webnovel

AKHIRNYA CINTA

Alice namanya....Ketidakmampuannya untuk menolak keinginan orangtuanya yang ingin sekali dirinya menikah dengan temannya saat kecil yang bernama Rama yang ternyata tidak lain adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Sudah jelas-jelas keluarga dan Rama tahu kalau sudah ada Panji, kekasih Alice. Orangtuanya yang sangat menghendakinya untuk langsung menikah saja katimbang pacaran Akhirnya Alice mau menikah dengan Rama, laki-laki yang belum dicintainya namun selalu sayang dan perhatian dengannya. Sebelum menikah dan setelah menikah bayang-bayang sosok Panji tak bisa hilang begitu saja. Bagaimana hubungan Alice dan Rama disaat hati dan pikiran istrinya masih terikat pada Panji?

clarasix · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
376 Chs

Part 15

Tidak terasa kini ALice dan Rama sudah menjalani bahtera rumah tangga hampir satu bulan. Meskipun di awal rumah tangganya terdapat pertengekaran diantara keduanya, tapi seberusaha mungkin membangun hubungan harmonisharmonis. Itu tidak lepas dari kebaikan Rama yang telah memafkan dan menerima ALice apa adanya setelah membuat masalah kemarin.

Selama satu bulan itu pula ALice belajar tentang apa-apa yang disukai Rama. Misalnya saja masakan apa yang sangat disukai suaminya itu. Rama suka dengan masakan nasi goreng dan opor ayam. Kebetulan hari ini ALice berniat memasak nasi goreng. Sebelum Rama bangun ALice sudah berkutat degan bumbu-bumbu didapur.

"Mas ayo sarapan."Alice sudah menyiapkan nasi goreng di atas meja makan. Kini Rama terlihat baru keluar dari kamarnya dan sudah rapi dengan kemeja warna navi dan celana hitamnya.

"Baunya nasi goreng."Rama menghampiri Alice sambil menata dasinyanya.

"Sini."Alice langsung menghampiri Rama dan mengambil alih dasi suaminya untuk dipakaikan dengan betul. Rama senang melihatnya.

"Pasti enak ini."Rama sudah antusias untuk memakan nasi goreng.

Akhirnya mereka sarapan bersama. Seperti biasa sebelum Rama berangkat kerja pasti mereka selalu menyempatkan untuk sarpan bersama berdua di meja makan. Alice yang punya keahlian memasak membuat Rama suka makan di rumah. Apapun masakan istrinya pasti dia suka semua. Tapi yang paling disukainya adalah nasi goreng. Setelah selesai sarapan Rama berpamitan dengan ALice untuk pergi ke kantor. Alice selalu menghantarka Rama hingga depan rumah.

Kring kring..(telepon rumah Pak Salim dan Bu Zubaidah bunyi)

"Halo."Bu Zubaidah mengangkat gagang telepon rumahnya.

"Hallo mah."Alice senang bisa berbicara dengan mamahnya walaupaun lewat telepon. Perasaannya lega sekali bisa mendengar suara mamahnya.

"Alice ini ya?"Bu Zubaidah menebak suara tersebut.

"Ya mah. Gimana kabar mamah sama papah disana?"mata Alice terlihat berkaca-kaca.

"Kita disini baik-baik saja kok nak. Kemarin besan mamah kesini lho. Kamu dan Rama disana gimana?"Bu Zubaidah penasaran dengan kondisi rumah tangga Alice dan Rama.

"Kita baik-baik saja disini mah. Ngapain mereka ke rumah? "

"Biasa lah main nak."Bu Zubaidah terdengar senang. Begitupula Alice juga merasa lega dan senang karena melihat orangtuanya dan mertuanya akur. Memang tidak salah saran orangtuanya memilih Rama sebagai suaminya. Itu terbukti Rama yang dengan sabar menghadapinya setelah pertengkaran kemarin. Kalau saja Rama memberitahukan masalah kemarin pasti kedua orangtuanya akan merasa sedih dan kecewa padanya. bahkan mertuanya juga pasti sama akan marah. Alice kagum dengan sikap Rama yang dewasa.

"Nomor kamu ganti ini ya nak?"Bu Zubaidah kaget dengan nomor yang digunakan Alice meneleponnya.

"Oh ini telepon rumah mah."Jawab Alice dengan santai.

"Mah ini Alice mau bersih-bersih rumah. AKu tutup dulu ya."Alice menutup telepon karena sudah lama berteleponan dengan mamahnya hingga tidak sadar kalau pekerjaan rumahnya tertinggal.

"Ya nak."jawab Bu Zubaidah.

Setelah menelpon mamahnya, Alice langsung menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dia merasa lelah sekali setelah membersihkan rumah sendirian. Dia menatap pintu depan tidak ada tanda-tanda Rama pulang. Padahal udah jam segini tapi Rama tidak kunjung pulang.

