webnovel

Pindah rumah

Alana berjalan dengan santai menuju toilet perempuan, selepas upacara bendera tadi, ia segera menuju toilet untuk membasuh wajahnya.

Kaki mungilnya melangkah memasuki toilet perempuan.

"Wo!" pekiknya tertahan melihat seorang laki-laki tengah membasuh wajahnya di wastafel perempuan.

Laki-laki itu mengenakan kaos hitam, dengan punggung terbelah, seksi dan tegap. Alana melihat seragam yang tergeletak di pinggiran wastafel dengan name tag Alaskar Elvaro Adijaya. Melihat bentuk badannya Alana langsung tahu kalau itu suami mesumnya.

"Alaskar!" pekiknya.

Laki-laki itu menoleh, wajah dan rambutnya basah, air bahkan mengalir ke lehernya. Siswi siswi yang baru keluar dari toilet nampak melongo melihat kebadasan Alaskar. Jangan biarkan Alaskar main air, meleyot kalian!

"IHH!" Alana menggeplak lengan Alaskar karena gemas dengan laki-laki ini.

"Apasih?" protes Alaskar.

"Apa-apa mata lo? ini toilet cewek! gak bisa baca lo?" omelnya. "Mau ngintip ya lo?" tuduh Alana.

"Toilet cowok rame Na, yaudah gue mampir sini, mumpung sepi, sekalian tebar pesona, ye gak?" Alaskar tersenyum jahil.

Ia kembali memakai seragamnya, tangan kekar Alaskar mengancingkan satu persatu kancing seragamnya. Tapi matanya tak henti menatap cermin, mengagumi dirinya sendiri.

"Kemana tadi?" tanya Alana garang.

"Di sini sayang" ujar Alaskar dengan senyuman nakalnya.

"Serius Al! ke mana lo tadi? kok gue gak ada liat biar batang idong lo di tempat upacara tadi? bolos?"

"Nyebat, di warung Bu Septi," ucapnya santai sembari menyugar rambutnya kebelakang.

"Rokok teross! inget Al, umur gak ada yang tau" peringat Alana.

Alaskar mengangkat kedua bahunya "Gue mati lo jadi janda"

"Yaudah mati aja sana, masa bodo dengan status gue yang jadi janda!" cetusnya kelewat kesal.

Alaskar tergelak mendengar penuturan gadis itu, "Nanti gak ada lagi yang mau sama lo kalo lo jadi janda,"

"Bodo lah, kan cuma status doang yang janda, yang penting belum jebol"

Alaskar tersenyum jahil, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, ia melangkah lebih dekat kepada Alana, mengikis jarak antara mereka membuat gadis itu reflek memundurkan langkahnya, "Lo- lo ngapain Al?"

Alaskar terus memajukan langkahnya tanpa mengindahkan pertanyaan dari gadis di depannya, sementara Alana terus memundurkan langkahnya sampai tubuh gadis itu mentok di dinding toilet. Laki-laki itu mengukung gadis itu diantara ke dua tangan kekarnya.

"Al, lo- lo jangan macam-macam" ucap Alana was-was.

Senyum miring muncul di bibir tipis laki-laki itu, ia menunduk mendekatkan wajahnya disamping telinga gadis itu, "Gue jebolin mau?" bisiknya pelan.

Gadis itu merinding mendengar bisikan cowok itu, apalagi apa katanya tadi? jebolin? dasar mesum!

Alana dengan sekuat tenaga mendorong tubuh kekar cowok itu untuk menjauh, dan berhasil.

"Keluar gak lo!" usirnya.

"Nanti malem 10 ronde ready sayang?" Alaskar menatap istrinya jahil.

"MESUM! SANA PERGI!" Alana mendorong punggung laki-laki itu keluar dari toilet.

***

Siang ini Alaskar melakukan Push up ditengah lapangan, bersama ketiga sohibnya. Siapa lagi kalau bukan Gama, Raka dan Vano. Dengan komando Bu Jane, Guru bk kelas 12. Alaskar ketahuan bolos di kantin bersama ketiga temannya, sehingga mereka harus mendapat hukuman dari guru BK.

"Bangun!" sentak Bu Jane.

Setelah menyelesaikan hukuman, ke empatnya mendudukkan tubuh mereka di pinggir lapangan.

Alaskar memijat lengannya yang terasa pegal karena harus Push up sebanyak 40 kali. Keringat mengucur deras di pelipis dan lehernya.

Alaskar mengusap lehernya, ia ingin sekali minum, sangat haus.

"Kembali ke kelas! jangan bolos!" tegas Bu Jane, lalu beralih meninggalkan lapangan.

"JANEANJ-, umpphhh"

Raka membekap mulut Vano sebelum umpatan maut keluar dari mulut cowok itu, ia memperhatikan punggung Guru BK yang sudah menjauh dari mereka. Bisa double hukuman mereka nanti kalau sampai Guru itu dengar. Apalagi suara Vano sebelas dua belas dengan toa masjid.

