webnovel

Pertarungan

Geng motor yang berpengaruh di ibu kota itu sedang dalam perjalanan ke markas geng Aodra.

Lima puluh motor anggota Wolves itu melaju membela jalanan ibu kota, dengan Alaskar yang memimpin. Keramaian yang mereka ciptakan, membuat beberapa pengunjung jadi memusatkan perhatian kepada mereka.

Tak terasa setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai di markas Aodra. Mereka memberhentikan motor besar milik mereka di depan markas.

Sementara di dalam markas, "Bos! geng Wolves sudah di depan!" kata salah satu anggota Aodra.

Senyum miring terbit di bibir ketua mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Rion, memang ini semua bagian dari rencananya.

Yang dia ketahui bahwa geng motor Wolves solidaritasnya sangat tinggi, ia sengaja mengeroyok salah satu anggota Wolves, memancing agar geng motor itu segera menghampiri mereka di markas, dan tentu saja Arion sudah mempersiapkan semuanya untuk melawan geng Wolves, ia sudah mengumpulkan banyak para anggotanya di dalam markas, sekitar seratus orang.

Rion membuang putung rokoknya, kemudian berdiri dari duduknya, ia menatap semua para anggotanya, "Malam ini! adalah malam penentuan siapa yang akan kalah dan menang, jadi! kalian harus mengerahkan seluruh kemampuan kalian untuk mengalahkan geng Wolves!"

Rion mengepalkan tangannya di udara. "AODRA!"

"KEMENANGAN ADALAH SEGALANYA!" sahut para anggotanya serempak mengepalkan tangan mereka di udara.

Setelahnya, mereka semua keluar dari dalam markas.

Alaskar melepas helm full face nya. Ia menyugar rambutnya kebelakang. Kemudian cowok dengan jaket hitam berlogo serigala dan tulisan Wolves di kedua lengannya itu, turun dari motor kebesarannya. Senyum miring terbit di bibir cowok itu saat melihat para anggota geng Aodra sudah keluar dari dalam markas mereka.

Rion melipat kedua tangannya di depan dada menatap dengan senyum meremehkan kearah geng Wolves. "Udah siap kalah?"

"Bukannya itu pertanyaan buat geng lo?," ucap Alaskar dengan senyum miringnya.

Rion berdecih, "Kita liat aja nanti!"

"Sebelum mulai, gimana kita buat kesepakatan!" ujar Alaskar.

Rion mengangkat sebelah alisnya. "Kesepakatan apa?"

"Kalau misalkan Aodra yang menang malam ini, semua anggota Wolves akan jadi milik kalian! tapi, kalau Wolves yang menang, lo dan anggota lo ini, jangan pernah usik anggota gue lagi!"

"Al, lo yakin?" sahut Gama yang berdiri di samping Alaskar. Dia sedikit ragu dengan kesepakatan Alaskar, pasalnya anggota geng mereka kalah jumlah dari geng Aodra malam ini.

Alaskar mengangguk mantap, ia benar-benar yakin dengan kemampuan para anggotanya. Ia akan mengakhiri semuanya malam ini. Agar Arion tidak berulah lagi dengan mengusik para anggotanya.

Rion nampak mempertimbangkan kesepakatan yang di usulkan Alaskar, dan seperdetik kemudian ia menganggukkan kepalanya, "Oke Deal!"

Kedua geng motor itupun kemudian berjalan menuju tanah lapang kosong yang berada tak jauh dari markas Aodra.

Wolves dan Aodra berdiri berhadapan dengan tatapan saling meremehkan, kedua geng motor itu memang sering kali bertarung karena Aodra yang sering mulai duluan. Rion, ketua Aodra yang tidak akan pernah menerima kekalahan, dan Wolves yang di ketuai oleh Alaskar itu selalu menang jika bertarung. Walaupun terkadang Aodra selalu melakukan segala cara untuk menang dengan cara curang atau seperti sekarang ini, dengan cara licik memancing Wolves ke kawasannya, Alaskar yang tidak menyangka kalau ini semua bagian dari rencana Rion, tentu saja hanya membawa sebagian anggotanya.

