webnovel

Adeliazz

srinirwanazadra · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
1 Chs

01

Dulu, rasa mu seperti hujan. Deras

Tapi aku lupa, se deras derasnya hujan

Ia akan tetap redah juga💦

--------------------------------------------------

Samar-samar, dari balik jendela sebuah kamar yang berada dilantai 2 rumah, hujan deras yang membuat engsel-engsel jendela tak dapat dibuka. Butiran-butiran air hujan yang menetes satu persatu membasahi pepohonan. Didalam kamar yang sangat gelap, seorang wanita berhijab berumur 17 tahun dengan paras cantik menyenderkan kepala di jendela kamar nya, sambil menatap butiran air hujan.

Dia adalah Adelia Az-zahra yang kerab dipanggil dengan sebutan Adel. Adel adalah sosok remaja yang pintar, baik hati, keras kepala, berambisi dan pemberani. Adel tergolong ke dalam anak famous di sekolah nya, karena dia terkenal dengan kepandaian dan juga kecantikannya. Adel sekarang duduk di bangku kelas XII Mipa 1 SMA Labschool, yang merupakan salah satu SMA terfavorit diwilayahnya.

•••

Sepertinya langit pagi ini tidak ingin cahaya matahari Menembus awan mendung, hujan juga enggan berhenti seperti kemarin. Udara dingin menerpa kulit membuat siapa saja enggan keluar rumah dan menimbulkan rasa malas. Semua pepohonan terlihat ceria hari ini karena mendapat hujan, begitu pula dengan Adel.

Hari ini adel akan berangkat ke sekolah, biasanya diantar oleh kakaknya Fery Archandra. Fery merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, sekarang dia merupakan salah satu mahasiswa fakultas kedokteran di Universitas Indonesia, tampan, pintar, tinggi hal itulah yang membuat kakak Adel yang satu ini selalu jadi bahan rebutan cewek-cewek cantik dikampus.

Setelah bersiap-siap akhirnya Adel pun turun kelantai bawah,dan melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan dimeja makan.

"Del, sini sarapan dulu." kata Zahra ibu adel.

"Iya bu." jawab Adel sambil tersenyum.

Saat itu Adel tengah menikmati roti selai cokelat dan susu hangat yang sangat cocok untuk musim hujan seperti ini. Adel melirik jam kayu yang tergantung indah diruang makan. Gadis itu langsung berlari kedepan dan berpamitan kepada Ayahnya.

"Yah..Adel berangkat dulu ya." kata Adel sambil mencium tangan Ayahnya.

"Kamu gak bareng sama kakak mu?" tanya Archandra, ayah Adel.

"Mmm gak yah, aku berangkat sendiri aja." jawab Adel yang terlihat sangat terburu-buru.

"Ya sudah...hati-hati dijalan sayang." Archandra tersenyum manis.

Adel berjalan menembus hujan dengan payung transparan yang melindungi dirinya, sehingga menampakkan derai hujan yang turun pagi ini. Saat itu suasana sangat ramai, keadaan lalu lintas sudah mulai padat, yang terdengar di telinga nya hanyalah suara klakson mobil yang membuatnya semakin panik dan memaksanya untuk mempercepat langkah menuju sekolah.

Saat sampai didepan sekolah yang memiliki gerbang tinggi, gapura yang terlihat megah bertulis kan SMA LABSCHOOL, disepanjang jalan menuju gerbang sekolah terdapat pepohonan yang sangat rindang, sekolah itu memiliki bangunan berlantai 4 yang ditata sangat rapi, halaman yang sangat hijau, terdapat banyak bunga-bunga yang membuat para siswa siswi sangat betah disekolah itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.10 suara bel sudah bergema ke seluruh penjuru sekolah. Adel yang baru saja memasuki gerbang sekolah terlihat sangat terburu-buru, dia takut terlambat masuk ke kelas, mengingat ruang kelasnya berada di lantai tiga.

"Tumben loh telat ?" tanya seorang gadis yang duduk disamping Adel.

