webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
114 Chs

Chapter 107

Kaito

"Hanabi ... kamu nanti dateng gak?", tanya ku setelah menghabiskan sarapan ku.

"Hmm ... aku anterin kakak ke sekolah ...", jawab nya sembari membereskan alat makan yang kami gunakan.

"He? memang nya aku bocah?", kata ku dengan wajah datar.

"Kakak ini tolol apa gimana sih?! ... ya udah ... tapi berangkat sama kak Mina atau siapa lah ...", ucap nya seraya melangkah ke wastafel untuk mencuci piring dan gelas yang barusan kami pakai untuk sarapan.

"Iya iya ... ya udah kakak pergi dulu", kata ku berdiri dan memakai ransel hitam ku.

"Oh iya ... kemarin kamu ...", ucap ku sembari melangkah ke pintu keluar rumah ku.

"Kemarin? kenapa?", tanya Hanabi tetap fokus mencuci piring.

"Pas jadi kucing kamu ... cantik", kata ku memuji nya dan segera keluar dari rumah.

Aku yakin wajah nya akan memerah dan dia akan salah tingkah di depan ku nanti. Karena itu lah aku jarang memuji adik perempuan ku itu. Aku tak suka dengan reaksi nya setelah mendapat pujian dari ku.

Di saat yang sama saat melihat rumah Naya yang ada tepat di seberang rumah ku. Aku teringat dengan kejadian tadi pagi dimana Ai tak menunjukan ekspresi di wajah nya itu.

"Kayak nya aku bakal ...",

Bruak ...

"Kaito!!! Ai!!! tolong!!!",

Naya membuka pintu rumah nya dengan sangat kencang dan memanggilku seperti orang panik.

"Kenapa?!", aku langsung berlari menghampiri nya.

"Ai ... dia ... aku gak tau dia kenapa", ucap Naya dengan nafas nya yang tak beraturan.

"Tenang dulu ... dia di mana?", tanya ku sembari menepuk pundak nya.

"Kamar ku", jawab Naya.

Dia kenapa sih?!

Aku segera berlari masuk ke rumah Naya dan mencari di mana kamar nya. Karena model rumah Naya sama dengan model rumah ku, aku jadi tahu lokasi kamar Naya.

"Ai ... kamu ..."

Saat sampai di depan pintu kamar Naya yang terbuka, aku sangat terkejut saat melihat Ai. Dia hanya duduk di atas kasur dan bersandar di tembok. Tatapan mata nya tampak kosong.

Mata biru nya yang seperti berlian itu tak lagi memancarkan sinar nya. Ai menggenggam ponsel merah muda nya itu dengan kedua tangan nya. Ai bahkan tak bergerak sama sekali.

"Kaito ... gimana nih?",tanya Naya bingung dan cemas.

"Naya ... berapa jam lagi waktu kita?", tanya ku dengan wajah serius.

"Sekitar lima jam lagi", jawab Naya setelah melihat ke layar ponsel nya.

"Hmm ... kamu berangkat ke sekolah aja dulu ... bilang kalo aku dan Ai bakal dateng telat ... jangan sampai membuat mereka panik", jelas ku.

"O ... oke ... tapi ...",

"Aku pasti akan membawa Ai ke sana ... tenang aja", kata ku menenangkan Naya.

"Oke ... tolong Ai ya Kaito ...", Naya langsung memakai tas nya dan melangkah ke luar dari rumah nya.

Hal pertama yang ku lakukan adalah mengambil ponsel Ai yang ia genggam itu. Ia sama sekali tak bergerak dan hanya menatap ke arah pintu keluar dari tadi.

Saat aku melihat layar ponsel nya, aku teramat sangat terkejut ketika melihat foto ku lah yang menjadi wallpaper. Foto yang dia ambil saat ada di dalam perpustakaan yang hanya berisikan buku buku tua. Kejadian musim panas lalu, ternyata dia masih mengingat nya.

Deg!!!

Jantung ku rasanya berhenti berdetak. Pandangan ku mulai kabur. Lagi lagi aku terjatuh ke lantai dan tak bisa menggerakkan tubuh ku. Aku yakin Yume sedang memanggil ku ke alam nya.

"Ai ... aku akan menghilangkan kutukan mu itu", ucap ku memandang wajah Ai dan mulai kehilangan kesadaran ku.

Aku tak lagi bisa merasakan tubuh ku. Yang ku rasakan hanya rasa dingin yang mulai menyelimuti ku. Aku hanya bisa melihat warna hitam sekarang. Aku berharap aku bisa tetap hidup setelah melewati ini.

Aku ... pasti akan menghilangkan kutukan mu ...

"Kaito!!! buka mata mu!", teriakan Yume membuat mataku langsung terbuka lebar.

"Eh?!"

Aku tiba tiba berada di padang gurun tanpa ujung. Tak ada tumbuhan hijau atau hewan di sini. Yume berada di samping ku dengan seragam sekolah yang sudah compang camping dan banyak bekas luka yang ada di tubuh nya.

"Kaito ... maaf ... seperti nya ... aku tak bisa menyelamatkan Ai", Yume tersungkur di tanah dan menjatuhkan pedang yang ada di genggaman nya.

"Kenapa ... apa ... bukan nya kekuatan ku sudah cukup?", Aku hanya bisa terdiam melihat iblis yang pernah Yume ceritakan itu di depan mata ku secara langsung.