Waktu berlalu tidak terkira, begitu cepat bahkan sekalipun tak memberi tenggat. Siapapun yang tidak sigap pasti akan tertinggal. Waktu memberi begitu banyak kenangan, baik suka maupun duka. Begitu pula bagi mereka, Krisnanda dan Sonya. Waktu yang terlewat sangatlah berharga, banyak cerita, canda dan tawa yang hingga kini pun masih mereka rajut.
Tidak pernah sehari pun terlewat, selalu ada cerita yang mereka bagi, entah tawa atau tangis. Bahkan perihal dirinya yang sedang sakit, tidak bisa Krisnanda tutupi. Niat hati tidak ingin membuat Sonya khawatir, tapi akhirnya tidak sengaja terucap. Penuh sudah kupingnya dengan setumpuk petuah dari Sonya. Waktu dan jarak tidak mampu mengalahkan, hubungan mereka semakin erat. Semua kenangan dan angan semakin melekat.
Sonya semakin banyak menggerutu, nampaknya banyak pikiran yang membelenggu. Bercerita panjang lebar pada Krisnanda, tetapi hanya tawa yang dia dapat. Tidak heran, itu membuatnya semakin kesal walau akhirnya tertawa bersama, menembus malam yang dingin.
"Aku serius kak. Aku heran kenapa kakak bisa tertawa karena ceritaku," Sonya kesal.
"Aku nggak tahu harus jawab apa, jadi aku tertawa. Kamu itu lucu," jawab Krisnanda.
"Lucu apanya," gerutu Sonya.
Krisnanda hanya tertawa, mencairkan suasana mencoba membuat Sonya semakin tenang dan akhirnya ikut tertawa. Sonya tengah cemas, esok hari adalah pengumuman hasil testnya untuk kuliah jurusan kedokteran di Surabaya. Berharap yang terbaik, doa terucap tiada henti. Semua usaha telah dicurahkan, kini hanya menunggu takdir untuk menjawab.
Sonya duduk menatap laptopnya, menanti detik-detik pengumuman kelolosan. Mencari namanya dengan sigap, begitu pengumuman sudah dikeluarkan. Setelah deretan nama-nama yang asing, tertulis namanya di sana, Sonya Alexandra. Setengah berteriak, tangisnya pun pecah, begitu bahagia dan terharu. Dia lolos. Berlari mencari orang tuanya, yang didapati hanya sang ibu. Terlupa akan bapaknya yang pergi bekerja. Memeluk ibunya dari belakang, mengatakan bahwa dirinya lolos test dan diterima kuliah di Surabaya.
"Ibu bangga sekali nak, bapakmu harus tahu," ucap ibunya, langsung menghubungi bapaknya.
Sedang Sonya berlari kembali ke kamarnya dan langsung menghubungi Krisnanda. Dia tidak sabar, ingin segera memberitahunya kabar bahagia. Sembari menanti, terbayang kembali di ingatan, betapa berat hari-harinya ketika mempersiapkan test yang berselang tak begitu lama setelah ujian akhirnya di sekolah. Semua usahanya tidak sia-sia, semua dukungan selalu menguatkannya. Kini dia sudah sampai sejauh ini.
"Kak, aku ada kabar baik untuk kakak," ucap Sonya.
"Kabar baik apa? Oh iya, gimana pengumumannya?" tanya Krisnanda.
"Itulah kabar baiknya, aku lolos kak," jawab Sonya begitu bersemangat.
(Krisnanda tersenyum) "Selamat ya Sonya, aku ikut senang dengarnya. Semua doamu sekarang udah terjawab, tapi perjuanganmu masih panjang. Semangat terus, jangan sampai kendor," pesan Krisnanda.
"Iya kak, pasti," jawab Sonya, kebahagiannya tidak terkira.
Teringat pula dengan jelas di ingatannya, betapa dia menembus hujan hari itu, hari dimana test tersebut dilaksanakan. Nyaris terlambat, tetapi karena hujan yang menerjang, waktunya diperpanjang. Setelah membersihkan sisa-sisa percikan hujan dan membenahi sedikit riasan, Sonya berjalan dengan mantap menuju ruangan yang sudah ditetapkan. Menarik napas panjang, mulai menjawab semua pertanyaan. Bukan hanya satu, tetapi sekian test dengan materi yang berbeda. Menjawab dengan teliti, hingga semua jawaban terpenuhi. Hari itu dia tidak sendiri, Seila juga mengikuti test, tetapi untuk kampus dan jurusan yang berbeda.
"Testnya lumayan ya," ucap Seila.
"Iya, lumayan La. Ada beberapa yang aku masih ragu juga jawabannya," jawab Sonya.
"Aku juga sama. Mari berdoa semoga kita berdua lolos," ajak Seila.
"Iya La, semoga ya," Sonya menghela napas panjang, terlintas Krisnanda di pikirannya.
"Kamu gimana sama kak Krisnanda? Masih sering berkabar?" tanyanya seolah-olah membaca pikiran Sonya.
"Iya, masih kok. Akhir-akhir ini dia sibuk, katanya mau ujian," jawab Sonya.
"Kamu pasti suka sama kak Krisnanda kan?" tanya Seila tiba-tiba.
(Sonya terkejut) "Nggak kok, kamu ada-ada aja," jawab Sonya tergagap.
"Iya-iya, aku percaya kok," (Seila tertawa)
Seila terus menggoda Sonya, tawa mereka pecah, penat setelah test hilang seketika. Tinggal menanti walau jawabnya masih layaknya teka-teki. Doa mengiringi, tidak pernah terputus dari hari ke hari, semoga semua doa terbayar pasti.
Mengenang semua rangkaian cerita tak terduga di hidupnya dalam helaan waktu yang begitu singkat. Sonya yang tengah duduk menanti kelas berikutnya, tak hentinya tersenyum bahkan sempat tertawa kecil. Bahagia, haru, takut, gelisah bahkan momen menggelitik bercampur menjadi satu. Kini dia bukan anak SMA lagi, Sonya menjelma anak kuliahan yang beberapa tahun lagi akan menyandang gelar dokter dalam rangkaian namanya yang indah.
"Ayo, Sonya. Kelasnya sebentar lagi mulai," panggil seorang temannya di kampus, membuyarkan lamunannya.
"Iya, tunggu aku," Sonya bergegas.
Mereka berjalan bersama, sambil sesekali saling menggoda satu sama lain. Tidak heran, Sonya yang periang dengan begitu mudahnya mendapatkan teman baru. Siapapun akan mendekat dengan sendirinya, mengingat senyumnya yang begitu mudah melekat di ingatan. Semakin banyak pula yang menaruh hati padanya, tetapi hanya dianggap angin lalu. Bagi Sonya, jalannya masih panjang, masih banyak perjuangan di depan, masih banyak angan yang terus membayang.