webnovel

Jangan Melaporkan Urusannya Lagi Padaku

Biên tập viên: Wave Literature

Yan Sichen memandang orang yang bertanya itu. Dia adalah seorang wartawan wanita berusia dua puluhan.

Untuk menunjukkan rasa kesopanannya untuk yang terakhir kali, dia memberinya senyum dingin.

"Qingqing adalah kenalan lamaku. Bagiku, dia adalah adikku."

Wartawan wanita itu tidak menyangka kebenarannya seperti ini. Jadi dia mengubur kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa.

Kerumunan itu terdiam. Yan Sichen dan Ning Qing mempertahankan jarak yang sesuai, tidak menimbulkan salah paham namun juga tidak seperti orang asing.

Dia menopang tubuh NIng Qing lalu bertanya dengan lembut, "Bisakah kamu berjalan?"

Ning Qing mengangguk secara asal. Tapi masih belum ada nyawa di matanya.

Dia mengambil dua langkah kemudian mengikuti Yan Sichen, tapi langkahnya terhuyung-huyung.

Yan Sichen mengerutkan kening dengan khawatir, kemudian berkata, "Qingqing, kamu bisa menyalahkanku ketika pulang nanti."

Bulu mata Ning Qing basah karena air mata, tapi dia tidak menolak.

Pria itu membungkuk lalu mengangkatnya.

Tanpa memperdulikan keterkejutan kerumunan itu, dia menggendongnya masuk ke kursi belakang mobil. Tangannya yang telah lama dia tahan akhirnya mendarat di atas kepalanya.

Kata-katanya yang menghibur itu sangat lembut, "Qingqing, semua akan baik-baik saja."

Ning Qing menurunkan kelopak matanya, muram seperti boneka tanpa jiwa.

Dia menghela nafas lalu berkata, "Tunggu aku.", kemudian meninggalkan mobil.

Di belakangnya, seorang pengawal memegang payung.

Yan Sichen melihat orang itu berlari dari kerumunan, kemudian menundukkan kepalanya untuk bertanya, "Tuan muda Yan, bagaimana kita akan menghadapi ini?"

Dia menatap sekelompok orang yang ribut itu, ekspresi wajahnya yang biasanya lembut kini mengungkapkan keganasan.

Namun, dia masih harus bersikap rasional.

Dia berkata, "Tidak perlu menyembunyikan apa yang aku umumkan. Ingatkan mereka untuk tidak menulis terlalu banyak tentang peristiwa hari ini. Jangan menulis yang lain jika itu tidak benar." Jika mereka tidak menulis apa-apa, tentu saja mereka tidak akan melakukan apa pun padanya. Tetapi sulit untuk tidak mengatakan sesuatu tentang Ning Qing.

Dia harus memikirkan Ning Qing.

"Lalu, fotonya…" Yan Sichen melihat mobil di sisi jalan dengan acuh tak acuh. Jendela yang tertutup itu menyembunyikan kegembiraan atau kemarahan orang di dalamnya.

Dia menekan bibirnya sedikit kemudian berkata dengan suara rendah, "Aku tidak ingin melihat yang jelek."

Bawahannya itu mengerti maksudnya lalu bergegas ke arah kerumunan.

Ketika Yan Sichen kembali ke dalam mobil, suasana hati Ning Qing sudah jauh lebih baik.

Dia memanggil dengan suara serak, "Kak Sichen."

Yan Sichen duduk di sampingnya, terpisahkan dengan sedikit jarak, "Apa kamu ketakutan?"

Ning Qing menundukkan kepalanya, dia menyetujuinya.

Yan Sichen takut dia akan berpikir terlalu banyak, jadi dia mengubah topik pembicaraan. Dia tersenyum lalu berkata, "Waktunya tepat."

Ning Qing tidak mengerti apa yang dia maksud. Pria itu mengangkat jarinya kemudian menunjuk ke arah jam tangan mahalnya.

Jam itu menunjukkan pukul dua belas tepat. "Bagus, kita bisa makan siang bersama."

Ning Qing ragu-ragu.

Yan Sichen berkata, "Jika kamu kembali sendirian, mereka mungkin mengikutimu."

Mereka, yang dimaksud adalah sekelompok wartawan itu.

Ning Qing merasakan ketakutan di hatinya lalu meremas ujung pakaiannya.

Yan Sichen melihatnya, mata coklatnya menjadi gelap karena tertekan. Dia membuat keputusan untuk Ning Qing.

"Pergi ke Jingyue."

Sopir menjawab, "Baik."

Ning Qing buru-buru bertanya, "Bagaimana dengan orang-orang itu?"

"Jangan khawatir, aku akan mengurus mereka."

Kegugupan Ning Qing sedikit mereda, "Terima kasih, kak Sichen."

Yan Sichen menatapnya dengan lembut, "Jika kamu ingin berterima kasih, berterima kasihlah nanti setelah selesai makan."

Mobil itu perlahan-lahan melaju menjauh dari tempat yang penuh keributan itu.

Di luar supermarket, kerumunan berangsur-angsur membubarkan diri.

Di dalam mobil di pinggir jalan, suhu udara turun drastis, hingga rasanya luar biasa dingin.

Lu Zhui tidak berani bernafas terlalu keras. Dia menatap pria di kursi belakang yang wajah berubah sangat dingin, "Tuan muda, media besar semuanya sudah dihubungi, tidak ada yang akan mengejar berita tentang Nyonya muda lagi di masa depan."

"..."

Tatapan dingin Nian Lie mengikuti mobil yang dikendarai oleh wanita itu sampai menghilang.

"Tuan muda, Nyonya muda, dia… dibawa pergi lagi oleh Tuan muda Yan."

Sudut bibir pria itu sedikit berkedut, senyum mengejek pun muncul.

Dia segera berkata. "Jangan melaporkan urusannya lagi padaku."