"Iya Ra...hari ini gue gak diantar sama kak Fery jadinya agak telat deh" jawab adel kepada Meyra.

Meyra merupakan gadis yang sudah menjadi sahabat Adel sejak bangku SMP, dia memiliki nama lengkap Elmeyra Zakkiyatul. Meyra memiliki sifat yang beda tipis dengan Adel, cantik iya, pintar iya, hanya saja Meyra anaknya sedikit sombong.

"Tugas fisika loh udah selesai Mey?" tanya Adel .

"Udah dong, emangnya kapan lo liat gue gak ngerjain tugas tepat waktu." jawab Meyra yang sangat membanggakan dirinya.

"Sombong baget sih." cibir Adel dengan delikan mata tajam nya.

"Yah emang gitu kan faktanya." ujar Meyra sambil menjulurkan lidah kearah Adel.

Melihat hal itu Adel hanya tertawa. Mereka berdua memang sudah bersahabat lama, tapi tingkahnya masih saja seperti layaknya tom and jerry.

Krrrkkk...

Terdengar suara ganggang pintu kelas yang berbunyi, itu tanda nya ada seseorang dibalik pintu tersebut.

"Assalamualaikum anak-anak." ucap Pak Reno guru fisika.

"Walaikumsalam pak." seru para siswa siswi.

Sementara siswa yang bernama Alvian Malik, kerab dipanggil dengan sebutan Alvian hari ini kembali terlambat.

Pak Reno yang saat ini sedang berdiri didekat meja guru, yang letaknya berhadapan dengan pintu masuk, melihat Alvian dengan tatapan tajam seperti singa yang sedang melihat mangsanya. Pak Reno memang sudah terkenal dipenjuru sekolah sebagai guru killer yang sangat ditakuti oleh siswa siswi sekolah.

"Alvian Malik?"

"Iya pak?" jawab Alvian dengan muka tegang.

"Bagus sekali ya, berdiri didepan kelas dengan tangan terangkat sampai jam pelajaran saya selesai, sekarang!" teriak Pak Reno dengan mata melotot, membuat siapa saja yang melihatnya pasti merasa takut.

Tanpa mengucap apapun Alvian menuruti perintah Pak Reno tadi.

"Dan untuk siswa siswi yang lain, kita lanjut pelajaran buka buku halaman 108." Lanjut Pak Reno

Proses pembelajaran pun berlangsung.

•••

Dua jam kemudian bel tanda istirahat pun akhirnya berbunyi.

"Mau ke kantin gak Del?" tanya Meyra sambil membereskan buku-buku nya.

"Nggak ah...gue mau ke perpus dulu." jawab Adel

"Lo mau nemenin gue ke perpus?" tanya Adel lagi.

"Nggak...ngapain gue ikut sama loh, capek nih mata gue ngeliat buku terus." tolak Meyra mentah-mentah.

"Gue ke kantin dulu ya, mau nitip?" tanya Meyra.

Adel hanya menggelengkan kepalanya yang tandanya berarti tidak.

Setiap jam istirahat koridor SMA Labschool pasti selalu ramai, terlebih lagi jalan menuju kantin. Itulah yang menjadi alasan mengapa Adel lebih suka ke perpustakaan dibanding ke kantin, dia anaknya sangat malas dengan yang namanya berdesak desakan dengan banyak orang.

"Permisi, permisi" gadis itu menyalip diantara keremunan, langkahnya yang gesit membuat Adel lebih unggul dibanding siswa yang lain. Adel pun bernafas lega saat sudah berjalan di koridor menuju perpustakaan sekolah yang bisa dibilang hampir sangat sepi, hanya ada satu dua orang yang lalu lalang disana.

Ketika ingin masuk di pintu perpustakaan sebuah tangan menarik tangannya.

"Eh..eh...aduh siapa sih!" seru Adel yang terlihat sangat panik

"Siang sayang..." ucap lelaki yang menarik tangannya tadi.

Melihat orang itu Adel langsung tersenyum bahagia.