Beberapa anak masih curi-curi pandang ke arah Aura yang sedang mandangi si cuek Jeje. Ibe yang masih mengawasi keduanya hanya bisa menggeleng. Hingga sebuah suara ketukan higheels membuat semua anak yang berada di kelas terdiam dan menatap ke depan kecuali Aura yang masih duduk dan menghadap ke arah Jeje.
"Selamat siang anak-anak," sapa sang guru yang berjalan masuk ke tempat duduknya.
"SELAMAT SIANG BU."
"Baiklah buka buku kalian hal—" sang guru pun langsung berhenti berbicara saat matanya menangkap sosok gadis yang dikenalnya bukan berasal dari kelas yang sedang ia ajar.
"Aura?" panggil sang guru itu.
"AURA?!" panggilnya lagi dengan lebih keras karena Aura tak juga menyahut.
"Ra ... sssttt Ra?" desis Ibe mencoba menyadarkan Aura yang masih betah memuja Jeje dengan tersenyum.
"AURAAA?!!"
"Eh ... iya sayang?" jawabnya terkejut. Ia langsung menutup mulutnya. Seisi kelas pun mentertawainya.
"Aura? Kamu kenapa bisa di sini?" tanya guru itu lagi.
Aura menatap guru itu dengan menyengir. "Eh ... Ibu Leni. Sehat Bu?" pertanyaan bodoh yang malah membuat seisi kelas kembali tertawa.
Guru yang ternyata adalah ibu Leni itu menggeleng sambil berkacak pinggang. "Kembali ke kelasmu, Aura!" perintah Leni pada Aura.
"Saya Bu?" bukannya langsung pergi. Aura malah bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, nama kamu Aura kan?"
"Iya," jawabnya masih dengan menyengir. "Nama saya Aurarelia Rendinald tapi kalo ibu mau panggil Aura Kasih juga boleh."
"HAHAHAHA." Seisi kelas lagi-lagi tertawa. Sedangkan Leni menghela napasnya dengan kasar.
"Kembali ke kelas mu Aura!" perintah Leni dengan tegas.
Aura yang melihat Leni akan marah langsung berdiri dari duduknya. Ia tak ingin nanti sepulang sekolah harus di sekap di ruangan wali kelasnya untuk diceramahi selama dua jam dua menit dua detik.
"Permisi ya Bu." Ia pun menundukkan tubuhnya dengan sopan. "Guys, jangan kangen gue ya?" pamitnya dengan PD yang langsung di soraki seisi kelas. "Jeje? Sampai ketemu nanti di parkiran ya?" bisiknya pelan sebelum beranjak.
Setelah Aura menutup kelas Jeje. Ia berjalan kembali ke kelasnya. Namun pelajaran saat ini membuat ia tak mempunyai minat untuk masuk ke dalam kelas. Aura pun memilih untuk berbalik haluan. Sepanjang jalan keadaan di luar kelas sangat sepi. Itu dikarenakan semua murid-murid berada di luar kelas. Aura pun berjalan dengan santai sambil bersenandung kecil tanpa takut guru BK akan memergokinya berkeliaran di saat jam pelajaran berlangsung.
Setelah sampai di tempat tujuannya; di kantin. Aura yang tak berniat makan karena merasa sudah kenyang padahal ia belum sama kali sarapan memilih untuk memainkan ponsel canggihnya.
"Jeje belum bales SMS gue ternyata," ucapnya yang baru ingat bahwa tadi malam ia menunggu balasan SMS Jeje.
"Apa SMS yang gue ketik kurang menarik ya?" ucapnya pada dirinya sendiri. "Apa gue SMS berhadiah aja ya supaya dibales? Mana tau Jeje lagi nungguin SMS berhadiah." Ia jadi cekikikan sendiri membayangkan Jeje sedang menunggu SMS berhadiah.
"Kenapa Non ketawa sendiri? Ajak-ajak dong kalo ketawa," ucap salah satu penjual makanan kantin yang sedang membereskan meja di samping Aura.
Aura menoleh ke penjual itu dengan tersenyum hangat. "Hahaha emangnya Bude mau nih Aura ajak jatuh cinta lagi? Ntar Aura dimarahin sama Pakde lagi," candanya.
"Hahaha aduh, boleh juga tuh Non. Soal Pakde ntar aja dipikirin," ucap Bude yang meladeni candaan Aura.
