webnovel

Keberangkatan orang tua Alana

Alana menggeliat dalam tidurnya, mata lentik gadis cantik yang tertutup rapat itu perlahan terbuka, menyipitkan matanya karena cahaya mentari yang masuk ke kornea matanya melalui sela-sela tirai jendela.

Setelah nyawanya terkumpul lantas bola matanya membulat saat melihat seorang pria tidur di sampingnya.

"AAAA"

Alaskar terlonjak kaget reflek langsung bangun terduduk dari tidurnya "Kenapa? kenapa lo teriak? ada maling?"

"Lo- lo ngapain tidur di sini?, lo udah ngapain gue? jangan sampe lo ngambil punya suami gue di masa depan," tanyanya frustasi, gadis itu menyingkap selimut tebal milik Alaskar, kemudian menghembuskan nafas lega karena melihat pakaiannya dan pakaian Alaskar yang masih lengkap.

Alaskar menatap datar gadis di sampingnya "Apaan sih lo, gue suami lo kalo lo lupa, jadi biar pun lo gue apa-apaain juga ya terserah gue"

Mendengar itu, mata Alana membulat kembali, oh iya dia sampai lupa kalau sekarang ia sudah menjadi istri sah dari seorang Alaskar.

Alana menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Hehehe lupa," ucapnya dengan cengiran khasnya.

Alaskar merotasikan matanya, capek dah punya istri lemot gini. Ia melirik jam dinding, menunjukan pukul setengah sepuluh. Untung sekarang hari minggu, jadi walaupun bangun siang tak masalah.

Laki-laki itu lantas menyingkirkan selimut tebal miliknya dari tubuhnya.

Ia turun dari kasur kingsize-nya, melangkah menuju kamar mandi.

"Eh tunggu-tunggu Al!" suara manis milik Alana itu membuat Alaskar menghentikan langkahnya dan menoleh ke pada Alana. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

Alana dengan cepat menyingkirkan selimut tebal dari tubuhnya, lalu turun dari kasur kingsize milik Alaskar, ia berjalan cepat melewati laki-laki itu, untuk masuk duluan ke kamar mandi. Dan itu tentu tak akan di biarkan oleh Alaskar, ia segera mencekal pergelangan Alana sebelum benar-benar masuk ke dalam kamar mandi.

"Heh apaan lo, gue duluan!" ucap Alaskar.

Alana berusaha menarik tangannya untuk melepaskan diri dari cengkraman Alaskar, tetapi semakin kuat usahanya semakin kuat juga cengkraman Alaskar di pergelangan tangannya. "Lepasin Al, gue ntar jam sepuluh, ikut nganterin orang tua gue ke bandara" ucapnya masih mencoba melepas cengkraman Alaskar.

"Gue juga ikut anterin orang tua lo ke bandara"

"Ish sekali-sekali mengalah napa sama istri sendiri" cetusnya.

"Yaudah biar adil kita mandi bareng aja," ujar Alaskar tanpa beban.

Alana membulatkan matanya "Apa sih lo! ntar lo macem-macemin gue,"

"Yaelah gak tertarik gue buat macem-macemin lo, datar gitu." ucap Alaskar, matanya melirik dada Alana yang terbalut piyama.

Alana mengikuti arah lirikan Alaskar, setelah sadar apa yang di lirik cowok itu, ia membulatkan matanya kembali.

"Hehh! mata lo liat ke mana anjing!," Alana menghempas kuat cengkraman Alaskar dari pergelangan tangannya. Setelah terlepas, ia segera masuk ke dalam kamar mandi, dan menutup pintu kamar mandi dengan kasar.

Brakk

"DASAR MESUM!" teriaknya dari dalam kamar mandi.

***

Kini Alaskar dan Alana berada di bandara, mengantar orang tua Alana untuk ke berangkatan mereka ke luar negeri, lebih tepatnya ke Amerika Serikat. Sebenarnya orang tua Alaskar ingin juga mengantarkan orang tua Alana ke bandara, tetapi karena ada rapat penting yang harus di hadiri jadi mereka tidak ikut.

Papa Alana yang tak lain dan tak bukan adalah Ferdian William dan Dian Puspitasari yang menyandang sebagai Mrs William ibu kandung dari Alana.

Mereka tidak menyangka, putri kecil yang dulunya selalu merengek ketika meminta di belikan permen atau balon, menangis kalau tidak di temani tidur, selalu manja, sekarang sudah besar, dan menjadi seorang istri. Waktu memang terasa singkat.

