Saat sampai rumah, Arya melihat Rasti sedang mengetik sesuatu di laptop di teras rumah,
"Kau masih saja menulis cerita di wattpad, jika kamu mau kamu bisa menyetak bukumu sendiri. Oh ya ini yang kamu minta," Arya
Arya menaruh belanjaannya di meja, Rati mengecek belanjannya,
"Pie-nya?" Rasti
"Kamu lupa lagi hamil ya, kamu gak boleh makan pie durian dulu," Arya
"Gitu aja gak tau," ujar Vivi yang baru datang lalu duduk di duo sofa
"Itu sofa Papa, kau gak boleh duduk disana," Rasti
"Cih memang siapa yang mau duduk lama lama di sofa busuk ini," Vivi
Vivi bangun lalu memilih duduk di samping Arya yang duduk di single sofa yang cukup lebar, lalu Ayahnya Rasti datang,
"Arya kebetulan kau ada disini, Papa ingin mendengar keputusanmu, Rasti udah ceritain apa yang ia tawarkan," Ayahnya Rasti
"Iya Ayah, aku sudah memutuskan untuk menikahi Vivi," Arya
"Benarkah? Wah Arya kalau gitu kamu rapihkan barang barangmu dan kita pergi dari rumah kumuh ini," Vivi
"Maaf, tapi perjanjiannya bukan gitu, jika Arya menikahimu maka kau harus tinggal di rumah kumuh ini sampai kau melahirkan dan kau akan pergi dari sini setelah melahirkan," Rasti
"Aku gak mau Ar, apalagi kalau aku tinggal disini aku akan tidur dimana," Vivi
"Tuh, gudang udah Arya benerin dan dibuatkan kamar mandi kecil jadi kau bisa tinggal disana," Rasti
"Ihhh itu menjijikan sekali, aku gak mau tinggal disana," Vivi
"Hanya itu kamar yang ada kamar mandi didalam, kalau kau bisa tidur dikamar tengah bareng dengan meja makan dan jika kau mau ke wc kau harus keluar dulu, ya itu terserahmu," Rasti
"Aku sarankan kau memilih gudang, gudang masih bisa dibersihin," Arya
"Ihhhh," Vivi
Vivi pergi,
"Sok bersih," Rasti
Rasti memakan sosis panggangnya,
"Enaknya. Papa makan dulu nih, mau ayam kfc atau pizza," Rasti
"Iya Pa, aku juga udah beliin makanan kesukaan Papa," Arya
"Rasti ini buku agama, kamu lagi hamil, harus banyak baca buku dan olahraga agar bayimu lahir dengan selamat dan besarnya nanti mudah mudahan menjadi anak yang pintar," Ayahnya Rasti
Arya merasa kecewa kalau mertuanya masih marah dengannya,
"Baiklah aku akan baca, tapi Papa makanlah ini, Papa daritadi kan belum makan," Rasti
"Baiklah," Ayahnya Rasti
Ayah pergi, Rasti kembali sibuk sambil memakan sosis, Rasti lalu melihat Arya yang menatapnya,
"Ini," Rasti
Rasti menyodorkan sosisnya, Arya tersenyum, lalu memakan sosis itu,
"Jangan banyak banyak, habis nanti," Rasti
"Di dagangnya kan masih banyak, a lagi," Arya
"Nih," Rasti
"Ngak aku bercanda kok, kamu habiskan semuanya," Arya
"Ambil itu, aku tau kau suka dengan jus tomat dan juga pizza tomato, jadi ambil itu," Rasti
Arya tersenyum, Arya lalu memeluk Rasti,
"Terima kasih, terima kasih sudah mempercayaiku, terima kasih, aku mencintaimu Rasti, aku akan memperbaiki kesalahnku," Arya
Arya mengecup kening Rasti lalu pergi,
"Walau kau bersalah, aku akan tetap selalu mencintaimu Arya, karena kamu segalanya bagiku," lirih Rasti sambil mengelus perutnya.
