webnovel

Aku, Kamu & Cerita Yang Telah Usai

Krisnanda adalah seseorang yang berbakat dengan paras yang tampan, dia digandrungi oleh banyak orang di sekolahnya. Namun, sikapnya begitu dingin. Dia menyimpan kesedihan yang mendalam, dibelenggu rasa kecewa dan tidak percaya atas kepergian seseorang yang sangat dia cintai. Masa lalu yang melekat, memekatkan ingatan, perlahan akan terkikis oleh waktu. Memang cinta tidak selalu mempertemukan kita dengan yang terbaik, tetapi cinta selalu mempertemukan kita di waktu yang tepat dengan orang yang tepat. Saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain. Akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis berparas cantik dan periang, Sonya Alexandra. Akankah dia mampu menghapus semua kenangan masa lalu yang mengikat Krisnanda? Atau membawa luka dan trauma lagi baginya?

Golden_boy332 · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
33 Chs

Tersulut

"Sonya, banyak cowok yang ngejar-ngejar kamu tapi kok nggak ada yang kamu terima sih?" tanya seorang teman.

"Atau kamu sebenarnya udah punya pacar? Atau kamu lagi suka sama seseorang?"

Pertanyaan demi pertanyaan itu selalu menghampiri di setiap harinya. Bertemu dengan banyak teman baru, dalam sekejap dia menjadi idola di kampusnya. Periang dan rupa yang menawan, tidak heran siapapun pasti akan tertawan. Banyak yang mendekat, namun satu per satu menyerah. Tidak satupun dapat meluluhkan karena sejatinya hati itu sudah ada pemiliknya.

Mereka mendekat dengan berbagai upaya, melalukan seribu cara untuk menarik perhatian, bahkan menjanjikan penantian dan setumpuk kata-kata manis. Tetapi akhirnya berpaling karena rasa yang tak saling.

"Sonya, cowok itu kayanya suka banget sama kamu," ucap Sarah, teman barunya di kampus.

"Iya, kemarin dia ngasih aku surat, Panjang banget isinya," jawab Sonya.

"Lalu, kamu balas?" tanya Sarah penasaran.

"Nggak, suratnya tadi pagi aku kembalikan. Aku bilang ke dia kalau aku belum berpikir untuk pacaran," jelas Sonya.

"Dia menyerah gitu aja?" semakin penasaran.

"Iya, dia langsung ngambil suratnya, minta maaf ke aku, terus dia pergi," jawab Sonya.

"Aku pikir dia akan bertahan lama, kaya cowok yang waktu itu," Sarah mengingatkan Sonya kembali.

Kembali pada hari itu, pada sebuah hari yang cerah dengan semilir angin yang menyisir. Seorang lelaki menghampirinya, membawa serangkai bunga bersama surat dengan amplop berwarna merah muda. Sonya menolak, memberinya penjelasan kemudian. Lelaki itu berlalu, walau memang sedikit pilu.

Sekian hari berlalu, tanpa Sonya sangka dia kembali lagi. Berusaha meluluhkan hatinya. Tetapi, sedikitpun Sonya tidak menepi, sedikitpun tidak terpercik di hati. Lelaki itu mengejarnya tanpa henti, begitu gigih, hingga Sonya mengakui ada seseorang di hatinya. Lelaki itu yang menepi walau sempat hendak mencoba lagi, namun akhirnya berlalu dengan sepi. Setelahnya masih banyak yang mendatangi, namun tidak satupun memenangi.

Mengingat semua cerita itu memang selalu mengundang tawa, apalagi teringat olehnya bagaimana respon Krisnanda. Ketika dia membicarakan hal itu padanya, selalu ada alasan dari Krisnanda untuk mengakhiri pembicaraan. Entah dia ingin melanjutkan belajarnya, berpura-pura sinyal yang buruk, atau memulai topik baru. Pagi ini pula, ada dua orang lelaki yang memberinya cokelat, namun tanpa sepatah kata mereka berlalu.

"Kris, aku ada cerita lucu hari ini," ucap Sonya, kini dia sudah terbiasa memanggilnya dengan nama.