Alasan Alana dan Alaskar di jodohkan karena keberangkatan orang tua Alana ke AS, katanya untuk memperbaiki perusahaan mereka yang sudah anjlok di sana karena kasus korupsi orang kepercayaan papa nya. Kemungkinan mereka akan bertahun-tahun di sana. Jadi mau tidak mau mereka harus menjodohkan putri semata wayang mereka kepada anak sahabat mereka agar ada yang menjaganya selama mereka diluar negeri.

Sebenarnya mereka sering kali membujuk Alana untuk ikut mereka ke AS, tetapi Alana bersikukuh untuk tidak mau ikut dengan Alasan tidak mau meninggalkan kota kelahirannya, tapi kemungkinan ada alasan yang lain.

Sepuluh menit lagi pesawat yang di tumpangi mereka akan lepas landas. Sebelum berangkat, Dian memeluk putri nya erat.

Setelah puas, ia menguraikan pelukannya lalu memandang putrinya sendu "Jaga diri baik-baik ya nak, ingat jangan melawan dengan suami, harus nurut," ucapnya memberi nasehat lalu beralih menatap Alaskar selaku menantunya. "Nak Alaskar, mama percayakan Ana sama kamu, jaga dia baik-baik"

Cowok dengan Hoodie hitam itu mengangguk "Iya ma"

Ferdian menepuk pundak menantunya "Saya titip putriku sama kamu Al, jaga dia baik-baik, jangan pernah kamu bentak atau kasar sama dia, awas saja kalau saya tau kamu tidak becus jaga dia, saya akan datang kesini untuk menjemputnya dan membawanya pergi." ucapnya memperingati menantunya.

Lagi dan lagi Alaskar mengangguk "Iya siap pah" ujarnya mantap.

Ferdian beralih menatap Alana, tangannya terulur untuk mengusap lembut surai hitam milik putrinya "Ana baik-baik ya di sini, jangan bandel, nurut apa kata suami," katanya.

Mata gadis cantik itu berkaca-kaca, "Pah" lirihnya, ia memeluk papanya erat dengan air mata yang sudah tumpah membasahi pipi mulusnya.

Ferdian menepuk-nepuk punggung putri ke sayangannya ini. Setelahnya, ia menguraikan pelukan dengan putrinya, ia memandang wajah Alana, lalu mengusap jejak air mata di pipi gadis itu. "Ana gak boleh nangis, nanti jelek loh" katanya mencubit pelan hidung mancung Alana. Ia kemudian mencium kening Alana sedikit lama.

Setelah mendengar pengumuman bahwa pesawat yang di tumpangi orang tua Alana akan lepas landas, Ferdian dan Dian pamit kepada anak dan menantunya.

***

"Gak mau mampir ke mana dulu?" tanya Alaskar yang sedang menyetir, setelah mengantar orang tua Alana, mereka sekarang sedang berada di mobil, diperjalanan pulang.

Alana menolehkan kepalanya kepada cowok itu "Hmm langsung pulang aja" jawabnya seadanya.

Alaskar melirik istrinya dari samping, gadis ini nampak murung dan raut wajahnya sendu. "Gak usah sedih kaya gitu, tambah jelek aja lo" ledeknya, ia kembali fokus ke depan.

Alana mendengus sebal, ini cowok minta di jitak, "Ishh diam gak Al, gue lagi gak mau bertengkar"

Alaskar menghela nafas pelan "Yaudah mampir ke supermarket dulu, beli camilan mau?" tanya Alaskar kembali melirik Alana sekilas.

Mendengar itu membuat mata lentik Alana berbinar menatap Alaskar yang tengah fokus menyetir, "Mau!" jawabnya semangat.

"Tapi bo'ong," celetuk Alaskar di barengi dengan tawanya.

Tangan mungil Alana menjitak kencang kepala Alaskar. Walaupun itu tidak berasa apa-apa bagi Alaskar karena tangan gadis ini sangat mungil. Sebelah tangan Alaskar menghempas tangan Alana dari atas kepalanya.

"Dosa lo, jitak kepala suami sendiri,"

"Suami-suami bapak lo!,"

"Bapak gue, mertua lo," sahut Alaskar.

Alana menatap garang ke arah Alaskar yang tengah fokus menyetir, iya sih memang bener yang Alaskar bilang, tapi tampangnya itu lohh, pengen banget dia cakar-cakar sampai ketampanannya hilang.

Alaskar yang merasa ditatap pun melirik istrinya sekilas, ia terkekeh. Istrinya kalo natap garang gitu, bukannya bikin takut tapi malah tambah imut. Bawaannya gemes, pengen cium tapi takut di jitak lagi.

"Lo ngapain ketawa?," kata Alana membuang muka, menoleh ke arah luar jendela mobil. Ntahlah dia hanya semakin muak melihat setan yang sayangnya tampan di sampingnya ini.

