Samar-samar aku masih ingat seperti apa rasanya ketika dia masih berada di dalam tubuhku...dan apakah sekarang aku merindukan nya..???
...................
Senin 16 January 2017
Aku bangun seperti biasanya dan berharap segera bersiap untuk berangkat ke kantor, hari Senin adalah hari yang paling membuatku bosan, selain karena masih merasa weekend yang kurang, rasanya juga masih terlalu jauh untuk bisa sedikit bersantai lagi.
Tapi pagi itu aku masih malas bergerak karena tiba-tiba kepalaku sakit sangat sakit, tidak seperti biasanya. Aku tidak pernah merasakan sakit kepala seberat itu sebelumnya, rasanya sampai kakiku mengejang dan kucengkaram kepalaku sendiri agar tidak terbelah. Aku sempat berpikir mungkin aku akan mati saat itu, dan sangat khawatir jika keluargaku juga tidak akan pernah tau apa penyebab kematianku, karena yang mereka tau aku cukup sehat selama ini.
Aku menggelinjang menendang-nendang selimutku sampai punggungku terasa kaku dan tebal ketika tiba-tiba mataku padam, dan aku seperti hilang setelah itu.
Aku tidak ingat, aku tidak ingat apa-apa bahkan aku tidak tau itu sebentar atau lama. Karena saat aku kembali bangun kulihat tirai di kamarku sudah berganti warna lebih gelap bahkan bunga lily yang di tanam ibuku di balkon juga sudah berbunga. Artinya ini musim panas, bukan January yang penuh hujan lagi. Segera aku bangkit dan meraih kalender dari atas meja, kubolak-balik kalender tersebut karena bingung. Aku tidak ingat kapan pergantian tahun, kenapa ada kalender tahun 2018 di meja kamarku?
Buru-buru kuambil ponsel yang juga tergeletak di atas meja, sekedar ingin tau ini hari apa. Sampai harus ku ucek mataku beberapa kali hingga aku yakin jika hari ini adalah tanggal 17 Juni 2018. Segera ku letakkan kembali benda tersebut dengan setengah melemparnya ke atas kasur. Aku panik, bingung, dan agak takut!
Sekali lagi ku pastikan jika kepalaku sudah tidak sakit lagi.
Aku pun segera berjalan ke kamar mandi berharap untuk mengguyur kepalaku dengan air dari shower.
Seperti biasa aku berdiri di depan cermin untuk melepas pakaianku saat tiba-tiba kudengar suara lain meneriakiku.
"Jangan lihat! " katanya seolah melarangku untuk menatap diriku sendiri di cermin.
"Tolong, hentikan, jangan lihat! " triaknya lagi dengan nada hampir frustasi.
"Siapa kau ini? " tanyaku bingung sambil menoleh ke belakang dan tidak kutemukan siapa-siapa.
Kembali aku melihat ke depan cermin dan tiba-tiba aku memejamkan mata dengan sendirinya seolah menolak untuk melihat diriku sendiri.
"Hentikan apa yang kau lakukan! " kataku setelah cukup sadar bahwa bukan aku yang melakukan hal itu. "Buka mataku lagi, sungguh aku tidak bisa melihat apa-apa! " aku mulai marah dan barulah dia membuka mataku.
Kupikir aku sudah gila, karena sepertinya aku baru saja bicara dengan diriku sendiri. Kembali kuperiksa tubuhku dan tidak ada yang salah. Baru kemudian coba kucari lagi sesuatu di dalam kepalaku dan saat itu tiba-tiba dia menyapaku.
"Hay, Susan... "
Aku terlonjak hingga lututku terbentur tepian wastafel dan meringis kesakitan sambil masih melompat ber jinjit-jinjit.
"Siapa kau?"
Mataku nyalang melihat ke sekeliling padahal aku yakin suara itu juga berasal dari kepalaku.
"Aku Eric," katanya kemudian, "tolong jangan terkejut dulu."
Gila, dia coba mengingatkanku...
"Aku tidak gila, namaku Eric, ingat saja itu dulu! "
"Siapa kau berani sekali memerintahku? "
"Aku adalah orang lain di kepalamu."
Oh, pasti aku sudah benar-benar gila... Sampai kupukul-pukul kepalaku sendiri beberapa kali.
"Jangan lakukan itu, karena itu juga menyakitiku... "
"Aku tidak peduli siapa namamu, cepat enyahlah dari kepalaku! " teriakku cukup lantang.
"Aku tidak bisa. "
"Memang siapa kau ini, jin, setan toilet atau apa? "
"Namaku Eric. "
"Omong kosong, pasti kau setan yang coba menipuku, ayo cepat keluar aku tidak mau menampungmu! "
Seumur hidup aku tidak pernah percaya ada orang yang bisa kerasukan setan tapi kali ini aku lebih suka berpikir demikian karena aku tidak ingin menganggap diriku sendiri gila karena tiba-tiba ada orang lain yang juga berbicara di kepalaku.