"Pasti ada cowok yang deketin kamu," tebak Krisnanda.

"Iya, kok kamu tahu?" tanya Sonya.

Krisnanda bisa menebak dengan mudah, mengingat hampir setiap hari Sonya menceritakan hal yang sama. "Terus, cowok itu ngasih kamu apa lagi kali ini?" tanyanya datar, namun sedikit sinis.

"Ada dua cowok yang nyari aku, mereka ngasih aku cokelat terus pergi begitu aja," cerita Sonya.

"Oh, aku kira mereka ngejar kamu terus, kaya cowok yang waktu itu. Siapa namanya? Indra?" Krisnanda mulai kesal.

"Iya, namanya Indra. Padahal dia ganteng, baik juga sih sebenarnya," ucap Sonya.

"Kenapa nggak terima aja terus pacaran?" respon Krisnanda sedikit menaikkan suaranya.

"Aku kan udah pernah cerita, kalau aku mau fokus kuliah, aku nggak mau pacaran dulu," jelas Sonya.

"Yaudah, jangan pacaran dulu," jawab Krisnanda kesal.

Sonya tertawa, mengiyakan ucapannya. Sedang Krisnanda mulai mengalihkan pembicaraan dengan topik yang lain.

Krisnanda selalu saja kesal, emosinya selalu terpancing setiap Sonya menceritakan betapa banyak lelaki yang mendekatinya. Dia khawatir, ada seseorang yang memenangkan hati Sonya, mengingat mereka terpisah begitu jauh. Namun kenyataannya, jaring hubungan mereka terlalu kuat untuk dirusak oleh orang lain. Tersimpan rasa yang senada namun belum tepat untuk digemakan. Krisnanda selalu bersyukur, sejauh waktu berjalan, tidak ada satupun yang bisa bertahan terhadap Sonya. "Masih aman kok, toh juga pada tumbang semua," pikirnya. Namun tak mampu dia menampik, khawatir pasti menyusup kembali. Tak hayal, terkadang Krisnanda sampai naik pitam.

Setelah sekian waktu menempuh pendidikan di Melbourne, Krisnanda pun didekati begitu banyak perempuan. Dia pemuda yang pandai dengan rupa yang tampan dan aktif memperkenalkan budaya Indonesia. Tidak terhitung jumlahnya yang mendekat. Salah satunya, seorang perempuan bernama Aprilia Sentano, yang kini menjadi teman baiknya. Mereka sering bertukar mempelajari kebudayaan satu sama lain. Pernah sekali waktu dia ceritakan kepada Sonya, respon tidak terduga dia dapati.

"Aku juga sama kaya kamu, banyak juga yang nyari-nyari aku. Tapi mereka sedikit menakutkan, ada yang memeluk aku tiba-tiba, bahkan ada juga yang berteriak di depan asramaku sambil mengungkapkan perasaan," cerita Krisnanda.

Setiap mendengar cerita itu, Sonya selalu saja tertawa, membuat Krisnanda bertanya-tanya, "Apa dia nggak cemburu?"

"Apanya yang lucu?" tanyanya kembali.

"Iya, lucu aja bagiku, Kris. Aku mencoba membayangkan bagaimana ekspresimu waktu itu, pasti lucu banget," Sonya tertawa lagi, membuat Krisnanda semakin kesal.

"Terus,cewek yang namanya Aprilia gimana? Masih dekat sama kamu?" tanya Sonya lagi.

"Masih kok," jawab Krisnanda singkat.

"Dia pasti menyukai kamu, Kris," goda Sonya.

"Nggak mungkin, dia cuma teman baikku," sangkal Krisnanda.

"Iya, Kris," Sonya masih tertawa, namun di satu sisi Krisnanda semakin jengkel, tidak menemukan sedikitpun kecemburuan.

Sonya memang tertawa, memang benar dia tersenyum, Tapi tak ada yang tahu, betapa riuh pikiran dan hati yang tengah berdebat, namun senyum harus tetap tersemat. Waktu pasti akan menjawab, semua tanya dan misteri. Terungkap pada waktu yang tepat, pada seseorang yang tepat pula.