webnovel

Persahabatan Mayang Dan Andini

Ini hari pertama Mayang dan Daud di Jakarta, setelah lima hari lamanya mereka menghabiskan liburan di Bali.

Dan ini untuk pertama kalinya Mayang akan memimpin sebuah restoran besar. Mayang tentu harus terlihat berwibawa. Namun, dia tidak lupa dengan oleh-oleh dari Bali sebagai perkenalan saja.

Memimpin restoran memang tidak mudah, tapi Mayang terlihat sangat menikmatinya. Terlebih para karyawan yang ternyata welcome dengannya. Menjadi pelecut semangat Mayang untuk bekerja lebih baik. Sekaligus betah berlama-lama di sini.

Sepulang dari restoran, Mayang ingin bertemu dengan Andini. Mayang tahu kalau Andini masih di kota ini. Dia juga melacak keberadaan sahabatnya itu yang ternyata sekarang berada di rumah.

"Andini."

Mayang berucap setelah bertemu Andini di rumahnya. Wanita itu terlihat dingin. Sungguh Mayang tersiksa melihat sahabatnya sendiri memusuhinya.

"Lancang sekali kamu manggil aku dengan langsung menyebut nama. Panggil saya Nyonya. Saya ini atasan kamu." Andini melotot. Wajahnya yang biasanya ceria terlihat mengerikan. Namun, Mayang tetap memberanikan diri melihatnya.

"Andini, please jangan seperti ini. Kamu jangan salah faham antara aku dengan Daud. Kami tidak ada hubungan apa-apa."

"Oh ya? Kamu pikir aku percaya begitu saja denganmu. Bilangnya kamu sahabat terbaik aku, tapi nyata-nyata kamu merebut Daud dari aku. Sahabat macam apa kamu hah!"

"Din, tolong. Kita sudah bersahabat sejak lama. Masa hanya gara-gara Daud, kita bertengkar seperti ini." Mayang terus memohon. Namun, Mayang bukan wanita omong kosong yang hanya ngomong tanpa bukti. Dia menunjukan rekaman di ponselnya. Rekaman video perkataan Daud sendiri yang mengatakan tidak akan mendekati Baik Andini dan juga Mayang. Mayang sengaja menyuruh Daud begitu sebelum mereka sampai di Jakarta. Sebagai bukti bahwa tidak ada hubungan apa-apa di antara mereka.

"Kamu lihat sendiri kan? Memang harus diakui bahwa Daud memang menyimpan rasa denganku, sampai-sampai dia mengejarku. Asal kamu tahu saja, kalau Daud sudah menyukaiku semenjak kami masih sama-sama kerja di bank. Daud menunjukan gelagatnya, bahkan tidak segan mengungkapkan perasannya, tapi aku tolak. Karena aku tidak punya perasaan dengannya. Logikanya, kalau toh memang aku menyukai Daud, sudah dari sejak kerja di bank aku menerimanya, Din." Mayang menjelaskan panjang lebar yang membuat Andini terdiam lama. Merenungi perkataan Mayang.

"Benar apa yang kamu bilang, May?"

"Kapan aku berani berbohong denganmu, Din. Hanya saja, Daud ternyata tidak menyimpan perasaan denganmu Din, sudah sering kali aku membujuknya, tapi dia tetap tidak mau. Maafkan aku tidak berhasil membantumu."

"Oh, soal itu kamu tidak usah khawatir May. Aku sudah berhasil mendapatkan gantinya kok. Yang lebih macho dan keren."

Mayang melongo. Dih, secepat itu sahabatnya menemukan pengganti Daud yang katanya tidak tergantikan. Padahal Mayang sampai mikir keras bagaiman supaya Andini dan Daud bersatu. Menahan segala perasaannya sendiri terhadap Daud. Terus pengorbanan Mayang selama ini sia-sia dong, kalau ternyata Andini sudah melupakan Daud.

'Sekarang jelas, bahwa Andini menyukai Daud karena nafsu saja. Bukan karena perasaan, karena tentu wanita itu tidak akan gampang move on seperti itu.'

Ketika Mayang sedang sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk, tiba-tiba dari arah pintu muncul sesosok pria yang tidak lain adalah Ryan. Pria berandal yang urakan. Pria itu terlihat mendekati Andini. Mereka berdua terlihat tampak mesra.