50 anggota geng Wolves melawan 100 anggot geng Aodra. Walaupun Aodra lebih banyak, namun hal itu tidak membuat Wolves gencar.

"Gue akan akhiri semua malam ini!" ujar Alaskar.

Rion menatap remeh kepada Alaskar, "Akhiri? dengan anggota lo yang segitu? yang ada geng lo yang akan berakhir malam ini!"

Alaskar tersenyum miring, "Bahkan gue solo pun mampu ngalahin kalian semua!"

Rahang Rion jadi mengeras mendengar penuturan Alaskar. Tanpa aba-aba lagi, dia langsung melayangkan pukulan di wajah Alaskar. Namun cowok itu bisa menangkisnya. Dan melayangkan pukulan balik di wajah Rion.

Perkelahian yang di mulai Rion itu, membuat kedua kubu geng tersebut mulai menyerang satu sama lain.

Saat ini Alaskar tengah melawan Rion. Ilmu bela diri yang di miliki cowok itu memang tak bisa di remehkan.

Alaskar terus melayangkan pukulan tanpa ampun ke arah Rion, Dia betul-betul tidak memberi celah untuk Rion melawan. Kemudian setelah itu, Alaskar membanting kan tubuh Rion ke tanah dengan kencang.

"Segitu doang kemampuan lo?" Alaskar tertawa sinis, menyaksikan Rion yang tengah meringis kesakitan.

Rion pun menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya, setelah itu dia langsung beranjak berdiri, lalu kembali melawan Alaskar dengan bringas.

Disisi lain, Raka sedang bertarung dengan dua lawan sekaligus. Cowok bertubuh kekar itu, langsung memelintir tangan kedua lawannya, lalu menariknya dan menubruk kan kepala mereka bersamaan.

"Mati lo!" Raka tersenyum puas, menatap mereka yang sudah tersungkur di tanah.

"VAN, AWAS!" Raka berteriak kencang, saat melihat salah satu anggota Aodra yang akan menyerang Vano dari belakang.

Sontak Vano langsung menyingkir, lalu membalik kan badan. "SIALAN LO! berani-beraninya nyerang gue dari belakang!"

"BACOT!" cowok itu langsung melayangkan pukulan di wajah Vano, namun dengan cepat Vano menangkisnya.

"Anjing, bentar dulu gue belum siap!" kesal Vano karena lawannya itu tiba-tiba menyerang.

Gama sendiri, wakil ketua Wolves itu tidak kalah jagonya dari Alaskar. Cowok itu memang kelihatan pendiam. Namun siapa sangka, Gama bisa menumbangkan lawannya dengan cepat.

***

Rasa bosan menghantui diri perempuan yang duduk bersila di depan televisi besar. Suntuk, malas dan juga ngantuk menjadi satu.

Ia melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Alaskar tadi izin keluar, katanya ada hal penting, entah hal penting seperti apa yang dimaksud cowok itu hingga sudah jam segini belum juga pulang.

Hal itu tentunya membuat Alana kesepian setengah mati. Biasanya ada Alaskar yang selalu mengajaknya ribut. Entah hal-hal kecil apa yang dipeributkan.

"Bosen banget!" Alana melempar asal remot tv-nya.

"ALANA BUKAIN PINTUNYA WOI!"

Alana menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. begitu telinganya mendengar ketukan beberapa kali, lantas Alana berdiri dengan sebal. Pasti Alaskar nih pelakunya.

Ia segera melangkah ke arah pintu dan membukanya, "Lo bisa gak sih salam dulu kalo- Ya Allah! lo kenapa?" Alana membulatkan matanya saat melihat luka lebam di sekujur wajah Alaskar.

