webnovel

Bab 33 Sangat Akrab

"Jadi Sania ini adalah make up artis, Marisa. Dan dia mau menawarkan kerja sama dengan kita," jelas Rina.

Sania tersenyum. Kemudian ia menyodorkan sebuah map kepada Marisa. "Iya Sa. Ini proposalnya."

Marisa mengambil proposal tersebut. "Biar aku pelajari sebentar ya," ucap Marisa.

"Silakan," sahut Sania.

Beberapa menit kemudian Marisa, telah selesai membaca seluruh isi proposal yang Sania berikan tadi.

"Oke. Aku setuju," ucap Marisa.

Sania mengulurkan tangannya sebagai tanda kesepakatan. "Oke. Jadi kita deal ya?"

"Iya," jawab Marisa. Kemudian Marisa dan Sania saling berjabat tangan.

"Kamu tau ada butik yang bagus nggak? Mau aku ajak untuk kerjasama," tanya Sania.

"Kebetulan ibu Kevin mempunyai sebuah butik. Kamu bisa pergi ke sana kalau kamu mau," jawab Marisa.

"Oh, ya? Sejak kapan Tante Debi mempunyai sebuah butik?" tanya Sania dengan antusias.

"Baru satu tahun ini sih," jawab Marisa.

"Aku akan memberikan kontak ibuku untukmu," ucap Marisa.

Setelah itu Marisa bertukar nomor ponsel dengan Sania, tak lupa ia memberikan kontak Debi.

"Bagaimana kabar Tante Debi sekarang? Baik-baik saja kan?" tanya Sania.

"Hmm. Kabar ibu baik," jawab Marisa.

"Syukurlah kalau begitu. Aku senang mendengarnya," sahut Sania.

"Aku menjadi sangat kangen dengan Tante Debi. Kami kan dulu sangat akrab," ujar Sania.

Tidak salah memang. Marisa juga tahu sendiri bagaimana Sania dan Debi sangat akrab dulu, karena Kevin dan Sania berpacaran cukup lama, sehingga Sania mengenal Debi dengan baik.

"Ibu juga pasti akan sangat senang bertemu denganmu," sahut Marisa dengan senyuman tipis. Suasana sempat hening sesaat.

Cemburu. Itulah gambaran hati Marisa saat ini. Walau bagaimanapun Sania pernah ada di hati Kevin, bertemu dengannya lagi membuat Marisa sedikit tidak suka.

Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Ternyata karyawan Marisa.

"Iya. Ada apa Mira?" tanya Marisa pada karyawannya.

"Ada supplier bunga sedang menunggu Anda di luar Bu," jawab Mira.

Marisa melirik ke arah jam tangan miliknya. Tepat. Hari ini Marisa memang sudah ada janji bertemu dengan supplier bunga tersebut.

"Oh. Suruh masuk aja ya Mie," suruh Marisa.

"Baik Bu," sahut Mira. Dan setelah itu ia sedikit membungkukkan badannya dan pergi dari ruangan Marisa.

Merasa sudah tidak ada kepentingan lagi di sana akhirnya Sania pamit pergi. Karena setelah ini dia akan ke butik milik ibu Kevin.

"Sepertinya kamu sangat sibuk hari ini. Kalau begitu aku pamit dulu ya Marisa." Sania bangkit dari tempat duduknya.

"Iya. Hari ini memang aku ada beberapa janji sih," ucap Marisa.

"Tidak masalah. Kita kan masih banyak waktu untuk bertemu besok," sahut Marisa.

Sementara itu. Jeni yang sedari tadi menyibukkan diri dengan ponselnya, kemudian ikut bangkit.

"Udah?" tanya Jeni dengan cuek.

"Hmm," jawab Sania singkat. Ia merasa malu oleh sikap Jeni yang terlampau cuek.

Sania dan Jeni kemudian pergi dari ruangan Marisa.

"Adik Sania beda banget ya sama kakaknya. Adiknya sadis kayak pemeran antagonis," ujar Rina, saat sudah memastikan Sania dan Jeni sudah pergi.

"Sebenarnya kami pernah bertemu sebelumnya," ucap Marisa.

"Dengan siapa? Jeni?" tanya Rina.

"Iya," jawab Marisa.

"Bertemu di mana?" Rina masih penasaran. Namun tamu Marisa sudah hampir masuk ke ruangan Marisa.

"Nanti aku ceritain. Sekarang ayo kita kerja dulu," ucap Marisa.

Rina terkikik. "Oke. Siap bos," sahutnya.

***

Ponsel Debi berdering, saat dirinya sedang mengerjakan laporan bulanan di ruang kerjanya di butik miliknya.