"Rama kenapa kamu nggak pulang-pulang?"Alice membatin sambil merebahkan tubuhnya di sofa untuk berisitirahat dan masih memegang kemoceng. Saking lelahnya dan lamanya menunggu Rama yang pulangnya lama membuatnya sampai ketiduran di sofa.

"Pasti kamu capek."Rama terkejut ketika membuka pintu rumahnya. Dia tidak membangunkan Alice karena tidak tega.

"Mas."Alice tiba-tiba bangun sendiri dan mengucek-ucek kedua matanya sambil menatap Rama. Masih memastikan apakah memang benar-benar Rama yang ada di depannya itu.

"Mas udah pulang?"Alice langsung bangun dari tidurnya.

"Udah aku siapin makanan. Pasti mas lapar banget."Alice terlihat semangat lagi setelah Rama pulang. Akhirnya mereka berdua makan bersama.

"Kenyang sekali. Pulang udah disediain makan, rumah ada yang ngebersihin."Rama tiba-tiba membatin sambil menatap kearah Alice.

Setelah makan, mereka langsung kembali ke kamar. Alice mandi terlebih dahulu sedangkan Rama menunggunya di luar sambil istirahat juga. Tidak berselag lama Alice keluar dari kamar mandi. dan kini giliran Rama yang mandi. Selama Rama mandi, Akice hanya duduk di kasur sambil memainkan ponselnya.

Ceklek bunyi pintu kamar mandi terbuka.

"Kenapa dia nggak pakai kaos sih."Alice memandangi Rama yang baru keluar kamar mandi. Matanya serasa terhipnotis dengan dada Rama yang dibiarkan telanjang. Terlihat sekali dadanya begitu bidang. Alice terus menatapnya dengan terpesona.

"Khmmm."Rama mengkode Alice yang sedang melamun sambil memandangi dadanya yng telanjang. Rama tersenyum puas sekali bisa membuat ALice terus menatap tubuhnya yang seksi itu. Wanita mana yang bisa tahan dan mengalihkan pandangannya dari tubuhnya yang seksi itu tidak terkecuali Alice.

"Aduh.."Alice langsung tersadar dan menutupkan kedua matanya dengan tangannya. Rama melihatnya ingin ketawa sendiri. Dia tidak menyangka kalau Alice masih sepolos itu. Melihat tubuhnya seperti itu malah malu sendiri. Bukannya Alice berhak untuk melihatnya.

"Nggak mau?"Rama mendekati Alice dan ingin menggodanya.

"Tolong Mas pakai kaosnya."Alice masih menutup kedua matanya dengan tangannya.

"Hmm."Rama menuruti perintah Alice karena terlihat memohon sekali.

Malam ini Rama memakai kaos warna putih dan celana pendek warna abu-abu. Kesan gagah tapi ramping masih terlihat dari tubuhnya. Alice mulai membukakan kedua matanya dan hendak mengambil piyamanya di almari. Saat mengambil piyama pinknya dia melihat Rama sedang mengaca di depan cermin.

Saat Alice hendak menuju ke kasurnya tiba-tiba tidak sengaja menabrak Rama yang sedang berjalan menuju sofa. Alice sempat mau terjatuh kebelakang sesaat menabrak suaminya. Tapi tidak jadi karena Rama dengan cekatan langsung menarik tubuh ALice supaya kembali berdiri lagi.

Alice merasa bersalah karena telah menabrak Rama duluan. Rama malah sebaliknya dia justru kesenangan bisa memegang tubuh ALice dengan mesra seperti tadi. Walaupun hanya sebentar saja. Bahkan saat itu pula mereka sempat adu pandan dengan jarak paling dekat.

"Aduh kok aku jadi deg deg an kayak gini."Alice mendongak ke wajah Rama yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya.

"Mas Maaf ya aku nggak lihat tadi."Alice tersadar dan langsung berusaha melepaskan diri dari tangan Rama.

"Hmm."Rama menjawab dengan enteng dan menjauhkan tangannya dari ALice.

"Mas itu ada apa."Alice melihat ada kapas yang menempel di dahi Rama. Itu pasti kapas miliknya yang digunakan Rama untuk membersihkan muka. Dengan cepat Alice langsung mengambil kapas itu. Karena Rama lebih tinggi darinya jadi terpaksa dia harus jinjit. Saat jinjit tiba-tiba dia malah kehilangan keseimbangan tubuhnya. Hingga akhirnya tubuhnya harus menabrak Rama.

"Apa ini."Rama kaget melihat wajah Alice tepat di depannya lagi dan tubuhnya sudah menempel dengan tubuh ALice. Seperti biasa kalau Alice sudah memakai piyama pasti pakaian dalamnya dilepas semua. Jadi kini Rama bisa merasakan lekak lekuk tubuh istrinya terutama dua gunung kembar Alice.