><
Beberapa bulan berlalu, kandungan Rasti sudah menginjak usia 9 bulan, Rasti juga sudah menyelesaikan study dan mendapat gelar sarjana hukum, Rasti merasa senang dengan kehidupannya sekarang walau ada orang ketiga diantar dirinya dan sang suami.
Dilain sisi Arya sendiri merasa kasihan pada Vivi yang terbiasa hidup mewah, harus hidup seperti orang miskin yang tak memiliki apapun, karena itu Arya diam diam selalu memberikan Vivi uang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan bayinya.
><
Hingga pada suatu hari, Vivi sedang memakan kulit kacang saat rumah sepi, Rasti yang melihat itu kesal dan menegur Vivi,
"Vivi kau itu emang gak tau aturan, kau seharusnya bersih bersih atau apa gitu, tapi kau malah membuang sampah kacang sembarangan seperti ini," Rasti
"Aku gak mau, itu tugas pembantu, kau saja yang bersihkan sana," Vivi
"Aku yang punya rumah ini," Rasti
"Kau kira aku ngak tau, Arya udah membeli tanah di rumah ini supaya rumah ini gak digusur oleh pemilik aslinya, kau itu hanya orang miskin jadi jangan belagu kayak orang kaya," Vivi
"Kau yang jangan belagu, kau itu hanya istri sesaat aja, kau jangan mengharapkan apapun dari Arya, dia akan tetap memilihku," Rasti
"Kau percaya diri sekali, kau itu hanya anak orang miskin, pensiunan ayahmu itu berapa sik, ayahmu itu udah gak berguna dan kau lebih gak berguna juga, ayahmu itu rendahan," Vivi
Rasti menampar Vivi hingga bibir Vivi sobek,
"Jangan pernah kau menghina Ayahku, jika kau melakukan itu aku akan membuat kau menderita," Rasti
Rasti mendorong Vivi dengan keras hingga Vivi terjatuh tepat saat Arya datang,
"Akh!" Vivi
Arya segera mendekat ke Rasti,
"Rasti apa yang kau lakukan?! Apa kau buta hah! Vivi sedang hamil! Kenapa kau tega mendorongnya!" Arya
"Dia udah menghina Papa, aku gak terima, *** rendah seperti dia memang pantas mendapatkan itu, dasar ***," Rasti
Perkataan Rasti sukses membuat Arya menampar Rasti untuk pertama kalinya hingga Rasti terjatuh ke sofa,
"Ar-" lirih Rasti
Arya tersadar dengan apa yang ia buat, Arya melihat Rasti yang mulai menangis, namun Arya memilih membawa pergi Vivi, melihat kepergian mereka, Rasti menjadi sakit hati,
"Aku membencimu Arya, aku benci kau," Rasti
Tiba tiba rasa sakit luar biasa menyerangnya,
"Akhhhh, sepertinya aku akan melahirkan," Rasti
Tiba tiba Arick datang,
"Rasti ada apa denganmu? Sepertinya kamu akan melahirkan, dimana Arya?" Arick
"Arick tolong aku, ini sakit sekali," rintih Rasti
"Baiklah," Arick
Arick membawa pergi Rasti dan beruntung dirinya membawa mobil saat datang ke rumah Rasti.
