webnovel

Tanpa nama

Dengan jemari yang di masukkan ke saku celana abu-abunya, Alaskar dengan santainya berjalan di koridor sekolah hendak menuju kantin, bersama Gama. Kedua sohibnya yang lain sudah pada ngacir duluan ke kantin. Kebelet lapar katanya.

Sadari tadi matanya menjelajah di area sekitar mencari gadis yang selalu ribut dengannya. Bel istirahat baru saja berbunyi lima menit yang lalu, ia yakin gadis itu pasti belum ke kantin. Mengingat kebiasaan gadis itu, ketika jam istirahat pasti menghabiskan sebagian waktu istirahatnya dengan belajar.

Perlahan bibirnya terangkat membentuk senyuman manis kalah netranya menangkap gadis itu tengah duduk di salah satu bangku di pinggir koridor, tengah sibuk membaca buku.

Gama yang sedari tadi stay cool, mengikuti arah tatapan Alaskar, kemudian menepuk bahu cowok itu. "Samperin gih, gue duluan ke kantin," ujarnya. Tanpa menunggu jawaban dari Alaskar, ia segera melenggang pergi dari sana menuju kantin.

Alaskar menatap punggung Gama yang mulai menjauh dari pandangannya. Lalu kembali memusatkan perhatiannya kepada gadis tadi yang nampak semakin serius dengan buku yang di bacanya.

Dengan perlahan kaki jenjang laki-laki itu melangkah menghampiri gadis itu.

"Hai cewek!" sapanya sedikit meninggikan suaranya. Yang pastinya di tujukkan untuk Alana.

Alana menolehkan kepalanya lantaran telinganya mendengar suara yang tak asing baginya, ia melihat laki-laki itu tengah berjalan ke arahnya dengan jemari di sakunya. Alana menghela nafas kasar, menutup bukunya dengan kasar, datang lagi si tukang jahil, yang selalu membuatnya naik pitam ketika bersamanya. Tak bisakah cowok itu membiarkannya hidup tenang sehari saja? kepalanya benar-benar puyeng jika terus berhadapan manusia setan itu!

Alana mendongak saat Alaskar sudah berdiri di depannya. "Ngapain lo?" tanyanya cetus.

Cowok itu mengambil posisi duduk disamping gadis itu, "Nyamperin lo! siapa tau lo nangis-nangis kengenin gue," katanya menaik-turunkan alisnya.

Alana mendelik, "Idihh pede amat! lo kali yang udah jungkir balik kangenin gue."

Alaskar mengidikkan bahunya, "Maybe,"

Alana merotasikan matanya, ia membuka kembali buku yang masih berada di tangannya. Ia mulai kembali serius membaca deretan kalimat yang berada di dalam buku itu mengabaikan cowok pengganggu disampingnya.

Alaskar berdecak, ia paling tidak suka di abaikan. Dengan sifat jahilnya yang sudah mendarah daging, lelaki itu merebut buku yang berada di tangan gadis itu.

Alana hendak merampas kembali buku itu, namun Alaskar, dengan sigap menjauhkannya dari jangakauan nya.

Oke! Alana sekarang benar-benar di buat jengah oleh lelaki yang sayangnya berstatus sebagai suaminya ini!, "Lo bisa gak sih? jangan gangguin gue sehaariiiii aja?" tanyanya jengah.

Alaskar memukul pelan kepala Alana menggunakan buku yang di rebutnya tadi. "Sayangnya gak bisa Alana," entah kenapa ia merasa senang menjahili gadis ini.

Alana mendengus memegang kepalanya yang dengan wajah di tekuk, cowok ini maunya apa sih? dia benar-benar capek di ganggu terus setiap hari. Alana yang mulai lelah dengan kejahilan Alaskar, memilih diam beberapa saat, sebelum cacing di dalam perutnya berbunyi minta di isi. Saking seriusnya belajar, ia sampai lupa kalau dia belum sarapan dari pagi.

Ia menepuk-nepuk perutnya yang terasa keroncongan.

"Lapar lo?" tanya Alaskar.

"Menurut lo?"

Alaskar berdecak, "Yaudah ke kantin,"

"Yaudah balikin dulu buku gue!"

"Nih" Alaskar menyodorkan buku yang di rebutnya tadi dari Alana, kemudian dengan kasar gadis itu mengambilnya.

Alana mendongak menatap Alaskar yang sudah berdiri dari duduknya. Cowok itu nampak perlahan menurunkan tubuhnya, ia berlutut tepat di depan gadis itu. Ngapain nih cowok?

Alaskar mendongak, memandangi wajah Alana intens. Tangan kekarnya terulur meraih perut rata gadis itu yang terbalut seragam, ia mengusap-usap perut gadis itu, lalu berkata, "Seharusnya lo gak boleh telat makan Na, kasian bayi kita."

Alana menghela nafas kasar, lalu menyingkirkan kasar tangan cowok itu dari perutnya, "Jangan ngawur deh Al, bayi-bayi terus perasaan di pikiran lo! berdiri cepetan! jangan kayak gini, kalo ada yang liat kan bisa berabe," Alana mengedarkan pandangannya di sekitar koridor itu. Untung saja di koridor itu hanya ada beberapa murid yang sedang sibuk dengan ponsel mereka. Bukannya apa, ia hanya takut ada yang melihat interaksi mereka yang tadi. Bisa-bisa status mereka yang sudah di rahasiakan rapat-rapat, bisa terbongkar.

