"Apapun yang terjadi, serahkan semuanya padaku. Kamu cukup lihat dan mempercayaiku". Kata Xiao yang masing memegang setir.
Sesampainya di depan rumah Hao Nan, Xiao dan Hao turun bersama. Akhirnya mereka kembali kerumah untuk mengobati wajah Hao yang sedikit lebam karena tamparan dari Yi Zhe.
"Nona Hao, kamu bisa mengambil surat-surat penting yang sudah Sek. Jin beritahu lewat pesan yang dia kirimkan ke ponselmu. Aku akan mengambil air untuk mengompres wajahmu". Kata Xiao dengan senyuman. Dia berjalan menuju dapur, mencari air untuk mengompres.
"Tuan Xiao, Apakah keputusanmu untuk menikahiku bukan keputusan sesaat? Aku takut, jika masa itu tiba.. Kamu tiba-tiba pergi meninggalkanku sendiri dan aku hanya bisa terdiam tanpa bisa memperjuangkannya".
Perkataan Hao Nan menghentikan langkah Xiao, dia membalikkan badan dan memeluk Hao yang terlihat tidak begitu percaya diri.
"Apa yang kamu katakan Hao Nan, Siapa yang akan meninggalkanmu?. Jika masa itu tiba, aku akan tetap memilihmu yang selalu ada disaat aku membutuhkan tempat untuk bersandar. Tidak ada hal yang lebih baik dari mendapat sebuah ketulusan". Melepas pelukannya, "Kita akan menikah siang nanti, kamu carilah dahulu dokumen yang dibutuhkan, aku akan mencari makanan untukmu sarapan". Kata Xiao lembut.
Hao Nan berjalan kearah kamarnya, perasaan Hao Nan sedikit bimbang bila memikirkan hubungannya dengan Xiao. Dia tahu kalau Xiao mengatakan banyak hal yang cukup untuk menjadi alasan dia menerimanya. Tapi perasaan di tinggalkan itu bukanlah perkara yang mudah. Tidak ada wanita yang ingin di miliki dan dalam sekejap di tinggalkan. Xiao pernah melepas tangannya hanya karena melihat seseorang, Tidak menuntut kemungkinan itu akan terjadi suatu hari nanti.
"Sebenarnya Bagaimana perasaanku yang sesungguhnya padanya? Apakah ini benar-benar cinta?". Gumam Hao Nan.
Langkahnya telah sampai di suatu kamar tanpa dia sadari, dia masuk dan mencari semua dokumen yang di butuhkan untuk mendaftarkan pernikahan di Catatan Sipil.
"Betapa bodohnya aku.. Sekarang tidak ada waktu untuk ragu. Jika aku menikah dengannya ya sudahlah! Mungkin itu terbaik. Untuk hal lain, seharusnya aku tidak memikirkannya". Gumam nya pada diri sendiri.
Disisi lain, Xiao sedang melihat isi kulkas dan melihat ada beberapa telor dan sayur. Dengan cekatan nya, Xiao memasak bahan masakan yang ada dan membuat sarapan untuk Hao Nan.
"Menikahimu adalah hal yang terbaik, entah ini perasaan cinta atau hanya perasaan saling memiliki dan membutuhkan, aku akan mengetahui nya setelah kita menikah. Tidak ada hal yang perlu disesali. Semua sudah pergi, dan yang hilang takkan bisa kembali". Gumam Xiao pada dirinya sendiri sambil terus meracik bumbu.
20 menit kemudian masakan yang Xiao masak sudah matang dengan sempurna. Dia membawa masakan yang sudah di piring ke ruang makan. Terlihat di ruang tamu Hao Nan sedang meneliti semua dokumen yang diperlukan. Xiao kembali ke dapur untuk mengambil air kompres.
"Hao Nan, apa semua sudah di persiapkan?". Tanya Xiao yang sudah kembali dengan air dan untuk mengompres.
