webnovel

Anak Angkat

Di adopsi oleh keluarga yang kaya raya dan sangat menyayanginya, tentu hal yang sangat membahagiakan bagi Andrea Mesya. Karena sejak bayi Mesya hidup dalam sebuah panti asuhan. Tentu memiliki keluarga yang utuh adalah sebuah dambaan baginya. Mesya si Gadis kecil dengan mimpi yang besar, ingin menjadi seorang Dokter. Mesya membutuhkan banyak biaya untuk menggapai mimpi itu. Hingga datanglah pasangan suami istri yang tiba-tiba ingin mengadopsinya, hal itu membuat Mesya seperti mendapat secercah harapan, apa lagi pasangan suami istri kaya-raya itu menjanjikan kehidupan dan pendidikan yang layak baginya. Mesya berharap kehidupan dengan keluarga barunya itu akan menajadi awal dari sebuah kebahagiaan. Tetapi sayang semua itu tidak terwujud sepenuhnya. Keluarga itu memang sangat menyayanginya, tetapi dengan cara yang berbeda. Mesya malah dihadapkan dengan pristiwa-pristiwa aneh yang mencurigakan, hingga teka-taki pembunuhan berantai yang begitu menegangkan. Lalu kasih sayang seperti apakah yang dimaksud berbeda?

Eva_Fingers · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
325 Chs

Kecurigaan Marry

Entah sampai kapan hal ini akan terjadi, Mesya benar-benar tak habis pikir. Bisa-bisanya David memukul Arthur, padahal jelas-jelas Arthur itu adalah adik kandungnya.

 

Mesya berlari menghampiri kedua kakak angkatnya itu.

"Stop! Hentikan, Kak David!" teriak Mesya.

David mengernyitkan dahinya sementara Arthur masih tersenyum sambil memegangi bagian pipinya.

"Ini sekolah, Kak! Kenapa, Kak David memukul, Kak Arthur, di sini?" tanya Mesya.

 

Arthur memegang pundak Mesya. "Kan kamu sudah tahu, Adik Manis, kalau Kaka kita yang satu ini benar-benar sangat kasar," ucap Arthur yang dengan sengaja memperpanas keadaan.

David nampaknya sudah sangat geram terhadap Arthur, sehingga dia meraih kembali kerah baju Arthur lalu dia memukulnya dengan kencang.

 

"Hentikan!" teriak Mesya hingga menggema di seluruh ruang aula itu.

 

David menatap kaku kearah Mesya. Lalu dia pergi  begitu saja.

 

Mesya segera menghampiri Arthur kembali dan segera memeriksa luka-luka di wajahnya itu.

"Kak, ayo ku antar ke klinik saja, biar lukanya segera di obati," ucap Mesya dengan panik.

"Tenang, Adik Manis, jangan takut aku ini tidak apa-apa, lagi pula sebagai anak lelaki di keluarga Davies, aku ini tidak boleh lemah," ucap Arthur.

 

David keluar dari ruang aula itu dan tak sengaja berpapasan dengan Marry, sahabat dari Salsa.

 

Marry menatap kearah David dengan tatapan yang penuh keingin tahuan, lalu gadis itu menengok ke dalam ruang aula, dan di sana juga ada Arthur yang tengah bersama Mesya.

Ada luka memar di wajah Arthur.

Marry begitu yakin kalau Arthur dan juga David baru saja  berkelahi.

 

"Tapi, mereka berkelahi tentang apa? Masa iya tentang, Mesya? Mereka itu, 'kan bersaudara," gumam Marry.

 

Tapi Marry, sedikit curiga jika mereka memang bertengkar karna Mesya, karna seperti apa yang sudah diucapkan oleh Salsa pada waktu itu.

Jika pandangan David kepada Mesya itu tidak seperti pandangan seorang kakak kepada adik perempuannya, melainkan tatapan lelaki kepada gadis yang dia sukai.

 

Marry sendiri tidak begitu yakin akan hal itu, yang ada di pikirannya saat ini adalah Salsa, karna entah bagaimana ceritanya dia bolos sekolah hari ini.

Tak biasanya Salsa seperti ini, dia itu anak yang rajin, bahkan meski dia sibuk dengan kegiatan di luar sekolah seperti pemotretan dan lain sebagainya,  tapi Salsa selalu memprioritaskan pendidikan.

Kalau pun Salsa sakit, harusnya Salsa mengabarinya.

Tapi ini tidak, Salsa tidak masuk tanpa kabar, dan bahkan dia tidak bisa menghubungi nomornya.

 

 

Sepulang dari sekolah, Marry memutuskan untuk pergi ke rumah Salsa, karna dia benar-benar mengkhawatirkan keadaannya.

Cuaca siang itu begitu terik, Marry mulai mengangkat tangannya untuk melindungi panas sang surya yang mulai membakar wajahnya.

 

Marry sudah ada di depan rumah Salsa, tak ada tanda-tanda keberadaan Salsa, rumahnya kosong melompong, tak ada satu pun orang yang menyahuti teriaknya saat mengucapkan kata 'permisi' bahkan terasa pegal sudah tangannya karna terlalu lama mengetuk pintu.

