webnovel

Invasi Penjajah Batara

Meskipun Gold Wind lebih dari sanggup untuk melawan kejahatan maupun monster, Zhun Shu tetap melakukan hal ceroboh dengan menggunakan obat penenang kepada Fu Shui dan Gold Wind, kemudian ia menggunakan teknik teleportasi ketempat yang diinginkan Zhun Shu.

Tepat setelah melakukan kedua hal tersebut,Zhun Shu menyambut terjangan hangat salah satu monster dengan Naginata miliknya. Satu monster telah mati tertebas, monster tersebut bernama Momomic Beast.

Momomic Beast mampu menyembunyikan tubuh serta suara mereka. Namun, bagi Jawara kelas atas seperti Zhun Shu, teknik yang dikeluarkan makhluk seperti Momomic Beast akan dengan mudah ketahuan.

"Bagus... Sepertinya jendral Zhun Shu masih mengasah kemampuannya,heheh.." Suara laki-laki terdengar dan Zhun Shu juga mendengar suara lain yang terdengar meregang nyawa juga mendengar suara tarikan pedang dari sebuah benda dan terdengar menyakitkan.

"Keluar.. Aku tau kau disana Chang Yusheng, murid pertama perguruan Qingling sekaligus pengkhianat Qingling juga Zhoulao..." Ucap Zhun Shu dengan tenang.

"Huh? Namaku sudah bukan Chang Yusheng lagi, aku adalah Dante." Balas suara seorang pria dan ia muncul dari dalam bentuk kilauan cahaya.

Zhun Shu sudah siap dengan jenis serangan apapun, ia mengalirkan petirnya keseluruh tubuhnya. Ia tau hal ini akan terjadi, lalu ia mulai mendengar suara keributan di arah kota.

"Momonic Beast ku seperti nya sudah mulai menyebar.. Heh, mereka ini adalah anomali, tapi mereka nurut samaku, hahahah menarik bukan." Kata Dante dengan diiringi oleh nada puas dan juga haus akan pertumpahan darah secara bersamaan.

Gold Wind sudah bangun dari pingsan,kepalanya benar-benar pusing dan ada sesuatu yang aneh juga hilang,secara perlahan Gold Wind melihat kiri dan kanan hanya mengetahui ia cuma sendirian.

"Fu Shui... Fu Shui, kamu dimana..." Ucap Gold Wind dengan panik.

Ia kemudian berdiri dan mulai mencari Fu Shui.

Ia tidak menemukan apa-apa selain keheningan yang mendalam didalam rumah yang ia tebak adalah rumah Fu Shui dan keluarganya Fu Shui.

"Ughh, sudah berapa lama aku pingsan." Ucap Gold Wind.

Gold Wind mengucek matanya dengan pelan, ia tidak percaya ketika ia berhenti berjalan dan melihat keluar jendela. Api dimana-mana,api yang berasal dari kota membuat Gold Wind langsung tergerak untuk pergi kesana.

"... ngh!!."

Gold Wind kaget disaat ia berlari keluar, ia tidak sengaja menyenggol kepala mayat anak laki-laki. Perasaan Gold Wind semakin tidak enak dan semakin ia berlari dengan penuh tenaga menuju kota.

Gold Wind dengan susah payah berlari melewati pecahan-pecahan bangunan dan melompati penghalang yang ada akhirnya Gold Wind menemukan posisi Fu Shui yang bermandikan darah. Ia terlihat babak belur namun masih bisa berdiri, mengacungkan pedangnya kearah sosok makhluk berbadan gelap disertai oleh armor yang menutupi tubuh aneh makhluk ini.

Dengan segera Gold Wind meluncurkan serangan pertamanya berupa tombak angin dan api. Ia meneriakkan kata "Flamewind Blow Thrust" dan makhluk tersebut terkejut bukan main. Terseret, tertusuk dan meledak ketika menubruk salah satu bangunan yang masih berdiri, Gold Wind memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berlari kearah Fu Shui dan memegang bahunya.

"Sebenarnya, apa yang terjadi... Ini bukan mimpi, Fu Shui... Ini bukan mimpi kan?." Tanya Gold Wind.

Suaranya bergetar, ketakutan melanda dirinya ditambah Gold Wind melihat tubuh Fu Shui benar-benar memprihatinkan.

"Gold Wind, Herta.. Aku akan jelaskan nanti.. Uhuk, tapi terimakasih sudah datang tepat waktu." Balas Fu Shui.

Tubuh Fu Shui melemah dan jatuh dalam tangkapan Gold Wind, Fu Shui meminta maaf berulang kali kepada Gold Wind dan Gold Wind makin kebingungan dan panik.

Gold Wind membawa tubuh Fu Shui dengan susah payah, sedikit menyeret dan tujuan Gold Wind adalah ke salah satu gedung yang rusak agak jauh dari tempat mereka melawan makhluk yang aneh tadi.

"Okeh..Kita aman disini, ughh Fu Shui apa yang terjadi disini.. Yang lain dimana?" Kata Gold Wind.

Fu Shui menggelengkan kepalanya, Fu Shui memberitahu Gold Wind bahwa Dinasti di negara ini beserta warganya sudah tewas dibunuh oleh makhluk, lebih tepatnya invasi Batara. Batara adalah kubu luar dari planet lain yang bernama Serge, mereka menjajah Celestia dengan Momonic Beast dan pasukan mereka. Fu Shui juga memberitahu Gold Wind bahwa apa yang mereka lawan sebelumnya adalah salah satu dari Momonic Beast.

