webnovel

Hari Perempuan Internasional 3

Biên tập viên: Wave Literature

"Xiaotu, apa kamu pernah diceritakan soal Hari Perempuan Internasional oleh Gurumu?" Tanya Cheng Zhiyan sambil memandang ke arah Xiaotu. Gadis kecil itu dengan polosnya memandangi piringnya yang berisi bakpao. Tampaknya dia kesulitan menjawab pertanyaan tiba-tiba dari Cheng Zhiyan itu.

"Katanya Guruku, Hari Perempuan Internasional itu perayaan untuk semua ibu-ibu, bibi-bibi, dan nenek-nenek. Karena mereka biasanya bekerja lebih keras, jadi mereka istirahat waktu Hari Perempuan Internasional." Akhirnya Xiaotu ingat apa yang Guru ceritakan kepadanya dan dia pun langsung menjawab pertanyaan Cheng Zhiyan dengan lancar.

"Apakah Gurumu tidak mengatakan bahwa hanya perempuan dewasa yang boleh merayakan Hari Perempuan Internasional?"

"Perempuan dewasa itu apa?"

"Dewasa adalah perempuan yang sudah besar."

"Tapi Guru tidak bercerita seperti itu." Mata Xiaotu berkedip-kedip, dengan penuh rasa penasaran dia bertanya kepada Cheng Zhiyan, "Bukannya semua perempuan boleh merayakannya? Apa cuma perempuan besar yang boleh merayakannya? Jadi, aku tidak boleh ikut merayakannya?"

"Jelas kamu tidak boleh ikut merayakannya!" Cheng Zhiyan menjawab dengan geregetan. "Kamu ini masih lima tahun! Masih kelas TK Besar! Bisa-bisanya kamu ingin ikut merayakan Hari Perempuan Internasional!"

Xiaotu pun terdiam sejenak ...

Kemudian Xiaotu membuka lebar matanya yang berkaca-kaca dan menatap Cheng Zhiyan. "Umur lima tahun masih belum boleh ikut merayakan Hari Perempuan Internasional?"

"Bahkan melahirkan anak saja kamu belum pernah!!"

"Lalu bagaimana caranya supaya bisa melahirkan anak?" Tanya Xiaotu setelah mendengar ucapan Cheng Zhiyan. Seketika Xiaotu teringat bahwa Cheng Zhiyan masih belum menjawab pertanyaannya yang dulu.

"Kamu baru bisa melahirkan anak setelah kamu sudah menikah." Cheng Zhiyan tak tahu harus menjawab apa.

"Owh..." Xiaotu menganggukkan kepalanya, berpikir sejenak lalu kembali bertanya, "Bukankah kita nanti akan menikah? Kalau begitu aku bisa melahirkan anak, kan?"

....

Cheng Zhiyan merasa dirinya sebentar lagi akan gila. "Tentu saja tidak bisa, kamu sendiri sebenarnya masih anak kecil! Alat reproduksimu saja belum berfungsi, bagaimana kamu bisa melahirkan anak!?"

"Alat reproduksi itu apa??" Tanya Xiaotu dengan tatapan mata penuh rasa penasaran.

"..... Aku tidak bisa menjawabnya." Cheng Zhiyan mengambil bakpao yang masih berada di piring lalu menyuapkannya ke mulut Xiaotu. " Cepat makan ini, bakpao mu sudah mulai dingin."

"Tapi...nyam...nyam..." Xiaotu ingin melanjutkan bicara, namun kesusahan karena ada bakpao di dalam mulutnya.

"Sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, aku harus naik, aku masih harus mengerjakan PR ku." Cheng Zhiyan sekilas menatap Xiaotu, lalu berdiri dan pergi ke lantai atas tanpa menoleh ke belakang lagi.

"Nyam...nyam..." Xiaotu mengedipkan matanya sambil melihat punggung Cheng Zhiyan yang berjalan menaiki tangga. "Kakak Jus Jeruk!! Jangan pergi, aku masih mau bertanya!"

Malam hari, ketika ibu Xiaouo dan ibu Cheng Zhiyan pulang kerja, mereka menerima kado Hari Perempuan Internasional dari Xiaotu.

Meskipun itu kado dari Xiaotu, namun sebenarnya itu adalah kado dari teman laki-laki Xiaotu yang diberikan untuknya, lalu Xiaotu memberikan kado itu untuk ibunya dan ibu Cheng Zhiyan.

Tentu saja, ini adalah ide Cheng Zhiyan.

Lebih baik diberikan ke mereka daripada membiarkan hadiah-hadiah itu tergeletak sembarangan. Lagipula, hadiah itu tidak bisa bertahan hingga perayaan tahun baru.

Namun, ibu Xiaotu dan ibu Cheng Zhiyan tidak tahu dari mana asalnya kado itu. Setahu mereka itu adalah kado yang sengaja diberikan untuk mereka. Ibu Xiaotu dan Ibu Cheng Zhiyan terlihat sangat bahagia.

Ibu Xiaotu meraih wajah bulat Xiaotu dan menciumnya, lalu dengan bahagia berkata, "Anakku Xiaotu ternyata sudah besar, sudah tau bagaimana cara menghargai kerja keras ibunya."

Setelah Xiaotu dicium oleh ibunya, seketika ekspresinya berubah. Dia pun bertanya "Ibu, apakah aku sudah dewasa??"