webnovel

AARAM & SANDRA

Sebuah kisah dua remaja yang terlibat pernikahan karena perjodohan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Aaram yang notabenenya adalah sahabat Sandra,Aaram juga pernah menyakiti sahabatnya Dira karena berselingkuh dengan Sona yang tidak lain adalah sahabat mereka juga. Sandra yang memiliki rasa takut untuk membuka hatinya kepada seorang pria karena rasa trauma atas kehidupan kedua orang tuanya di masa lalu,akhirnya terpaksa menerima perjodohan ini karena ia ingin melihat ibunya bahagia. Sedangkan Aaram yang pernah menyakiti hati sahabat Sandra yang bernama Dira juga pernah merasakan penghianatan yang Sona lakukan. Rasa sakit yang pernah Dira rasakan kini Aaram pun merasakannya juga. Awalnya Aaram meminta Sandra untuk menerima dan menyetujui pernikahan ini atas dasar suami istri diatas kertas. Tetapi,ketika Aaram meminta Sandra untuk melupakan kesepakatan itu Sandra menolak karena ia masih belum bisa menerima atau membuka hatinya untuk seorang pria. Bagaimanakah kelanjutan kisah Aaram & Sandra? Apakah Sandra akan mampu membuka hatinya untuk Aaram dan melupakan rasa traumanya? "Aku selalu menutup hati ku untuk pria mana pun. Bagiku semua pria itu sama saja. Sama-sama breng***." ~Casandra Arshavina~ "Aku belajar dari pengalamanku selama aku menjalin suatu hubungan dengan seorang wanita. Pengkhianatan yang pernah aku lakukan dan pernah aku rasakan,kini membuat diriku ragu akan suatu hubungan percintaan dengan wanita mana pun. Tapi,jika aku telah mendapatkan seorang istri maka aku akan menjadikannya ratu dari segala ratu dalam hidupku. Aku akan selalu ada untuknya." ~Aaram Rafasyah Rahardian~ (cerita ini masin nyambung dengan cerita The Coolest yang saya publish di tempat lain,biar tidak bingung saya sarankan baca The Coolest terlebih dahulu)

Eva_Hyungsik · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
330 Chs

Bab 25 (Kedatangan Justin)

Suara adzan subuh berkumandang,sunyi adalah gambaran yang tercipta untuk suasana saat ini. Beberapa jam yang lalu mereka masih dengan posisi yang sama,tertidur pulas dengan nafas yang teratur. Aaram terbangun karena merasakan haus. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang perempuan yang sedang tertidur di sofa bed. 

"Sandra" gumam Aaram

Aaram tidak ingin mengganggu tidur istrinya,Aaram memfokuskan dirinya pada gelas yang berisikan air mineral yang berada di sebelah kanan. Aaram merasa kesulitan karena tangan kanannya terdapat jarum infus. Aaram berusaha mengambil gelas itu dengan tangan kirinya. Sedikit lagi Aaram akan berhasil meraih gelas itu. Namun,semua terbalik gelas itu terjatuh dan pecah membasahi lantai. Suara pecahan gelas itu membuat Sandra terbangun dan cukup terkejut melihat Aaram yang sudah bangun. Sandra segera berdiri dan menghampiri Aaram. 

"Apa kamu haus? Sebentar aku ambilkan." Sandra berjalan ke arah dispenser yang memang sudah disediakan oleh rumah sakit. 

"Minumlah" Sandra menjulurkan gelas yang sudah ia isi air dan membantu Aaram untuk meminumnya. Menyanggah kepala bagian belakang Aaram agar pria itu  mudah untuk meminum. 

Tenggorokan Aaram merasa sangat lega setelah meminum air. Sandra beralih ke arah lantai membersihkan pecahan beling dan membuangnya ke tempat sampah,lalu ia mengelap air yang tumpah dengan beberapa lembar tisu. Sandra ingin keluar memanggil petugas kebersihan rumah sakit untuk membersihkan sisanya,karena masih ada sedikit air. Baru hendak melangkah untuk membuka pintu,terlebih dulu terbuka oleh Richard. Richard tidak datang sendiri,tapi bersama seorang petugas kebersihan. 

"Selamat pagi,maaf aku masuk. Tadi aku mendengar suara gelas yang pecah dari kamar ini. Jadi,aku meminta suster untuk memanggilkan petugas kebersihan untuk datang ke kamar ini." Ujar Richard memberi penjelasan pada Sandra dan Aaram. 

Sandra mengangguk "terima kasih" ucap Sandra

Richard tersenyum dan mengangguk,lalu petugas itu segera melakukan pekerjaannya mengepel lantai yang masih basah. Setelah selesai petugas itu pun pamit. 

"Tu… Tuan Richard?" Ucap pelan Aaram dan terdengar sangat lemah

Richard menghampiri Aaram yang masih terbaring,pria itu tersenyum kepada Aaram. Sedangkan Aaram masih menatap bingung dengan kehadiran Richard di ruangannya.  

"Halo,tuan Aaram. Bagaimana keadaan anda?" Tanya Richard

Aaram mengangguk "seperti yang anda lihat tuan,setidaknya aku sudah sadar dari koma." 

"Syukurlah,setidaknya Sandra tidak terlalu khawatir dengan keadaan anda lagi,karena saya tahu istri anda ini tidak pernah meninggalkan anda dan selalu setia menemani anda tuan Aaram." Pernyataan Aaram membuat semburat merah padam di wajah Sandra. 

Aaram melirik Sandra yang sedang menunduk dengan wajah yang merah. Seulas senyum terbit dari wajah Aaram. 

