wajah cool di depan orang lain, lalu menunjuk mukanya sendiri.
"IYA! YA AMPUN! AYO MASUK! Phi Apo sudah menunggu di dalam sana!"
Mile pun lagi-lagi diseret orang. Dia berdebar kencang karena suara tangisan bayi itu semakin dekat, apalagi dia melihat tiga pasang kaki mungil yang dibalut selimut hangat.
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ...
Percayalah, Mile pikir detik-detik itu justru momen dia jatuh cinta pertama kali diantara semua pengalamannya berdebar selama ini. Apalagi ketiga bayinya sehat sekali.
Mile pun diberi selamat oleh dua dokter di dalam, lalu Us yang ikutan pun tersenyum cerah setelah berjuang sekian bulan.
"Selamat, ya. Saya ikut senang semuanya baik-baik saja," kata Us. "Dua laki-laki dan satu perempuan. Tidak identik, Tuan. Tapi semuanya manis-manis dan tampan seperti Anda."
Mile pun gemetar sebelum menyentuh kaki-kaki itu pertama kali. "Bayiku, bayiku ...." katanya. Tapi tiba-tiba telinganya ditusuk omongan Apo.
"Mana ada manis-manis sepertinya. Jelas-jelas mereka mirip denganku."
Tawa para dokter pun langsung pecah di dalam, apalagi wajah Mile tampak tolol karena sempat lupa dengan Apo sendiri.
Hei, iya juga! Siapa yang tadi bilang akan mengatakan cinta lebih sering? Apo sampai membuang muka di atas ranjang persalinannya, sementara lelaki itu tampak lusuh dan badannya masih dibersihkan pasca melahirkan sebanyak itu.
"Aahhh, ha ha. Apo ....!" kata Mile. Yang langsung memeluk Omega-nya dengan senyuman lebar.
Brugh!
"Aashh, sakit, Brengsek. Minggir!" bantak Apo sampai meringis-ringis. Dia pun terpejam karena wajahnya diciumi tiba-tiba, padahal masih ada banyak orang di dalam ruangan itu. "Mile! Ah! Tahu malu sedikit. Mile! Hahh ... hahh ... hahh ...."
"Aku mencintaimu, Apo," bisik Mile yang hanya bisa didengar sang Omega. "Terima kasih sudah bertahan."
Apo pun merona tapi diam saja. Lalu memejamkan mata. Sedetik, tiga detik, lima detik ... Apo pun memunggungi begitu Mile usai mengecup kening dan bibirnya. "Aku benar-benar buruk rupa, Mile," katanya. "Aku juga sangat-sangat lelah. Mau tidur. Jangan menggangguku dan pikirkan nama mereka."
"Oke, oke. Maaf," kata Mile dengan cengiran. "Maaf juga sudah tidak menemanimu, Apo. Aku benar-benar berusaha."
"Aku juga mau minta maaf," kata Apo tiba-tiba.
"Hah? Kenapa?"
Kali ini suara Apo terdengar parau. "Setelah diperiksa ulang, kata dokter tadi harusnya mereka kembar 4."
DEG
BAGAIMANA?!
APA KATA APO BARUSAN?!
"Sebentar, aku agak tidak paham," kata Mile yang langsung pening mendadak.
Apo lalu meraih tangan Mile agar lebih tenang. "Ada satu lagi yang perkembangannya tertinggal, Mile. Dia sangat kecil dan kalah dengan yang lain, lalu mati di dalam sana," katanya. "Dokter juga bilang aku ternyata kesakitan karena harus menyerap proses kematiannya. Maksudku, dia, tubuhku, dan tiga yang lain sedang menyesuaikan diri. Tapi, selama ini aku tidak benar-benar check up karena tak kuat melakukannya."
Oh, jadi mereka hampir punya Quadruplet. Tapi, Mile rasa ini kabar yang seperti mimpi. Dia jadi membayangkannya hanya seperti khayalan, lalu menggenggam jemari Apo balik. "Hm, tak apa. Kau dan kalian bertiga saja aku sudah senang," katanya dengan senyuman tercerah yang pernah Apo lihat. "Selamat juga, Apo. Kau benar-benar hebat hingga hari ini tiba."
Bersambung ....