"Perih jangan di pegang." Alaskar menurunkan tangan Alana dari pipinya.

"Jadi ini alasan lo pergi yang katanya penting? hal penting dari mananya sih kaya gini?" omelnya.

"Kenapa pulang ke rumah? kenapa gak sekalian aja lo pulang ke rahmatullah sih Al, gua ikhlas, beneran!" lanjut Alana kesal, dia sekarang sedang benar-benar kesal sekali sumpah! ini yang dia maksud penting tadi? kalau tahunya gini gak di izinin keluar tadi.

"Berisik!" Alaskar berdesis ngilu saat merasakan pipinya sakit luar biasa.

"Al berhenti dulu!" teriak Alana saat Alaskar mulai menaiki anak tangga.

"Apalagi Alana? mau marah? tunda dulu! gue gak bisa ribut dulu sama lo. Gue capek mau tidur,"

Alaskar membuka handle pintu kamar, kemudian ia berjalan ke arah kasurnya dan merebahkan tubuhnya di sana.

Hah, rasanya tubuhnya seperti di tekuk. Tulangnya terasa ngilu, kulit wajahnya terasa sangat nyeri. Ini semua karena pertarungannya dengan geng Aodra tadi, dan tentu saja Wolves menang telak, walaupun Alaskar dan para anggotanya mendapat luka lebam disekujur wajah.

Alana menghela nafas sabar.

"Bangun dulu, itu luka lo belom di obati, bisa-bisa infeksi nanti," tegur Alana dengan tangan menarik lengan laki-laki itu.

Dengan wajah frustasinya, Alaskar bangun dari rebahannya, ia menyugar rambutnya dengan kasar lalu ia menatap Alana dengan tatapan datar.

"Mau apalagi?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari Alaskar, Alana berjalan mendekati lemari berwarna cokelat itu, lalu ia mengambil kotak P3K dari sana, dan kembali berjalan mendekati Alaskar yang masih duduk dengan kepala menunduk.

"Angkat kepala lo!" Alaskar mengangkat kepalanya.

"Sini deketan, gue bersihin dulu luka lo itu,"

Alaskar menatap Alana dengan tatapan jengah, berdecak sebal kemudian terpaksa mendekat kepada Alana.

Gadis ini selalu marah-marah jika dirinya terluka, tapi selalu saja begini, semarah-marahnya Alana, ujung-ujungnya tetap saja mengobati Alaskar dengan telaten.

"Luka lo yang kemarin belum sembuh, sekarang di tambah lagi luka baru," oceh Alana dengan tangan fokus mengompres luka Alaskar.

Alaskar memperhatikan aktifitas Alana yang tengah fokus mengompres lukanya. Ia memandangi wajah Alana lama. Gadis ini galak-galak tapi selalu peduli terhadapnya.

"Lana.." panggilnya dengan suara lembut.

Mendengar itu, seketika aktifitas Alana yang sedang mengompres luka Alaskar terhenti, gadis itu membeku, raut wajahnya menjadi datar, dan tatapannya kosong.

Alaskar mengangkat sebelah Alisnya, melihat ekspresi Alana yang seketika berubah.

"Alana," panggil Alaskar, namun tidak mendapat respon dari Alana, gadis ini sebenarnya kenapa sih?

"Alana hei," panggil Alaskar lagi dengan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Alana.

Barulah Alana tersadar, "E- eh kenapa?" tanyanya tergagap.

"Lo kenapa sih?"

"Oh gak papa, ini udah gua bersihin, tinggal obatin aja, gue udah ngantuk mau tidur," ucapnya, ia menyerahkan kotak P3K yang di ambilnya tadi kepada Alaskar. Kemudian gadis itu segera merebahkan tubuhnya di kasur, meringkuk membelakangi Alaskar.

Alaskar menatap Alana dengan tatapan bingung, "Nih cewek kenapa sih?"

***