webnovel

ALZYAS

kehilangan seorang ibu sangatlah menyakitkan, apa lagi tepat di hadapan kita, dan itulah yang dirasakan oleh Alzyas. Alzyas melewati hari-hari nya dengan penuh kebencian, apa lagi dirinya harus tinggal satu rumah dengan orang yang sudah menyebabkan ibu nya tiada. Aditya, laki-laki tampan dan merupakan capten tim basket di sekolah Alzyas adalah satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati Alzyas yang telah lama membeku dan tentu saja itu juga tidak mudah bagi Aditya. Tepat di pesta ulang tahun Alzyas yang ke 17 tahun Alzyas harus kembali menerima kenyataan pahit tentang dirinya.

RinduIbu · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
88 Chs

Permintaan Milly yang Sebatang Kara

" Tapi apa hubungannya sama Malika dia kan sekarang lagi di negeri singa? " ujar Denny dan mendapat anggukan dari Joko

Narina menghela nafas panjang melirik Sammy sekilas sebelum menjawab pertanyaan Denny.

" Selama ini tuh cewek masih mantau Aditya, gila kan!!!! " Narina tersenyum masam

" sepupu Lo beneran udah gila Sam, dia terobsesi banget sama Aditya " celetuk Arga yang memang benar adanya

" masalah Lo ribet banget sih " keluh Denny sambil menggaruk kepalanya.

" Terus sekarang gimana sama Jassie? apa dia masih sekarat " tanya Shasa dengan entengnya

" ya ampun yang... mulut mu " tegur Arga, sedang Shasa hanya menyeringai tanpa merasa bersalah

" Sumpah demi apapun, gue pengen muntah liat Lo berdua kalo udah deketan gini " ujar Narina dengan pedasnya

" dia masih dirawat intensif di rumah sakit " Aditya menghela nafas berat " dia juga beberapa kali sempat kolaps dan itu buat orang tua nya panik setengah mati " lanjutnya

" kalo sakitnya emang beneran udah parah kenapa dia masih bisa keluar rumah sakit, sampe ke gep Sammy dan Milly pula " sindir Denny dengan telak

" itu karena dia yang maksa dan nangis-nangis ke bokap nyokap nya " sahut Aditya lagi

" Gila!!!!!! udah sekarat aja masih bisa-bisa nya buat ulah, gimana kalau dia metong di jalan " dengus Narina tanpa perasaan

" ya ampun Nar, mulut Lo pengen banget gue tampol " Shasa mendelik kesal pada Narina yang mulutnya terlalu licin sedang kan yang bersangkutan nampak tidak perduli.

" lagian sakit aja udah ngerepotin anak orang gimana kalo dia sehat " ujar Narina lagi tanpa merasa bersalah atas kalimat sarkasnya.

" ngapain mikirin anak orang, toh yang di repotin aja kagak protes " sindir Denny melirik Aditya

" terus apa rencana Lo selanjutnya " Sammy menoleh kearah Aditya pandangannya menerawang jauh

" entahlah tapi yang jelas gue mau ketemu Alzyas dulu dan jelasin semuanya"

" yakin Lo? " Narina tersenyum sinis

" seenggaknya gue masih berusaha " sahut Aditya yang menatap sengit Narina

Narina hanya menggedikan bahunya sebelum berlalu pergi meninggalkan mereka semua, Shasa menghela nafas panjang menatap punggung Narina yang menjauh pergi.

" eh ngomong-ngomong cowok yang sama Lo dan Narina kemaren itu siapa sih Dit? di liat dari penampilan nya waktu jemput Narina kayak bukan orang sembarangan gitu " Joko yang tadi hanya diam sejak kedatangan Narina baru mengeluarkan suara nya.

Dari tadi dia terus menatap Narina penuh tanya, karena ingin bertanya langsung pada orang nya takut di acuhkan, karena gadis itu sama sekali tidak pernah mau menjawab setiap ditanya tentang soal pribadinya. Nyatanya meskipun sudah bersahabat sejak kecil Joko ataupun Sammy tidak pernah tau tentang kehidupan pribadinya karena gadis itu sangat pintar menutup rapat semuanya.

" gue juga nggak tau, karena waktu gue minta Narina jemput dirumah sakit mereka udah bareng dan yang gue liat saat satu mobil sama mereka, lebih banyak diam kayak ada benteng yang membatasi gerak gerik mereka, tuh cowok juga nggak banyak omong sedangkan Narina, Lo tau sendiri gimana orangnya, emang kenapa? " Aditya balik bertanya pada Joko, namun pemuda itu hanya diam dan sibuk dengan pikiran nya sendiri

" gue juga penasaran sama tu cowok mukanya kayak udah familiar gitu " seru Arga

" bener apa yang di bilang sama Arga, gue juga kayak pernah liat tuh cowok tapi lupa dimana " sambung Sammy

" Dikta!! "

Aditya, Sammy, Arga, Denny dan Joko langsung menoleh kearah Shasa yang duduk tak jauh dari Arga mereka menatap gadis itu penuh selidik.