"Terima kasih,San." Ujar Aaram dengan suara yang pelan,tapi dapat didengar oleh Sandra karena posisi mereka sangat dekat. 

Sandra mengangguk "sama-sama ini juga kan' sebagai tanda pengabdian diriku sebagai istrimu,Ar." Jawab Sandra yang terlihat sedang tersipu itu. 

Aaram tersenyum mendengar perkataan istrinya itu. 

"Ehem" Richard berdehem 

"Kalau begitu saya pamit dulu tuan Aaram,nanti saya akan kesini lagi bersama dengan ibu saya." Ujar Richard 

"Baiklah tuan Richard,terima kasih sudah bersedia datang kesini." Jawab Aaram

"Sama-sama tuan,saya akan tetap mengontrol keadaan kalian. Karena kalian berdua sudah menjadi bagian dari hidup saya." 

Aaram mengernyitkan alisnya dan menatap Sandra untuk meminta penjelasan atas apa yang sudah diucapkan oleh Richard. 

Sandra paham arti tatapan itu,dengan terpaksa Sandra pum memberitahukannya "Richard kakak tiriku,Ar" jawab Sandra sambil menundukkan kepalanya. 

Seketika kepala Aaram menjadi sakit,pria itu meringis kesakitan. 

"Aww" rintih Aaram sambil memegang kepalanya 

"Aaram" ucap Sandra

"Tuan Aaram" ucap Richard 

Seketika Sandra dan Richard menjadi panik "aku akan memanggil dokter" ujar Sandra. 

Saat Sandra ingin keluar untuk memanggil dokter,tiba-tiba tangannya di cekal oleh Aaram. Pria itu meraih tangan Sandra dan menautkan tangan mereka

"Tidak perlu dan tetaplah disini" jawab Aaram dengan tersenyum pada Sandra,tidak lama pria itu pun memejamkan matanya kembali. Mungkin karena efek obat biusnya masih terasa,jadi tubuh Aaram merasa sangat lelah. 

"Biarkan Aaram istirahat,San. Aku akan ke kantor dulu setelah itu menjemput ibu,tadi ibu menelponku katanya ia mau kesini." 

"Hhmm,terima kasih" 

"Sama-sama" jawab Richard 

"Oh,hampir lupa nanti akan ada orang suruhanku untuk membawakanmu sarapan." Ucap Richard lagi

Sandra mengangguk "terima kasih,sebenarnya tidak perlu repot-repot seperti ini." Jawab Sandra 

"Aku tidak pernah merasa direpotkan oleh kamu,San" 

Sandra menatap Richard dengan wajah datarnya,lalu wanita itu mengangguk kembali "terserah kamu saja tuan Richard."

Richard tersenyum dan meninggalkan ruang rawat Aaram. Sepeninggalnya Richard dari ruangan itu Sandra kembali mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang Aaram. Wanita itu menatap tangan yang saling bertautan,seulas senyum kembali terbit di wajah Sandra. Lalu,ia memegang dada kirinya yang berdegup sangat tidak beraturan. Pintu ruangan terketuk dua orang  perawat masuk dengan membawa sarapan dan satunya seperti biasa mengontrol keadaan Aaram sebelum pergantian shift jaga. Setelah pemeriksaan selesai kedua suster tersebut berpamitan kepada Sandra. Wanita itu melirik ke arah jam yang berada di tangan kirinya,jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Sebenarnya Sandra sangat mengantuk sekali karena semalam wanita itu hanya tertidur beberapa jam saja. Rasa kantuknya seketika menghilang pada saat Aaram tersadar dari koma nya. Disaat Sandra sedang melamun terdengar kembali pintu diketuk,kali ini bukan oerawat atau dokter yang datang untuk oemeriksaan. Melainkan seorang pria dengan setelan kantor,wajahnya tidak asing bagi Sandra karena sebelumnya mereka memang sudah pernah bertemu. 

"Tuan Justin?" Ucap Sandra ragu

"Selamat pagi nona" jawab Justin dengan menundukkan sedikit tubuhnya sebagai tanda hormat 

"Selamat pagi juga tuan" 

"Maaf nona panggil saya Justin saja tanpa embel tuan" ujar Justin yang merasa tidak enak karena setiap bertemu Sandra selalu memanggilnya dengan tuan

Sandra tersenyum "ya,baiklah terserah anda saja Justin" 

Justin pun ikut tersenyum "saya membawakan anda sarapan untuk anda nona dan juga beberapa cemilan untuk menemani anda bekerja sambil menjaga tuan Aaram." Ucap Justin sambil menyerahkan goodie bag pada Sandra

"Terima kasih lain kali kalau anda diperintahkan lagi oleh tuan Richard tolong diabaikan saja. Saya tidak ingin terlalu merepotkan orang lain." Ujar Sandra yang merasa tidak enak merepotkan Justin

"Itu sudah tugas saya nona,oh ya bagaimana tuan Aaram? Saya dengar dari tuan Richard kalau beliau sudah sadar?" Tanya Justin

"Ya,Aaram sudah sadar tadi malam dan saat ini dia masih terlelap. Mungkin efek obat biusnya masih terasa jadi tubuhnya masih lemas." Jawab Sandra 

"Semoga tuan Aaram cepat sembuh dan bisa berkumpul dengan keluarga kembali." 

"Aamiin,terima kasih Justin" 

Justin mengangguk "saya pamit dulu nona,karena harus kembali ke kantor." Pamit Justin

"Baik Justin sekali lagi terima kasih untuk semuanya." 

"Sama-sama nona,permisi"