Setelah punggung Guru BK itu hilang di balik pintu ruang Guru, barulah Raka melepas bekapannya dari mulut Vano.

Vano mengusap-usap bibirnya kasar "Gila, tangan lo asin njirrr."

"Anjing lo!" umpat Raka, cowok itu menggeplak kepala Vano.

Gama yang sedari tadi menyaksikan keduanya hanya geleng-geleng kepala, Gama termasuk cowok yang paling pendiam di antara mereka. Ia menoleh kepada Alaskar.

"Al! ke kantin yuk!" ajak Gama.

"Kuy! gas!"

***

Dengan telaten, Alana memasukkan satu persatu pakaian Alaskar kedalam koper. Laki-laki itu dengan angkuhnya menyuruh Alana melakukan semuanya bagaikan pembantu rumah tangga.

Sedangkan Alaskar, cowok itu dengan santainya tidur terlentang di kasur kingsize-nya.

Alana menghela nafas, ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore.

Rencananya, sore ini mereka akan pindah ke rumah baru milik Alaskar.

"Sebenarnya ogah gue satu rumah sama lo," ucap Alaskar, lebih tepatnya ia tujukan untuk Alana.

Alana yang mendengar itu lantas menghentikan aktifitasnya. Alana menolehkan kepalanya.

"Lo pikir cuma lo doang yang berpikiran kaya gitu? gue juga. kalaupun gue di kasih pilihan, gue lebih milih cerai aja sama lo!"

"Belom juga dapet anak, udah minta cerai aja," sahut Alaskar.

Alana memejamkan matanya sebentar, jangan sampai ia kelepasan hari ini. Ia tau bahwa Alaskar hanya mengerjainya.

Alaskar melemparkan buku komik miliknya, cowok itu menyaut koper miliknya yang di pegang Alana.

Alana mendengus sebal, sudah di bantuin tapi tidak ada rasa terimakasih nya sama sekali! emang dasar Alaskaranjing!

"Ngapain lo masih berdiri di situ? berharap gue bilang terima kasih sama lo? mimpi aja lo! buruan turun!"

Alaskar membuka pintu kamarnya sedikit kasar, membuat Alana sedikit tersentak.

"Anjing lo" umpat Alana kesal.

***

Sementara itu, di lantai bawah, sudah ada orang tua Alaskar yang sedang menonton tv.

"Istri kamu mana Al?" tanya Reza, papa Alaskar, saat melihat Alaskar yang turun dianak tangga terakhir, dengan menarik koper miliknya.

"Ntarr turun pah" jawabnya.

Suara derap langkah sepatu terdengar jelas di telinga mereka. Alana, perempuan itu dengan tergesa-gesa menenteng tas miliknya, hanya berisikan peralatan seadanya, serta lima baju miliknya yang ia bawa sebelum hari pernikahan mereka.

"Kalian mau berangkat sekarang?" tanya Sarah mama Alaskar, ia berdiri dari duduknya, menghampiri mereka.

Alaskar melirik jam yang melingkar di tangannya "Sekarang aja kayaknya mah, kita juga masih beres-beres di rumah baru nanti" ucap Alaskar.

Sarah menganggukkan kepalanya, "Yasudah, jaga kesehatan kalian yah, Al, jaga baik-baik menantu ke sayang mama, jangan jahilin dia terus!" Sarah mengelus surai hitam milik menantu kesayangannya lalu memeluk tubuh mungil gadis itu.

Reza yang sedari tadi sudah berdiri bersama mereka, menepuk bahu anaknya. "Dengerin itu apa kata mama kamu,"

"Alaskar usahain, mah, pah." ucapnya.

"Ayo," Alaskar bermaksud mengajak gadis itu pergi dari sini.

"Mah, Alana gak mau tinggal sama dia," Alana menunjuk Alaskar yang sudah melangkah ke ambang pintu.

"Lebay lo! buruan!"

"Aska!" tegur mama Alaskar.

Alaskar berdecak sebal, bisakah perempuan itu cepat sedikit? masalahnya rumah baru milik Alaskar belum diberesin.

Sarah menatap menantunya dengan tatapan lembut, "Kalau Aska kasarin kamu tinggal lapor aja lewat telpon ke mama, biar mama yang beri pelajar sama Aska," ujaranya mengelus surai hitam milik menantunya.

"Gih sana udah di tungguin suami kamu tuh" mama Alaskar menunjuk putranya dengan ekor matanya.

Alana mengangguk. "Alana pamit ya, Assalamualaikum mah, pah"

"Walaikum sallam." jawab mama dan papa Alaskar bersamaan.

Setelah menyalimi punggung tangan mertuanya, Alana berjalan menghampiri Alaskar yang nampaknya kesusahan membawa barang bawaannya serta barang bawaan Alana.

"Bantuin napa," ucap Alaskar kala Alana melewatinya begitu saja.

"Lo suami gue kan? jadi suami berguna dikit kek, masa ngangkut barang gini doang minta bantuin istri."

"Anjing lo!" umpat Alaskar.

***