"Aku juga bingung sepertimu ketika pertama kali. "
"Tunggu, apa maksudmu dengan pertama kali? "
"Aku tidak tau kenapa aku tiba-tiba terbangun di tubuhmu. "
"Memang kau siapa? "
"Eric."
Tiba-tiba aku merasa bodoh karena berulang kali harus mendengar jawaban itu.
"Baiklah Eric, kenapa kau ada di tubuhku? " tanyaku pelan-pelan karena sepertinya perkara ini tidak akan kunjung usai jika kami terus berdebat. Tak peduli seberapa anehnya ini, aku sedang mengajak kepalaku sendiri untuk berbicara.
"Aku tidak tau, tiba-tiba saja aku menemukan diriku bangun dan sudah berada di tubuhmu."
Rasanya sama sekali tidak memberiku jawaban apa-apa, dan bagaiman mungkin bisa ada dua orang di dalam satu tubuh.
Kupejamkan mataku sejenak untuk berpikir lebih jernih, karena ada dua orang di kepalaku, tiba-tiba rasanya agak sesak.
"Jangan tidur, " tegurnya.
"Aku berpikir bukan tidur! " bentakku merasa jengkel.
"Tolong Eric, keluarlah dari kepalaku."
"Aku tidak bisa," sesalnya____"Bahkan aku sudah mencobanya cukup lama."
Oh.. "Katakan sejak kapan kau ada di kepalaku? " tiba-tiba aku baru ingat bagaimana tahun-tahun itu menghilang dariku.
"Mungkin Januari 2017, aku tidak terlalu ingat tanggal tepatnya karena saat itu aku juga sama paniknya, sepertimu saat ini. "
Kata-katanya terdengar lebih tenang karena sepertinya dia memang sudah jauh lebih berpengalaman menghadapi situasi serupa.
"Berarti kau mengambil alih tubuhku!"
"Itu juga bukan kemauanku sendiri. "
Berarti selama ini dia yang ada di kepalaku, dia juga yang mengatur hidupku, lantas aku di mana?
Masih kudekap dada telanjangku dan terduduk di atas toilet.
Apa dia tau jika aku sedang memikirkannya seperti ini, apa dia hanya tau jika akan mengucapkannya saja. Kupikir mungkin aku sudah gila karena coba membicarakan orang lain di dalam kepalaku.
Aku masih diam sampai cukup lama, karena tidak ingat kapan kepalaku terbentur, atau jatuh, atau apa pun yang bisa mengakibatkan otakku trauma???
Semua ini tidak masuk akal dan membuatku gila.
"Sampai kapan kau akan duduk di toilet? " tanya suara lain di kepalaku.
"Memangnya apa urusanmu, ini tubuhku! " bentakku karena merasa kesal.
"Kau harus segera berangkat ke kantor. "
Hah! Bahkan dia coba mengingatkan rutinitasku.
"Apa kau juga bekerja untukku? " tanyaku kemudia.
"Seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah mengerjakan semua tugasmu. "
Omong kosong, "Kenapa aku harus berterimakasih dengan orang yang sudah merampas tubuhku! "
Aku segera bangkit untuk menuju ke shower.
"Sudah kubilang jangan melihat ke cermin," dia coba kembali mengingatkan.
"Memang apa urusanmu!"___ "aku tidak suka di atur-atur dengan orang yang hanya numpang di tubuhku."
"Kau tidak memakai pakaian," katanya kemudian dan sepertinya aku baru sadar.
"Kau laki-laki!" buru-buru kudekap tubuhku sendiri, karena aku juga baru ingat dia berulang kali menyebut namanya Eric, tidak ada perempuan bernama Eric.
Oh Tuhan apa-apaan ini, kulihat tanganku sendiri dan dia sepertinya juga melakukan hal yang sama terhadap tubuhku.
"Kau menyentuhku !"
"Kau sendiri yang melakukannya. "
"Kau juga! " teriakku.
Rasanya semakin mengerikan, dan sepertinya lebih baik aku gila saja.
"Asal jangan melihat ke cermin, aku tidak ingin melihatmu tanpa pakaian."
"Omong kosong ! Bahkan kau sudah menyentuh tubuhku setiap hari! "
Sepertinya kali ini aku menangis dan benar-benar menangis karena pemikiran itu tiba-tiba sangat melukaiku. Bagaimanapun aku gadis baik-baik yang tidak pernah melampaui batas dalam pergaulan. Dan tiba-tiba sekarang aku mengetahui bahwa tubuhku sudah biasa dia pegang-pegang sesuka hati. Aku merasa sangat di lecehkan sebagai seorang wanita. Dilecehkan oleh seorang pria yang tidak tau bagai mana aku harus menyebutnya, karena dia juga ada di kepalaku.
Aku masih menangis dan dia tidak bicara lagi, sepertinya aku senang akhirnya dia membiarkanku sendiri.
"Maaf kan aku, " katanya setelah cukup lama dan aku mulai tenang kembali.
"Aku benci seperti ini, aku membencimu! "