webnovel

02

"Niki loh pak kyai.." jawab Rivan yang akan menjelaskan pada pak kyai Abdullah dan terpotong oleh Kamil.

"Sorry, jadi gini loh ya pak kyai, gua lagi mau jalan masuk ke dalam asrama santri putra untuk ke kamar gua, eh malah di siram pake air pelan sama dia." Kamil menjelaskan pada pak kyai Abdullah sambil menunjuk-nunjuk Titah dan memotong perkataan dari Rivan. 

"Eh panjenengan ingkang santun nggih ampun asal tunjuk, sampeyan ora ngerti ta Titah punika yakni keponakan saking pak kyai Abdullah." kata Frensky masih dengan kesal melihat Kamil menunjuk-nunjuk Titah. 

"Aah bodo dan elu nih cuciin jaket, baju, sepatu dan kaus kaki gua, gua gak mau tahu besok harus sudah kering, bye." kata Kamil dengan kesal, kemudian pergi meninggalkan semuanya yang ada di depan asrama santri putri. 

"Astaghfirullahalazim." semua santri mengelus dada dengan kejadian hari ini di depan asrama santri putri.

"Pak kyai maaf." kata pak Galih yang meminta maaf pada pak kyai Abdullah atas kejadian hari ini. 

"Sudah tidak apa-apa, serahkan semuanya pada saya." kata pak kyai Abdullah. 

"Terimakasih pak kyai Abdullah, oh ya dik jangan di cuci ya baju anak saya." sambung pak Galih. 

"Sudah, tidak apa-apa pak dhe biar saya saja yang mencucinya, ini saya yang berbuat, saya juga yang harus bertanggung jawab." kata Titah.

"Tapi.." seru pak Galih. 

"Permisi, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Titah mulai mencucikan bajuku di sungai tapi banyak santri putri dan santri putra yang simpati pada Titah karena dengan sikapku yang sungguh keterlaluan padanya.

"Gara-gara santri baru itu mbak Titah jadi mencuci bajunya." kata salah satu santri putra yang membicarakan masalah tadi pagi ketika Titah sedang mencuci baju Kamil di sungai. 

"Iya, padahal kan mbak Titah gak sepenuhnya salah, dia gak sengaja." sambung salah satu santri putri yang membicarakan masalah tadi pagi ketika Titah sedang mencuci baju Kamil di sungai. 

Sedangkan aku di dalam kamar sangat gelisah dengan sikapku yang keterlaluan pada Titah, juga aku masih tidak menyangka kalau Titah yang dulu dan sekarang telah bertambah cantik.

"Gila.., gua gak nyangka gede nya cantik banget sama persis seperti dulu dia kecil, gua salah nyuruh dia nyuci baju gua, dia juga gak sengaja nyiram gua, gua harus minta maaf, Rivan pasti tahu dia dimana." kata Kamil. 

Aku mencari Rivan di kelas, setelah pelajaran Rivan selesai aku meminta tolong padanya mengantarkan aku pada Titah yang sedang mencuci di sungai.

"Eh unta arab, sampeyan kersa kemana?"

"Mau kemana kek itu urusan gua bukan urusan elu, oh ye nama elu siapa?"

"Frensky.."

"Haa pengki?"

"Frensky, bukan pengki."

"Oh ya terserah elu ya mau ngomong apa, oh ya pengki." kata Kamil yang meledek Frensky dan membuat Frensky kesal padanya. 

"Frensky, yang sopan dong saya senior kamu loh di sini." kata Frensky yang kesal pada Kamil karena telah meledeknya. 

"Elu duluan yang mulai pengki.., van.."

"Iya mil.."

"Ada yang mau gua omongin nih sama elu."

"Apa itu?" tanya Rivan.

"Sudah yuk ikut saja dulu gak enak ngomonginnya di sini." jawab Kamil.

"Oke.."

Setelah aku cerita pada Rivan soal penyesalan rasa bersalah ku pada Titah, akhirnya Rivan mau mengantarkannya ke sungai tempat biasanya dia mencuci baju.

"Alhamdulillah selesai juga akhirnya." kata Titah yang sudah menyelesaikan cucian bajunya di sungai. 

"Nah itu Titah." kata Rivan menunjuk ke arah Titah.

"Assalamu'alaikum mas." Titah memberikan salam pada Kamil dan Rivan. 

"Wa'alaikumussalam." Rivan dan Kamil menjawab salam dari Titah. 

"Maaf bajunya belum kering, belum saya jemur juga."  

Ketika aku ingin berbicara untuk meminta maaf rupanya dari tadi Frensky mengikuti aku dan Rivan ke sungai dan mendengar pembicaraan ku, Titah pun memaafkan aku dan kami pulang ke pesantren.

Ketika akan pulang ke Pesantren Titah hampir saja kepeleset karena batunya yang licin, kini Titah berada dalam pelukan ku, Frensky yang melihat itu langsung cemburu, sedangkan aku deg deg an saat Titah berada di pelukan ku.

"Iya gak apa-apa kok, lagian gua kesini ada yang pengen gua omongin ke elu." kata Kamil. 

"Soal apa ya mas?" tanya Titah.

"Soal gua mau minta maaf." jawab Kamil.