 

Dan tak lama ada seseorang yang memegang pundak Marry dari belakang.

"Non Marry," ucap ramah seorang Asisten Rumah Tangga yang bekerja di rumah itu.

"Eh, ada si Embak rupanya," ucap Marry dengan sedikit senyuman.

Si asisten rumah tangga itu juga tersenyum menyambutnya.

"Pasti sedang mencari, Non Salsa ya?" 

"Iya, Mbak. Memang benar saya sedang mencari, Salsa, kira-kira dia kemana ya?"

"Oh, Non Salsa, sedang tidak enak badan,  dia tidak ingin di ganggu, dia sendiri yang berpesan seperti itu kepada saya," jelas Asisten Rumah Tangga itu.

"Terus apa saya juga tidak boleh masuk?"  tanya Marry.

ART itu mengangguk. "Benar, Non Salsa, tidak ingin bertemu dengan siapa pun dia ingin beristirahat dengan tenang,"

"Tapi, sakit apa, Mbak? Kenapa sampai sebegitunya?"

"Entalah, saya hanya menjalankan tugas dan perintah saja, Non. Saya sendiri kurang paham tentang sakit yang di derita oleh, Non Salsa saat ini," tutur Asisten Rumah Tangga itu.

 

 

Akhirnya Marry pun memutuskan untuk pulang, karna dia menghormati keputusan sahabatnya itu, yang tak ingin bertemu siapa pun hari ini.

Sejujurnya gadis itu sangat mengkhawatirkan keadaan Salsa, karna tak biasanya seperti ini.

Padahal kemarin dia baru saja dengar kalau Salsa baru saja pergi dengan Arthur. Bahkan kemesraan Salsa dan Arthur kini menjadi bahan pembicaraan teman-temannya di sekolah.

 

Tapi bukan itu masalahnya, yang menjadi masalah saat ini adalah, kenapa Salsa bertingkah aneh seperti ini.

 Atau mungkin ini semua karna Arthur?

Entalah pikiran Marry pun mulai kemana-mana.

 

Marry kembali menaiki mobilnya.

"Jalan, Pak!" ucapnya yang memerintah sang Sopir.

 Di perjalanan dia melihat sebuah mini market, dan di depan mini market itu dia melihat ada Mesya dan juga Romi.

Seketika Marry menyuruh sopirnya untuk berhenti.

"Stop, Pak, saya mau turun sebentar," tukas Marry.

Sang sopir mengangguk.

"Baik, Non,"

 

 

Dengan segera Marry turun dari dalam mobilnya untuk menghampiri Mesya.

 

"Hai, Mesya!" sapa Marry dari kejauhan.

Mesya menengok kearahnya, dengan tatapan yang terlihat bingung.

"Iya, Kaka, siapa?" tanya Mesya dengan ramah.

Marry mengulurkan tangannya kearah, Mesya.

"Perkenalkan namaku, Marry, aku teman sekelas David," ucap Marry.

Mesya pun segera menyambut tangan Marry.

"Aku, Mesya," ucap Mesya.

"Apa kita bisa mengobrol sebentar?" tanya Marry.

Dengan ragu-ragu Mesya mengangguk.

Marry menarik tangan Mesya, dan meninggalkan Romi begitu saja.

Terlihat sedikit rasa kesal di wajah Romi.

"Mereka itu mau kemana sih? Aku dicuekin!" gumam Romi.

 

 

 

Mesya dan juga Marry duduk di bangku sebuah restoran yang tak jauh dari mini market itu.

"Maaf sebenarnya, Kaka, mau bicara apa dengan saya?" tanya Mesya.

Marry menganggukkan sesaat kepalanya.

"Baik, sebenarnya kedatanganku kemari adalah ingin bertanya kepadamu, apakah benar kamu itu adik dari David Jhon Davies?" tanya Marry.

Mesya menjawabnya dengan sedikit ragu-ragu.

"Iya, benar, saya adalah adik dari, Kak David," jawab Mesya.

"Apa kamu yakin?" tanya Marry sekali lagi untuk memastikan.

"Loh, ke-kenapa, Kakak, bertanya begitu?"

"Huft ...." Merry menghela nafas sesaat, lalu dia menceritakan dengan detail apa tujuannya kemari.

"Begini. Sahabatku yang bernama, Salsa, sangat menyukai kakakmu itu, tapi kakakmu sama sekali tidak menyukainya, bahkan selalu mengabaikan perasaan sahabatku yang berharga itu. David memang pria yang aneh menurutku. Dia menolak sahabatku yang cantik dan juga terkenal itu, dan bahkan untuk sekedar menatap wajahnya saja dia enggan, tapi anehnya, saat memandangmu, David terlihat bahagia, dan sorot matanya seperti pria yang sedang jatuh cinta." Jelas Marry. "Dan oleh karna itu aku ingin bertanya kepadamu, jadi apa benar kalau kamu dan David itu saudara kandung?" tanya Marry.

 

Mesya menundukkan kepalanya, dan sangat kaget setelah mendengar perkaataan dari Merry, bahkan untuk menjawab dari pertanyaannya saja, dia juga bingung, karna statusnya dan David yang seorang saudara angkat itu adalah rahasia.

 

 

 

To be continued