" gue colok yah mata kalian semua!! " dengus nya kesal

" ahhhhh gue inget, dia Dikta Marcello Abraham pantas aja mukanya nggak asing lagi dia itu putra tunggal dari pemilik PT.Abraham Group yang beberapa hari lalu masuk Tv yang dapat penghargaan bergengsi itu " seru Sammy

" maksud Lo anak Malik Abraham pengusaha konglomerat itu? " tanya Denny dan di angguki oleh Sammy.

Siapa yang tidak tahu dengan Malik Abraham seorang pengusaha kaya raya yang dikenal baik hati dan sangat ramah.

" Busetttt Narina pasang pelet dimana bisa dapet cowok tajir melintir gitu " ujar Arga dengan menahan tawanya, sedikit melirik wajah Joko yang terlihat mulai keruh

" Lo nggak usah ngadi-Ngadi ngomong Narina pakek pelet dimana Ga!!!! yang harus kita pikirin sekarang nasib sahabat kita ini " Denny menepuk pundak Joko

" karena nasib Joko buat dapetin hatinya Narina sekarang berada di ujung tanduk Bro!!!!!! " lanjut Denny membuat Jo mendengus jengah, sedangkan yang lainnya tertawa terbahak-bahak

Mereka semua sebenarnya sudah tahu kalau Joko menaruh hati pada Narina dan itu sudah sejak lama, namun entah Narina yang tidak peka atau hanya pura-pura tidak tahu tentang perasaan Joko terhadap nya selama ini, Entahlah hanya Narina dan Tuhan yang tahu.

********

Alzyas duduk termenung diteras belakang rumah membiarkan kedua kakinya basah karena percikan air hujan yang membasahi bumi, pandangan nya jauh menerawang kedepan ingatan nya kembali berputar kala mengenang kebahagiaan nya bersama Emely yang hanya sekejap mata. Bunga-bunga mawar merah yang ditanam oleh Emely bermekaran dengan indah di taman halaman belakang dan Alzyas bisa melihatnya dari jarak tempatnya duduk sekarang.

" kak ayo masuk, di sini dingin nanti kak Zyas masuk angin " entah untuk yang keberapa kalinya Milly meminta Alzyas untuk masuk kedalam rumah karena hujan semakin deras.

Karena masih tidak mendapatkan jawaban dari kakaknya, Milly ikut duduk disamping Alzyas. Dia melihat air mata Alzyas yang kembali menetes dari sudut matanya membuat Milly tersenyum getir, bohong jika Milly sudah baik-baik saja tapi walau bagaimanapun hidup mereka harus tetap berlanjut tidak terus menerus jalan di tempat.

" Kak Zyas beruntung karena banyak banget orang-orang yang peduli dan sayang sama kak Zyas " Milly menghela nafas d*** nya terasa berdenyut nyeri seperti ada pisau yang menyayat

" kak Zyas masih beruntung karena masih memiliki keluarga seperti Oma Larasati, Opa Herman dan Uncle Azka yang sangat menyayangi kak Zyas sedangkan gue- " Milly menjeda kalimat nya, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan

" sedangkan gue nggak punya siapa-siapa lagi, bahkan gue juga nggak tahu apa gue masih punya keluarga kandung di luar sana " matanya mulai terasa panas dan penglihatan mulai membuat

" disini gue cuma punya Lo kak, gue nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini kecuali Lo " ucap Milly lirih dia tidak bisa membendung air matanya lagi

" gue kangen banget sama Lo kak, udah hampir satu bulan ini gue ngerasa jauh banget sama Lo "

Sontak kalimat itu membuat Alzyas langsung menoleh, dia melihat Milly yang juga sama rapuhnya seperti dirinya, Alzyas merasa dirinya sangat jahat karena sudah mengabaikan keberadaan Milly.

Alzyas merentangkan kedua tangannya untuk membawa Milly masuk kedalam pelukannya, karena meratapi kesedihannya Alzyas sampai lupa bahwa ada Milly yang juga merasa sangat kehilangan. Milly memeluk Alzyas dengan erat tangis nya seketika pecah jujur dia benar-benar rindu pada Alzyas meskipun mereka satu atap tapi semenjak kepergian kedua orang tua nya, Alzyas seperti membatasi jarak diantara mereka walaupun itu hanya sebatas pandangan saja.

" jangan pernah merasa sendiri, karena ada kakak disini Oma, Opa, dan Uncle juga keluarga kamu selamanya akan seperti itu " ucap Alzyas mendekap erat adiknya

" mulai sekarang kita hadapi semuanya sama-sama " lanjut Alzyas dan di angguki oleh Milly.