Fu Shui meredupkan sedikit matanya, Gold Wind melihat bola mata Fu Shui juga berbeda dari yang sebelumnya dia ingat. Ia tidak mempermasalahkan hal tersebut karena ia sudah berada dalam kepanikan dan rasa takut.

"Fu Shui.. Kamu.."

Gold Wind terkejut melihat luka dari Fu Shui telah hilang setelah tubuhnya mulai berasap. Gold Wind tidak tau apa yang terjadi, tapi ia lega Fu Shui kembali seperti biasa.

"Ayah... Ibu.. Mereka mati, didepan mataku sendiri ia dibunuh oleh seseorang.. Seorang pengkhianat Celestial." Ucap Fu Shui.

Fu Shui mengepalkan tinjunya dengan erat, ia mengeluarkan air mata sedikit demi sedikit. Gold Wind hanya bisa melihat dengan rasa iba lalu memeluk Fu Shui dengan hangat.

"Terimakasih.. Gold Wind...Maksudku Herta." Kata Fu Shui dengan parau.

Gold Wind melepaskan pelukannya, Fu Shui tersenyum dan ia mulai berdiri perlahan. Ia maupun Gold Wind sama-sama masih muda, namun merekalah yang selamat dari penjajahan tidak manusiawi ini.

Fu Shui melihat ke atas, ia melihat langit lalu bertanya dalam hati. Ia bertanya dalam hati kenapa Ereshkigal tidak memberitahu nya soal Celestial ini, kenapa Ereshkigal menganggap ini adalah sebuah anugrah. Yang ia inginkan hanyalah reinkarnasi ke tempat yang damai.

"Fu Shui bukan saatnya untuk berhayal, kita harus pergi ke Mongol untuk menghentikan Batara." Ucap Yatima.

Sepertinya Yatima mengerti perasaan Fu Shui, ia kemudian mulai mengumpulkan keyakinannya untuk tetap selamat dan menyelamatkan dunia ini.

Batara harus di usir dari sini atau jika bisa Fu Shui ingin menghancurkan tempat Batara berada.

"Umm... Fu Shui? kamu kok diam terus?." Ucap Gold Wind.

Fu Shui yang tadinya termenung ditemani oleh Yatima didalam pikirannya, Fu Shui kembali ke kenyataan dimana Gold Wind melihatnya dengan khawatir.

"Herta, aku minta maaf.. Tapi aku butuh bantuanmu, kita pergi ke Mongol." Balas Fu Shui.

Gold Wind menanggapi nya dengan senyuman disertai oleh anggukan, ia tau apa tujuan dari Fu Shui. Setidaknya apa yang ia pikirkan begitu, apa yang Gold Wind pikirkan adalah Fu Shui ke Mongol untuk menghentikan pergerakan dari Batara.

"Tapi sebelum itu, kita harus membersihkan mereka yang ada disini dulu." Ucap Gold Wind.

"Tidak perlu, Momonic Beast yang barusan tadi adalah koloni terakhir mereka di Dinasti kita, Zhoulao dan negara tetangga kita yang serumpun yaitu Zhongguo." Balas Fu Shui.

Fu Shui memutar tubuhnya ke arah Gold Wind lalu menatapnya dengan serius.

"Kita harus cepat sebelum koloni mereka yang lain akan datang dan menghabisi kita." Sambung Fu Shui.

Gold Wind menutup matanya, dari nada bicara Fu Shui, ia mengumpulkan bahwa semua makhluk disini sudah diatasi oleh Fu Shui. Tapi bagaimana mungkin? bagaimana bisa Fu Shui mengalahkan mereka padahal sebelumnya Fu Shui hanyalah gadis innocent yang masih belajar banyak?.

"Eye of Wisdom and Destiny tahap awal... Aku sudah membuka kemampuan mata ini setelah batinku tersiksa dan air mata mengalir sampai tidak ada satupun air mata yang tersisa pada diriku.. Jika itu yang kamu ingin tau."

Seperti mengetahui batin dan arti mata dari tatapan Gold Wind selama ini, Gold Wind tidak bisa berkata apa-apa. Yang ia pelajari dari Altera, Eye of Wisdom and Destiny adalah salah satu dari "The Keeper of Balance". 𝙀𝙮𝙚 𝙤𝙛 𝙒𝙞𝙨𝙙𝙤𝙢 𝙖𝙣𝙙 𝘿𝙚𝙨𝙩𝙞𝙣𝙮 (𝙀𝙧𝙤𝙨) merupakan Keeper pertama dan paling kuat, yang kedua adalah 𝙀𝙮𝙚 𝙤𝙛 𝙍𝙚𝙗𝙞𝙧𝙩𝙝 (𝘼𝙣𝙚𝙢𝙞𝙨) ,ketiga adalah 𝙀𝙮𝙚 𝙤𝙛 𝘿𝙚𝙖𝙩𝙝 (𝙄𝙣𝙖𝙣𝙞𝙨) dan yang terakhir adalah 𝙀𝙮𝙚 𝙤𝙛 𝙏𝙚𝙩𝙧𝙖 𝙀𝙡𝙚𝙢𝙚𝙣𝙩 (𝘼𝙧𝙘𝙖𝙣𝙞𝙢𝙪𝙨).

Gold Wind tidak menyangka bahwa Fu Shui mendapatkan mata Eros. Tapi sepertinya Fu Shui belum memaksimalkan kemampuan dari matanya, meskipun begitu ia tetap masih bisa meratakan koloni penjajah asing. Gold Wind akhirnya menyadari, bahwa Fu Shui melindungi Gold Wind dengan memandu para Barata ke reruntuhan pusat kota, bertahan selama tiga bulan lamanya tanpa makan, minum dan istirahat.

-𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙗𝙪𝙣𝙜-