Sebuah nomor tidak dikenal muncul di layar. Debi awalnya mengabaikannya. Namun dipanggilan ke tiga Debi akhirnya mengangkatnya juga.

"Iya. Ini siapa ya?" tanya Debi, saat sudah terhubung dengan si penelepon asing tersebut.

"Tante Debi. Ini Sania, Tante," jawab Sania dengan riang di ujung telepon.

"Sania yang mana ya?" tanya Debi. Ada begitu banyak nama Sania, wajar jika Debi bertanya seperti itu bukan?

"Sania- Sania mantan Kevin Tante," jawab Sania terbata. Ia tadi agak sungkan menyebutkan bahwa dirinya adalah mantan Kevin.

"Oh… iya, iya. Tante ingat sekarang," ucap Debi.

"Kamu dapat nomor Tante dari mana?" tanya Debi.

"Dari Marisa Tante," jawab Sania.

"Tante lagi di mana? Sania pengen ketemu, kangen nih."

"Tante di butik. Kamu ke sini aja. Nanti Tante kirim lokasi kamu."

Setelah itu sambungan telepon mereka berakhir. Sania lalu meluncur ke lokasi butik milik Debi.

Beberapa menit kemudian Sania sampai di butik milik Debi. Di sana Sania disambut dengan hangat oleh Debi. Mereka berjabat tangan dan cium pipi kanan dan kiri secara bergantian.

"Sudah lama kita tidak berjumpa. Kamu makin cantik saja," puji Debi.

"Tante juga masih cantik dan awet muda," puji Sania balik.

Debi mengibas-ibaskan tangannya dengan anggun. "Ah. Kamu emang paling bisa bikin Tante seneng," sahut Debi.

Kemudian pandangan Debi mengarah pada wanita muda yang ada di sebelah Sania.

"Gadis cantik yang ada di sebelah kamu ini siapa Sania?" tanya Debi diikuti senyumnya yang ramah.

Sania lalu memperkenalkan adiknya kepada Debi. "Ini adik aku Tante, namanya Jeni," jawab Sania.

Berbeda saat bertemu dengan Marisa tadi. Jeni memperkenalkan dirinya lebih ramah kepada Debi. Ia tersenyum tipis sambil membungkukkan badan.

"Nama saya Jeni Tante. Salam kenal," ungkap Jeni mengulurkan tangannya.

Mulut Debi membentuk huruf O. "Pantas sama cantiknya," puji Debi.

Jeni yang dipuji tersenyum. "Tante bisa aja," sahutnya. Ia menghormati Debi karena wanita itu seumuran dengan ibunya.

Debi mengusap lembut rambut Jeni, setelah itu ia mempersilakan Sania dan Jeni untuk duduk.

"Ayo duduk dulu." Debi menunjuk sofa yang terdapat di ruangan kerjanya.

"Kalian mau minum apa?" tanya Debi memandang Sania dan Jeni secara bergantian.

"Apa aja Tante," jawab Sania.

"Iya kan Jen?" tanya Sania pada adiknya. Dan Jeni menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Oke. Tunggu sebentar ya," ucap Debi. Ia kemudian memanggil salah satu karyawannya untuk membawakan mereka minum.

Setelah itu Sania menjelaskan maksud dan tujuannya menemui Debi.

"Sebenarnya Sania ke sini mau ngajakin kerjasama Tante," ungkap Sania.

"Kerjasama?" tanya Debi.

"Iya Tante. Jadi Sania kan make up artis. Dan ini lagi ada projek. Sania butuh beberapa baju. Nah nanti rencananya Sania akan ambil bajunya dari Tante Debi," jawab Sania panjang lebar.

"Tadi Sania juga dari floris milik Marisa untuk mengadakan kerjasama Tante," imbuh Sania.

"Sepertinya menarik," sahut Debi manggut-manggut mengerti. Hal ini ada mendatangkan keuntungan dan pundi-pundi rupiah bagi Debi. Bagaimana dia tidak setuju?

"Kalau Tante setuju. Nanti atau besok Sania akan siapkan berkas perjanjian kontrak kerja diantara kita Tante," ucap Sania.

"Tentu saja Tante setuju. Apalagi kalau kerjasamanya dengan kamu," sahut Debi, dengan menunjukkan senyumnya.

"Karena kita sudah lama tidak bertemu, gimana kalau berkasnya kamu anterin sekalian makan malam bersama nanti?" tawar Debi.

Sania tak menolak. Ia langsung mengiyakan ajakan dari Debi tersebut.

"Boleh Tante, kalau nggak ngerepotin," sahut Sania.

"Tidak ada yang direpotkan." Debi menggelengkan kepalanya.

"Datanglah ke rumah nanti malam."