"Lo jelek!" kata Alaskar meledek.

"Anjing lo!" umpat Alana kelewat kesal. Ya Tuhan kuatkan hamba mu ini menghadapi setan di sampingku ini, batin Alana.

Alaskar menepikan mobilnya di depan supermarket.

"Lo kok berhenti?" Tanya Alana bingung.

"Katanya tadi mau beli camilan" jawab Alaskar melepas sabuk pengamannya.

Mendengarnya membuat gadis itu langsung membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil dengan semangat.

Di dalam supermarket, Alana menghampiri jajaran rak yang isinya berbagai macam snack. Ia memasukkan berbagai jenis makanan ringan ke troli belanjanya. Ada Chitato, Cheetos puff, Taro, Lays, Pringles, Qtela, Chiki balls, Nabati Cheese Wafer, Pocky, dan masih banyak yang lainnya yang di masukkan gadis itu ke dalam troli belanjaannya.

Alana menoleh kebelakang menatap Alaskar yang sedari tadi mengekor di belakangnya, "Cukup gak uang lo"

"Jangan kan cuma snack, supermarket ini juga mampu gue beli," ucap Alaskar melipat tangannya di depan dada sombong, anak sultan!

Alana merotasikan matanya, dasar orang kaya sombong!

Setelahnya, mereka ke kasir untuk membayar semua snack yang ada di troli belanjaan Alana.

***

Alana yang tengah fokus belajar itu sudah semakin jengah karena sedari tadi Alaskar mengganggunya, dari melempar isi snack yang sedang di makannya, sampai bungkus-bungkus nya yang telah di habiskan cowok itu, dia lempar mengenai Alana.

Gadis itu menghela nafas kasar, ia bangkit dari kursi belajar milik Alaskar, lalu memungut kasar sampah yang berserakan di lantai karena ulah suami laknatnya. "Lo ga ada pekerjaan lain apa selain gangguin gue." gerutunya, ia membuang sampah-sampah itu ke tong sampah.

Alaskar yang tengah bersandar di sandaran ranjang sembari memakan snack yang mereka beli di supermarket tadi. Dengan santainya menjawab, "Gak ada tuh," bukannya apa, dia hanya senang membuat gadis ini marah, wajahnya benar-benar menggemaskan.

Alana menghembuskan nafas kasar, dia sekarang benar-benar tak ada mood untuk bertengkar.

Netra matanya teralih ke arah plastik snack yang berada di atas nakas. "Itu snacknya kok tinggal segitu lagi? lo yang makan semua?" tanyanya menunjuk snack-snack yang tinggal beberapa bungkus lagi itu.

Alaskar hanya mengidikkan bahunya acuh.

Oke cukup! Alana benar-benar di ambang ke marahan sekarang, ia terima saja kalo dia di ganggu belajar atau hal lain, tapi kalau sudah menyangkut makanan, benar-benar tidak bisa di maafkan lagi.

Alana menghampiri Alaskar, lalu mengambil guling yang berada di samping laki-laki itu, ia memukul Alaskar menggunakan bantal guling itu dengan brutal. "Lo kenapa habisin snack gue anjing!" murkanya.

Pukulan demi pukulan yang di berikan Alana menggunakan guling membuat Alaskar meringis beberapa kali, ia lantas menahan guling dan membuat pergerakan istrinya yang sedari tadi memukulnya menggunakan guling itu terhenti "Lagian itu juga kan beli pake uang gue! jadi ya suka-suka gue!" lanjut Alaskar lagi, ia merebut paksa guling dari tangan istrinya lalu melemparnya asal. Guling memang senjata ampuh juga buat betina.

Alana mendengus kesal "Lagian kan lo belinya juga buat gue!"

"Ya tapikan tetap pake uang gue! berarti punya gue!"

"Uang suami itu uang istri juga!"

"Ya tapikan lo-"

Tok..Tok..Tok..

Percekcokan keduanya sontak terhenti karena ketokan dari balik pintu kamar milik Alaskar.

"Ana.. Alaskar.. makan malam dulu.." suara khas milik mama Alaskar terdengar dari balik pintu.

Sepasang pasturi muda itu saling pandang sejenak.

"Iya maa" jawab Alaskar.

Alaskar dan Alana turun dari kasur. Gadis itu menyorot penuh permusuhan ke pada Alaskar. Masih ada dendam yang belum tuntas.

"Apa lo!" tantang Alaskar.

Alana merotasikan matanya, ia melangkah cepat keluar dari dalam kamar, meninggalkan Alaskar di sana. Bisa gila dia kalau terus berhadapan dengan manusia setan kaya Alaskar.

***