"Maaf mas."Alice segera mengembalikan keseimbangan tubuhnya dan menjauhkan dirinya dari Rama. Tapi sebaliknya Rama malah tidak mau jauh dari ALice. Kini tangannya malah bergerak ke bagian belakang tubuh ALice dan menekan tubuhnya agar semakin menempel. Akhirnya badan Alice malah semakin menempel dengan Rama.

"Kok dia tiba-tiba begini."Alice ingin bicara tapi mulutnya kayak terkunci. Tatapan Rama kayak mengucni dirinya agar tetap diam dan tidak melakukan perlawanan. AKhirnya ALice hanya bisa diam sambil memikirkan apa yang akan dilakukan Rama padanya.

Rama kini melihat kedua mata Alice dengan tajam. Kemudian matanya turun dan berhenti tepat pada bibir Alice yang ranum itu. Tanpa Alice sadari ternyata bibir cantiknya itu bisa membangkitkan hasrat Rama. Tanpa butuh waktu lama bibir Rama mulai medarat tepat di bibir Alice. Nafsunya yang tidak bisa dibendung lagi membuatnya langsung mencium bibir cantik itu. Alice bisa merasakan saat bibir Rama menempel di bibirnya. Seketika dia langsung kaget dan berusaha melakukan perlawanan. Kedua tangannya reflek mendorong dada Rama menjauh. Belum sempat mendorong tiba-tiba tangannya ditahan Rama. tenaga Rama yang jauh lebih kuat membuat Alice kalah dan hanya bisa pasrah saja. Akhirnya dia pasrah saja membiarkan Rama yang terus melumat bibirnya dengan pelan. Rama terlihat menikmati sekali melumati bibir Alice. Karena bibir Alice tidak mau membuka, dan nafsunya semakin menjadi-jadi Rama tidak sengaja menggigit bibir Alice agar agar mau membuka. Bukannya membuka ini malah Alice berteriak sambil menahan rasa sakit pada bibirnya. Mendengar teriakan ALice yang kencang itu membuatnya berhenti bergerak di bibir Alice.

"Maaf."Rama melepaskan ciumannya dan merasa bersalah. terlihat bibir Alice berdarah.

"Hmmm."Alice menjauh dari Rama dan duduk di samping kasur membelakangi Rama. Tapi Rama sudah tahu duluan kalau bibir Alice berdarah karena digigitnya.

"Aku yang salah belum bisa melayanimu."tidak terasa air mata ALice mulai menetes ke pipinya karena merasakan rasa perih di bibirnya. Dia tidak tahu kalau bibirnya telah berdarah.

Rama menyesali apa yang telah dibuatnya tadi. Dia lepas control. Kemudian dia mendekati Alice dan duduk disampingnya. Tangannya meraih dagu Alice dan berusaha mendongakkan kepala Alice yang sedang menunduk ke bawah. Ketika Alice tepat berhadapan langsung dengan wajahnya, Rama terkejut sekali ketika Alice sudah menangis. Kemungkinan karena merasa sakit pada bibirnya jadinya dia langsung menangis.

"Maaf."Rama masih menatap Alice dengan kasihan karena ulahnya tadi.

"Nggak papa."Alice masih menahan rasa sakit.

"Bentar."Rama bangkit dari duduknya untuk mengambil p3k.

Setelah mendapatkan kotak p3k, Rama langsung cepat-cepat mengobati luka di bibirnya. Rama mengobatinya dengan pelan, namun dia tetap merasakan perih sekali di bibirnya. Melihat Alice merasakan perih, Rama langsung berhenti. Rama menatap Alice dengan tatapan rasa bersalahnya.

"Maaf pasti itu sakit sekali."Rama melepaskan tangannya dari bibir Alice.

Walaupun Rama sudah meminta maaf dan dia telah memaafkannya tapi tetap saja Rama tidak bisa menghilangkan rasa bersalahnya karena telah kelapasan control.

"Udah kamu sekarang tidur."perintah Rama berharap rasa sakit di bibinya bisa hilang dengan dia tidur.

"Hmm."Alice langsung menuruti dan mulai merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur. Rama tidak beranjak dari kasur hingga memastikan dirinya sampai benar-benar tidur.

"Tadi aku baru aja...."Alice membayangkan saat Rama menciumnya tiba-tiba. Rama sedang menatanya jadi dia berpura-pura tidur sambil memikirkan apa yang baru terjadi.

"Maaf mas aku belum bisa melayanimu sepenuhnya. Aku tahu pasti kamu sudah menahannya demi aku."Alice merasa bersalah pada Rama karena belum bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri. Walaupun tadi yang salah sebenarnya adalah Rama karena lepas kontrol.