"Ih Bude nakal deh," ujar Aura dengan ekspresi dibuat genit. Belum selesai Aura mencandai penjual yang di panggilnya dengan panggilan Bude itu. Tiba-tiba ponsel yang di pegangnya bergetar.
-Kak Yo Calling-
"Ada apa nih?" tanyanya sembari mengangkat telfon tersebut.
"Halo Kakaknya Aura tercayang," jawab Aura dengan riang.
"Aura kamu di mana?" tanya Rio di ujung telepon.
"Di hatimu," ucapnya sambil terkekeh.
"Auraaaa!" desis Rio dengan geram.
"Di sekolah Kak Yo. Kenapa cih? Kangen ya sama Aura?"
"Iya kangen sama kenormalan kamu!"
"Ih Kak Yo kok gitu sih ngomongnya? Kaduin Mama nanti!"
"Kaduin aja! Biar Kak Yo kaduin juga apa yang kamu lakuin sama Mbak Nah."
"Cie ... cie ... ngancem Aura nih yeeee?"
"Kakak gak lagi bercanda ya Aura?!"
"Siapa bilang Aura lagi bercanda? Aura 'kan lagi telfonan sama Kak Yo. Kak Yo gimana sih?"
"Errghh ... Adik siapa sih kamu? Nyebelin banget!"
"Adik Kak Yo yang paling cantik."
"Sudahlah percuma ngomong sama kamu di telfon. Nanti di rumah aja. Ingat! Pulang langsung pulang! Jangan kemana-mana kalo gak?"
"Kalo gak?"
"Kak Yo aduin sama Mama Papa tentang apa yang kamu lakuin dari kemarin."
"Iya deh ... iya."
Setelah itu telfon pun terputus. Aura mecebikkan bibirnya sambil memandangi ponselnya yang telah ia letakkan di atas meja.
"Jadi laper abis telfonan sama Kak Yo," ujarnya sambil mengelus perut ratanya. "Bude? Siomaynya satu ya?" teriaknya kepada penjual yang tadi ia candai. "Sama air mineral dingin yang botol ya Bude?" lanjutnya.
"Siap Non!"
Aura kembali mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Dengan iseng ia membuka kontak nomor Jeje. Setelah menatap nomor dan nama tersebut cukup lama Aura menghela napasnya dengan jengah. "Kenapa sih?" ujarnya lesu. "SMS gue gak di bales? Kenapa lebih mudah deketin lo di dunia nyata dari pada dunia apa nih namanya ya? Kalo SMS dunia apa sih namanya?" ucapnya yang bingung dengan perkataannya sendiri. "Ah ... pokoknya dunia lainlah." Namun ia langsung teringat. "Eh dunia lain itu dunia hantu gak sih?" gumamnya. "Auh ah ... pokoknya dunia itulah," ucapnya lagi.
"Jeje ... Jeje—"
"Oh, jadi namanya Jeje Non?"
"Eh, Bude denger aja. Bude kepo ya?" Aura langsung mengambil siomay yang di letakkan di atas meja. "Makasih Bude," ucap Aura saat penjual tersebut memberikannya air mineral dingin yang diminta oleh Aura tadi.
"Jeje pacar barunya Non ya? Yang kemarin itu si Gior kemana? Gak pernah keliatan lagi di sekolah." Aura langsung terdiam mendengar nama yang tak ingin di dengarnya.
"Mati kayaknya Bude," jawabnya dengan wajah datar namun masih dengan sopan. Kalau bukan orang tua yang berada di hadapannya ini, mungkin Aura sudah berteriak karna telah menyebut nama lelaki yang tak ingin didengarnya sama sekali.
Bude yang mengerti pun langsung mengangguk. "Yaudah deh Non. Bude ke sana ya?" ucapnya yang meninggalkan Aura dengan mood yang berubah menjadi buruk.
Setelah wanita itu pergi, Aura menghela napasnya sambil menghempaskan sendok dan garpu dengan kasar. Ia menjadi tak bernapsu untuk makan kembali. Nama lelaki itu sangat fatal bagi mood Aura kalau ia sampai mendengarnya.
Aura langsung berdiri dari duduknya. Ia merogoh sakunya namun ia lupa kalau uangnya menghilang ntah kemana.
"Bude?" panggilnya. "Aura ngutang dulu ya? Besok Aura bayar." Setelah mengatakan itu ia langsung pergi meninggalkan kantin.