Xiao duduk di samping Hao, mereka saling memandang. Dan dengan lembut Xiao mengompres pipi Hao yang sedikit lebam.
Aaaugh.. Hao Nan meringis kesakitan.
"Apakah masih terasa sakit? Aku akan melakukannya dengan lebih lembut. Tahanlah sedikit".
"Wanita sadis sepertimu, mengapa tidak melawan saat Yi Zhe membullymu habis-habisan. Padahal aku tahu, tidak sulit untukmu membalas apa yang Yi Zhe lakukan padamu".
"Aku hanya tidak ingin berdebat dengan hal yang tidak perlu. Terkadang diam itu lebih baik daripada banyak bicara. Lagi pula Kamu sudah mewakili semua yang ingin aku katakan".
"Kamu memang wanita yang unik. Selalu ingin berdebat hal kecil denganku, Tapi justru tidak membela diri saat ada wanita lain menuduhmu. Apa kamu benar-benar berfikir aku akan mewakilimu melampiaskan kemarahanmu?".
Setelah selesai mengompres mereka saling pandang, wajah dingin yang di tunjukkan Hao Nan dengan bibir merah mungilnya membuat Xiao tidak bisa menahan hasratnya. Xiao semakin mendekati Hao Nan dengan tatapan penuh makna. Sekali lagi Xiao akan mencuri ciuman Hao Nan, namun disaat Hao akan menerima dengan ciuman Xiao. Dia tersadar dengan apa yang dia fikirkan. Dengan cepat Hao Nan mendorong Xiao.
"Maaf, aku akan ke toilet sebentar". Kata Hao menghindar, dia beranjak dan mencoba pergi dari depan Xiao.
"Tunggu! ". Tangan Xiao mencekal pergelangan tangan Hao. "Mengapa kamu menghindar? Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?". Tanya Xiao yang jelas melihat hal gurat keraguan di wajah Hao Nan.
"Tidak, jangan sekarang Xiao. Berikan aku sedikit waktu". Kata Hao Nan mengelak.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan keraguan menyelimutimu. Aku disini untukmu, jangan pernah menanggung beban seorang diri. Aku akan selalu ada untukmu Hao Nan. Percayalah padaku". Kata Xiao meyakinkan.
Xiao menarik Hao Nan dan menciumnya dengan paksa, walau awalnya Hao Nan menolak. Tapi sisi lain hatinya mengiyakan apa yang Xiao lakukan.
'Apakah aku bisa mempercayaimu?'.
Xiao melumat bibir merah Hao Nan dengan sangat lembut, terasa manis seperti buah chery. Perlahan semakin lama semakin dalam hingga Xiao mendengar deru nafas dari Hao Nan. Xiao melepas ciumanya dan tersenyum jahil.
"Nona Hao, semakin lama gaya berciumanmu semakin baik. Terasa manis… ". Katanya jahil.
"Apa yang sedang kamu katakan Tuan Xiao? Apa aku mengizinkanmu menciumku!!! ". Tanya Hao dengan tatapan tajam.
"A.. He.. He.. Nona Hao, tidakkah kamu lapar? Aku sudah membuatkan sarapan pagi untukmu ". Kata Xiao untuk mengubah topik pembicaraan. Dia langsung pergi ke dapur untuk menaruh baskom sisa air kompres. Tatapan mematikan Hao Nan cukup tajam untuk membuat Xiao merasa kikuk.
Sore Kakak..
Maaf ya baru up, pengen bgt up tepat waktu. Tapi ada saja halangan nya. Yang paling parah kalo kepala udh pening. Haduh... Ngeblank dah.
Nih si Xiao bisa ajah ngelesnya deh. Dan paling bisa ngerayu cewe.. Modus nya kelihatan bang Xiao...
Ditunggu ya komentar dan krisannya
Jangan Lupa Vote Dan bintang Full nya
HAPPY READING