"Cukup, Satria! Jangan berbicara omong kosong! Aku tidak percaya karma!" tegas Wijaya.
"Terserah, Ayah, saja! Tapi kalau aku jadi Ayah, aku akan merenungi perbuatanku dulu! Lalu aku akan menerima segala konsekuensinya dengan lapang dada," ujar Satria.
"Diam kau, Satria! Jangan membuatku semakin kesal!" bentak Wijaya.
Akhirnya Satria pun memilih untuk diam, dia tidak mau berdebat dengan sang Ayah.
Tak ada gunanya dan hanya akan membuang waktu saja. Kalau pun ingin pergi dari tempat ini butuh ketenangan untuk memikirkan jalan keluarnya.
Tak lama terdengar suara derap langkah yang menuju ruang rahasia. Sudah pasti mereka adalah Arumi, dan Charles.
Satria masih terdiam sementara Wijaya semakin membuat keributan dan berteriak sejadi-jadinya.
"Lepaskan aku! Ayo kita berkelahi secara jantan, Charles! Jangan melilit tubuhku dengan rantai seperti ini!" teriak Wijaya. Kakinya terus memghentak-hentak, dan badanya terus menggeliat berusaha terlepas dari rantai itu.
Ceklek!
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com