Alaskar menyengir bak kuda, kemudian perlahan berdiri, lalu menepuk celana bagian lututnya yang lecek. "Yaudah ayo ke kantin," Ia mengulurkan tangannya bermaksud agar gadis cantik itu menggenggamnya, namun Alana hanya menatap tangan kekar yang di sodorkan itu tanpa minat, membuat Alaskar berdecak.

Alaskar dengan perlahan menyelipkan kedua tangan kekarnya di ketiak gadis itu, lalu mengangkatnya, hingga gadis itu berdiri dari duduknya.

"Manja amat ya lo," kata Alaskar.

Alana mendengus, "Emang yang nuyuruh lo gitu siapa? lagian kan gue juga bisa berdiri sendiri!"

"Iya sayang iya!" Alaskar meraih sebelah tangan mungil milik Alana untuk di genggamnya, ia membawa gadis itu ke kantin.

***

"Nih cewek naif banget sih! malah milih cowok brengsek dari pada cowok yang jelas-jelas tulus banget sama dia!" sedari tadi mulut Alana tak berhenti mendumel karena kesal dengan karakter cewek di buku novel yang dibacanya. Posisinya sekarang tengah duduk di sofa. Lain halnya dari gadis itu, Alaskar, ia duduk bersila di karpet bulu dengan mata fokus menonton serial drama di tv. Matanya beralih melirik jam dinding yang ada di ruangan itu, menunjukkan pukul sepuluh malam. Bagi Alaskar jam segini belum jam tidurnya, lain halnya lagi dengan perempuan yang sedang duduk di sofa yang tengah berkomat-kamit tidak jelas itu, mungkin lantaran ke seriusan membaca novel, ia sampai lupa waktu.

Alaskar mengambil remot yang berada di sampingnya lalu mematikan televisi itu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Alana yang masih fokus membaca buku novelnya. Ia berdiri dari duduknya, "Na tidur ayo," ucapnya, menyaut novel dari tangan Alana.

Gadis dengan setelan piyama pink itu mengalihkan pandangannya ke arah jam. What? sudah jam segini? biasanya ia tidur paling lama jam sembilan malam. Ia berdiri dari duduknya, "Iya-iya" balasnya mengangguk.

Kedua pasangan absurd itu melangkah menaiki satu persatu anak tangga.

Alaskar membuka handle pintu, lalu masuk ke dalam kamar di ikuti Alana dari belakang.

Alana merebahkan tubuhnya duluan di atas kasur. Beda dengan Alaskar, cowok itu masih duduk di pinggir kasur.

Alaskar berdecak, menatap kesal ke arah guling berada di tengah yang di jadikan sebagai pembatas mereka, benar-benar penghalang! Asal kalian tau, selama mereka tidur di kasur yang sama, Alana selalu meletakkan guling di tengah mereka. Agar tidak terjadi yang tidak di inginkan katanya.

Manik matanya beralih ke pada Alana yang sudah memejamkan matanya, "Na, bisa gak sih nih guling singkirin aja?" kakinya menendang-nendang kecil guling itu.

Kelopak mata Alana terbuka kembali lantaran mendengar itu, "Awas aja lo ya nyingkirin itu!" peringatnya, kemudian beralih keposisi menyamping memunggungi Alaskar.

"Huh siksa banget! tinggal bedua, tidur berdua, sudah sah juga, tapi belum pernah dikasih jatah," Alaskar menggerutu, sembari menarik kasar selimut tebal itu hingga sebatas pinggang, kemudian merebahkan tubuhnya, "Gue juga pengen bayi yang lucu-lucu gitu, kan asik kalo tiap hari gendong bayi yang lucu," gerutuannya terus berlanjut, lalu menarik lagi selimut tebal itu hingga sebatas dada mereka.

"Gue dengar semua lo Al!" sahut Alana.

Setelahnya, hening beberapa menit. Kedua pasturi itu sama-sama memejamkan mata. Perlahan Kelopak mata Alaskar yang tadinya tertutup ia buka kembali, "Na?" panggilnya tidak mendapat sahutan dari sang empu.

"Na?" Alaskar memanggil kembali untuk memastikan apakah gadis itu benar-benar tertidur atau belum. Dan tetap tidak mendapat sahutan. Sehingga ia yakin sekarang gadis itu benar-benar sudah tertidur.

Di balik selimut, kaki kekarnya bergerak menendang kuat guling yang di jadikan pembatas hingga jatuh mengenaskan diatas lantai. Sedari tadi ia sudah ingin melakukan itu. Masa bodoh sama gadis yang di sampingnya ini marah, itu urusan belakangan.

Alaskar meringsut mendekati Alana, perlahan sebelah tangan kekarnya meraih pinggang ramping Alana, ia peluknya gadis itu dari belakang. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu, mencari posisi ternyaman. Ia benar-benar nyaman sekarang, apa lagi wangi Alana yang seperti bayi semakin membuatnya nyaman. Perlahan-lahan, mata eagle itu mulai terpejam.

***