webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
114 Chs

Chapter 101

Kaito

"Kaito? ... dasar tolol!! ... kenapa kami bisa sakit gini sih?!", suara tangisan Mina yang aku dengar.

Tubuh ku terasa sangat lemas. Aku hampir tak bisa menggerakkan tubuh ku. Tak kusangka efek samping nya separah ini. Padah aku hanya mengubah hal kecil.

Cih ... aku harus bisa bangun ...

Aku membuka kedua kelopak mata ku perlahan. Mina dan Hanabi berdiri di samping ranjang tempat aku berbaring.

"Mina ... jam berapa ini?", tanya ku lemas.

"Jangan bercanda ... kamu malah nanyain jam ... kamu ini tolol atau gimana sih?!", ujar Mina seraya mengusap air mata nya yang keluar.

"Kak ... mending gak usah pergi sore ini", walau Hanabi berkata seperti itu aku tahu, di dalam lubuk hati nya dia meminta ku untuk melihat pertunjukan nya.

Wajah Hanabi tak pernah bisa membohongi ku. Aku bahkan bisa merasakan perasaan adik ku itu tanpa melihat nya.

"Mana mungkin ... kakak tetep mau pergi", aku berusaha bangkit dan berhasil duduk di ranjang.

"Tapi ..."

"Hanabi ... aku mohon ...", ucap ku dengan sedikit senyum.

"Ah ... oke ... aku akan berangkat sekarang ...", Hanabi langsung menggendong ransel kecil nya dan berangkat ke sekolah nya.

Aku harus tetap pergi ke sekolah Hanabi. Jika tidak, mungkin aku tak punya waktu lagi. Setidaknya aku harus membuat kenangan yang melekat kuat di hati Hanabi. Tapi bukan berarti aku ingin meninggalkan nya.

Aku tak mungkin meninggalkan adik kecil ku itu sendiri di sini. Tapi aku tak yakin aku bisa bertahan setelah melawan takdir. Aku memang payah, apa pun yang kulakukan pasti berakhir seperti ini.

"Mina? ... aku mau mengatakan sesuatu yang penting", aku berpikir untuk menceritakan semua tentang kekuatan ku pada Mina.

"Bisa kau tutup pintu kamar nya?", pinta ku karena aku akan mengatakan rahasia terbesar di dalam hidup ku.

"Hmm ...", Mina hanya mengangguk dan menutup pintu kamar Hanabi ini.

"Ada apa?", tanya Mina seraya duduk di samping ku.

"Mungkin kamu bakal gak percaya ... tapi ... aku tak pernah berbohong pada mu selama ini kan?", ucap ku.

"Aku pasti percaya apapun yang kamu bilang walau se tolol apapun", Mina memang selalu percaya dan selalu menjaga rahasia ku sejak kecil.

Aku pun mulai membicarakan tentang mimpi mimpi yang ku alami dari awal. Aku bercerita tentang bagaimana aku bisa lepas dari kutukan itu. Dan mimpi waktu aku koma di rumah sakit.

Tak kusangka beberapa jam pun berlalu. Aku berhasil mengatakan semua rahasia ku dan efek samping kekuatan ku. Mina tampak tak percaya, aku pun masih menyimpan rasa tak percaya di dalam hati ku. Dari mana asal kekuatan ini datang, dan kenapa takdir selalu mengambil sesuatu yang berharga di hidup ku.

"Mina ... kalau aku gagal ... kalau aku mati ... aku titip adik ku ya?"

Plak!!!

Mina menampar pipi kiri ku dengan sangat keras. Air mata nya mulai berjatuhan di atas selimut Hanabi.

"Aku gak tau seberapa tolol nya kamu!!! ... tapi ini ... apa yang kau pikirkan sampai berani melawan takdir ha?!", teriak Mina sembari menarik kaos ku.

"Aku tau ... dan tak tau di saat yang sama ... aku hanya tak ingin kehilangan lagi", aku hanya bisa tertunduk menghadapi keadaan ini.

"Apa kau gak mikir ... gimana perasaan ku??!! ... mungkin kau pikir dengan menyelamatkan kan Ai kamu jadi pahlawan?!",

"Jika kamu mati ... Hanabi pasti juga akan merasa kehilangan tau?! ... bukan hanya Hanabi ... aku ... bahkan Ai juga", aku tak pernah melihat Mina berbicara seserius ini sebelum nya.

"Ternyata kata kata bocah ada bener nya ...", ujar ku menggenggam tangan Mina yang tadi menarik kaos ku.

"Nee ... jika kau mati ...",

"Aku gak bakal mati ...", aku menyela kata kata Mina.

"Makasih ... dengan ini ... aku punya alasan yang kuat untuk tetap hidup di sini", aku mengusap air mata Mina yang ada di pipi nya.

"Ya ... lagi pula aku masih punya sepuluh persen kemungkinan berhasil", ucap ku lalu berdiri dan meregangkan tubuh ku yang kaku ini.

"Ya udah ... kau mau siap siap ke sekolah Hanabi", aku melangkah ke pintu dan hendak membuka pintu.

Tapi saat aku hendak memutar gagang pintu. Mina tiba tiba memeluk ku dari belakang dengan sangat erat. Aku terkejut dan menghentikan gerakan ku.

"Jangan mati ... kau masih belum menjawab ku kemarin ...", ucap nya sembari memeluk ku dengan sangat erat.