Mayang menggeleng-gelengkan kepala. Kenapa harus sama Ryan? Dia kan tidak punya aturan? Pemain wanita? Kalau begini Mayang jauh lebih iklas Andini bersama Daud.

"Oh, ini teman kosnya Daud ya?" Ryan sok akrab. Mayang jijik melihatnya.

"Din, aku mau bicara." Mayang langsung menarik tangan Andini sampai terlepas dari Ryan.

"Din, kenapa kamu berhubungan dengan begajulan ini?"

"Emangnya kenapa sih May? Dia besar dan panjang lo. Aku saja ketagihan main sama dia. Yah, sebelas-dua belas sama Daud."

Mayang tercekat, "Apa? Kamu sudah berhubungan badan dengannya?"

"Kamu kenapa sih, May? Biasa saja dong."

Mayang sekilas melirik tajam ke Ryan yang terlihat menyeringai.

"Din, tolong kamu hentikan hubunganmu dengan dia. Dia itu jahat. Tidak baik untukmu. Aku lebih iklas kalau kamu bersama dengan Daud daripada dia."

Andini terdiam. Melihat kesungguhan Mayang, tentu Andini berpikir sangat dalam. Kalau soal nafsu, Andini sangat mampu untuk mencari yang lain, tapi kalau soal kecocokan. Ryan dan Daud sama-sama cocok kalau menghisap susunya.

"Untuk kali ini, tolong dengarkan aku. Din. Kamu sahabatku satu-satunya. Aku tidak ingin kamu kenapa-napa."

Andini menghela nafas. Kali ini, wanita yang hiper itu terlihat lebih tenang. Lebih waras mengendalikan nafsunya.

"Ryan, kamu boleh pulang sekarang."

"Lho katanya kita mau kencan?"

"Enggak jadi. Aku berubah pikiran. Lebih baik kamu pulang dan jangan pernah kembali ke sini lagi."

Ryan hendak protes. Namun keputusan Andini sepertinya tidak bisa diganggu gugat. Pria itu pun hanya melengos kasar. Sempat melempar tatapan tajam ke Mayang.

"Syukurlah, Din. Kamu mau dengerin omonganku."

"Enggak ada yang lebih berarti daripada sahabat, May. Sekarang aku sadar, aku salah telah memaksa kamu untuk mendekatkan aku dengan Daud. Aku memang terobsesi dengan Daud, sampai-sampai aku buta dan menghalalkan secara cara, tapi hasilnya apa? Daud semakin gencar menjauhiku. Aku terlihat murahan di hadapannya." Andini tidak menyembunyikan rasa sebalnya.

"Namun, sekarang aku merasa lebih baik, May. Kaum lelaki itu seperti racun. Aku tidak mau teracuni lagi, apalagi hanya karena nafsu sesaat. terlebih sampai menghancurkan persahabatan kita."

"Cukup sekali saja, persahabatan kita hancur gara-gara pria. Lain kali jangan lagi." Mayang menimpali.

Mereka pun berpelukan. Erat sekali. Sudah seperti dua sahabat yang lama tidak bertemu.

Lantas, Andini membawa Mayang menuju ruang tamu untuk mengobrol. Untuk sekian menit saja, mereka sudah terlihat kembali akrab. Obrolan mereka kadang serius membahas tentang pekerjaan. Kadang obrolan lucu yang hanya mereka saja yang memahami. Mereka kalau mengobrol begini. Ibu-ibu satu kompleks saja kalah.

"Oh iya, May. Bagaimana kalau kamu tinggal di rumah ini lagi?"

Mayang diam. Seperti menimbang.

"Boleh Din, lagipula misi yang kamu berikan untuk memata-matai Daud sudah selesai walaupun gagal, hehe…."

"Iya, May. Duh, aku merasa bersalah denganmu. Gara-gara aku, kamu sampai harus tinggal di kos kumuh begitu, hanya demi mengharapkan lelaki seperti Daud?"

Mereka terkekeh. Mayang lega karena Andini ternyata sudah melupakan Daud, tapi itu bukan berarti Mayang akan mendekati Daud. Walaubagaimanapun persahabatannya dengan Andini adalah hal yang utama. Maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Lebih baik Mayang menjauhi Daud, sejauh-jauhnya.

Tiba-tiba, di tengah keakraban mereka, ada sebuah telefon dari kepolisian. Andini langsung mengangkatnya. Ternyata pelaku pembakaran bayi Mayang sudah ditemukan.