"Saya sudah memaafkan kamu kok sebelum kamu meminta maaf kepada saya." kata Titah. 

"Tah, mil, yuk balik." kata Rivan. 

"Yuk.." sambung Kamil. 

"Ad.." Titah terpeleset dan jatuh di pelukan Kamil.

" Cantik sekali bak bidadari yang jatuh dari surga. " kata Kamil di dalam hati.

"Aduh.. Kuch Kuch Hota Hai ini mah nama nya, eh iya lupa mereka kan bukan mahram nya, mil, tah.." keluh Rivan karena melihat Titah dan Kamil berpelukan dan saling bertatapan. 

" Dag dig dug sumpah ini jantung rasa nya kaya mau copot. " kata Kamil di dalam hati lagi. 

"Ih.." Frensky merasa cemburu saat Titah berada dalam pelukan Kamil dan di saat kedua saling berpandang-pandangan dengan mesra. 

"Hadeh.., lama sekali deh tah, mil, ah.." Rivan mengeluh lagi. 

"Ih.., kok pahit ya, ini apa ya, ih.. Daun..", Frensky baru menyadari kalau dari tadi Frensky menggigiti daun. 

Kami pun masih saling bertatapan dan aku melihat senyuman nya yang sangat manis, aku tidak menyesal berada di sini sekarang.

Waktu sudah menunjukan waktunya makan malam, aku ke ruang makan Pesantren setelah shalat isya.

Setelah makan malam aku melihat Titah dan pak kyai Abdullah, kemudian pak kyai Abdullah memanggilku, pak kyai Abdullah memintaku untuk menemani Titah pergi keluar pesantren.

"Assalamu'alaikum nduk.."  

"Wa'alaikumussalam pak dhe."

"Kamu jadi foto copy soal bahasa arab nya?" tanya pak kyai Abdullah.

"Jadi pak dhe, ini Titah bawa soalnya." jawab Titah.

"Diantar siapa nduk?"

"Sendiri saja pak dhe."

"Ampun nduk, panjenengan menika putri mboten sae putri miyos dalu piyambak, Kamil.." kata pak kyai Abdullah yang kemudian memanggil Kamil. 

"Iya pak kyai." jawab Kamil.

"Kamu temani Titah ya foto copy di luar Pesantren." pinta pak kyai Abdullah. 

"Iya pak kyai." kata Kamil patuh.

"Purnomo, Paijo." pak kyai Abdullah memanggil Paijo dan Purnomo. 

"Inggih pak kyai." jawab Purnomo dan Paijo bersamaan.  

"Panjenengan ugi temani nuwun, mereka sanes mahramnya." pinta pak kyai Abdullah lagi. 

"Inggih pak kyai." kata Purnomo dan Paijo lagi bersamaan. 

"Ya sudah saya pamit pak dhe, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Eh itu si unta arab mau kemana sama dik Titah?" tanya Frensky.

"Ada apa mas?" tanya Rivan juga.

"Itu.." jawab Frensky menunjuk ke arah Titah, Kamil, Paijo dan Purnomo.

"Oh Titah sama Kamil." seru Rivan. 

"Iya mau kemana mereka berdua hmm." kata Frensky yang cemburu melihat Titah dan Kamil pergi ke luar pesantren.

"Mas gak berdua kok tapi berempat mas." kata Rivan. 

"Loroan kuwi loh van.." kata Frensky.

"Pundi ta tiyang papatan mekaten loh, mas Pur dan mas jo ugi ndherek." sambung Rivan. 

"Haa ingkang leres sampeyan?" tanya Frensky.

"Inggih saestu mas, papatan itu loh.." jawab Rivan.

Aku, Titah, mas Paijo dan mas Purnomo sudah berada di depan pintu gerbang pesantren darussalam dan akan keluar dari pesantren darussalam kami di hadang oleh Frensky.

"Berhenti.." Frensky menghentikan langkah Titah, Kamil, Paijo dan Purnomo yang akan keluar dari pesantren darussalam.

"Em si pengki lagi, si pengki lagi hmm." keluh Kamil. 

"Frensky bukan pengki, eh unta arab ngapain kamu ajak dik Titah keluar pesantren?" tanya Frensky yang menghentikan Titah, Kamil, Paijo dan Purnomo. 

"Emang kenapa kalo gua ajak Titah keluar pesantren malam hari?" tanya Kamil juga.

"Sampun, sampun ampun gelut, dados ngene mas Frensky, mas Kamil ing kengken sami pak kyai nemani cah ayu kulo medal pesantren." jawab Paijo menjelaskannya pada Frensky.

"Apa!!!, mas Pur.." Frensky kaget saat mendengar penjelasan dari Paijo. 

"Apa?" tanya Purnomo.

"Ingkang ing omongi mas jo punika sedaya ora leres ta?" tanya Frensky juga.

"Punika leres mas Frensky." jawab Purnomo.

" Punapa sanes aku ingkang ing tugaskan nemani dik Titah, ta kula sanguh njagane ugi. " kata Frensky di dalam hati.

"Dah puas kan elu sekarang Hus.. Hus.. Hus.., minggir nyonya dan tuan mau lewat." kata Kamil yang menyuruh Frensky pergi dari hadapannya.

"Songong kamu ya unta arab." kata Frensky dengan kesal.