><
Sampai di rumah sakit terdekat, Rasti langsung dibawa ke ruang operasi, selama Rasti melahirkan, Arick mencoba menelepon Arya, namun tak diangkat angkat, hingga saat Arya mengangkat teleponnya,
"Ada apa?" Arya
"Kau dimana bangsat?! Kau meninggalkan isttimu saat dia akan melahirkan," Arick
"Aku masih ada urusan, jangan telepon aku lagi," Arya
Arya memutuskan teleponnya,
"Kau benar benar brengsek Arya," Arick
Beberapa saat kemudian, Arick mendengar suara bayi menangis, Arick merasa senang Rasti berhasil melahirkan bayinya dengan normal, saat suster mempersilahkan Arick masuk,
"Suster bagaimana keadaan Rasti?" Arick
"Istri anda melahirkan dengan selamat, bayinya juga bayi laki laki, dia lahir dengan selamat dan sehat," suster
"Boleh saya melihat mereka sus?" Arick
"Tentu," suster
Arick masuk kedalam ruang operasi,
"Rasti," Arick
"Arick," Rasti
"Pak, ini putra anda, dia sangat tampan," dokter
Dokter menyerahkan bayi Rasti ke Arick,
"Wah Rasti, anakmu sangat tampan," Arick
"Aku mau lihat," Rasti
Arick memberikan ke Rasti dengan sangat perlahan,
"Ih dia sangat tampan, putraku sangat tampan, aku harus memberi dia nama apa?" Rasti
"Yang berhak memberi nama hanya Arya saja," Arick
"Jangan sebut nama itu, aku akan beri nama Devano, Putu Eka Devano, baguskan," Rasti
"Ah iya, Devano nama yang sangat bagus," Arick
Rasti tersenyum melihat putranya yang baru saja ia lahirkan sendiri.
><
Di rumah sakit lainnya, Arya merasa bersalah dan memikirkan Rasti,
"Rasti maafkan aku, aku seharusnya disampingmu saat kamu melahirkan, maafkan aku Ras, aku sudah terlalu banyak mengecewakanmu. Maafkan Papamu yang tak berguna ini anakku," lirih Arya
Tiba tiba telepon Arya berdering,
"Hal-" Arya
"Tidak bertanggung jawab sekali, kemana kau saat istrimu sedang melahirkan, cepat datang kemari atau secepatnya surat cerai akan mendatangimu," Ayahnya Rasti
"Pa-" Arya
Ayahnya Rasti menutup telepon,
"Aku tak bisa meninggalkan Vivi sendirian, bagaimana ini," Arya.
><
3 hari kemudian saat Rasti akan pulang ke rumah, Arya datang dalam keadaan berantakan,
"Mau apa kau kesini?" Ujar Kakak perempuan Rasti yang bernama Dwita
"Maaf Kak, a-aku mau menemui Rasti dan an-" Arya
"Memang kau siapa mereka? Kau bukan siapa siapa mereka, suami macam apa yang memilih wanita lain ketimbang istrinya yang lagi hamil besar, masih mending jika Rasti tidak hamil, tapi waktu itu dia lagi hamil, dan kau- kau juga mendorongnya, jika kau mengharapkan bayi Rasti mati seharusnya kau tinggalkan saja dia," Dwita
"Kak aku tak bermaksud seperti itu," Arya
Tiba tiba Rasti keluar dengan dipapah Arick, dan bayinya yang digendong oleh Ayahnya Rasti, Arya tersenyum melihat bayinya, Arya mendekat ke mereka,
"Anakku sudah lahir, dia tampan sekali," Arya
"Dia hanya anakku, bukan anakmu," Rasti
"Kenapa kau masih kesini padahal aku sudah mengirimkan surat cerai," Ayahnya Rasti
"Aku gak mau pisah dari Rasti Pa, aku gak mau, kumohon jangan pisahkan aku dari istri dan anakku Pa, kumohon," Arya
"Arya, aku tak akan menceraikanmu, cukup kau tau satu hal ini, aku membencimu, kita terikat dengan status pernikahan tapi kita tak benar benar menikah, anggap saja ini hanya sandiwara semata," Rasti
"Rasti..." Arya
"Anakku lahir tanpa Papanya, aku gak mau anakku dikenal dengan anak yatim tanpa ada Papanya disisinya saat dia tumbuh nanti," Rasti
Mereka pergi,
"Rasti membenciku lagi, apa aku begitu jahat," lirih Arya.