webnovel

7 Ekor Luworf VS 2 Penyihir Tingkat A

"Hutan apa ini? Tampak menyeramkan sekali meski pun di siang bolong begini," tanya Cos yang melihat sendiri pepohonan yang besar-besar di depannya.

"Inilah hutan di mana para Luworf berada. Hutan ini dinamakan warga setempat dengan nama Hutan Kematian. Konon para Luworf tiba-tiba saja muncul kembali di sini setelah beberapa tahun terakhir habis tak tersisa. Para warga pun jadi tak berani masuk ke hutan ini. Siapa pun yang masuk nantinya tak bisa keluar dan akan mati dimakan oleh Luworf," jelas Pol pada bocah berambut setengah putih setengah hitam yang berdiri di sampingnya.

"Kau benar, Pol. Entah dari mana mereka bisa muncul kembali setelah bertahun-tahun habis dibasmi," timpal Sieska.

"Baiklah, misi kali ini kita bukanlah mau masuk ke dalam hutan dan membasmi semua Luworf. Itu terlalu berat bagi penyihir tingkat A seperti kami berdua. Bahkan semua penyihir tingkat C, B, dan A guild Lumiere sendiri pun tak akan mampu membasmi semuanya" Pol mengalihkan pandangannya dari Cos ke Sieska.

"Seperti yang Sieksa bilang sebelumnya, ukuran Luworf ada yang 10 kali lebih besar dari serigala. Kau bisa membayangkan bukan raksasa buas seperti apa itu? Mungkin hanya penyihir tingkat S ke atas yang bisa membunuhnya," lanjut Pol.

Perhatian Cos beralih pada Polo yang sudah selesai menjelaskan semuanya. Polo sendiri melipat kertas yang dia ambil dari papan misi guild dan menyimpannya dalam saku baju.

"Lah terus misi kita sekarang ini apa?" tanya Cos keheranan.

"Pertanyaan bagus! Misi kita sekarang hanyalah mengawasi gerak-gerik Luworf yang nantinya tiba-tiba keluar dari hutan dan memangsa ternak warga. Hutan ini cukup luas. Maka dari itu kita hanya berfokus pada sebuah desa yang sering kali menjadi incaran para Luworf. Menurut penuturan para warga, di waktu sekarang inilah para Luworf sering kali keluar. Sieska nanti akan menggunakan kekuatan sihirnya dan aku akan gunakan pedangku. Kau teruslah berada di belakang kita berdua," jelas Polo langsung saja menarik pedang dari sarungnya.

Sieska mengangguk mantap bersiap menyapa para Luworf yang tengah kelaparan. Cos pun melangkah ke belakang guna menuruti perkataan Polo.

Benar saja beberapa menit kemudian, segerombolan Luworf yang tengah kelaparan akhirnya keluar kandang. Satu kelompok Luworf itu terdiri dari 7 ekor. Ukurannya pun betul-betul 3 kali lebih besar dari serigala biasa. Salah satu dari mereka bahkan lebih besar lagi. Bulu kidik Cos merinding saat melihat para Luworf yang besar dan hitam itu meneteskan air liur.

"Pantas saja para warga di sekitar tak bisa berkutik melawan keganasan mereka. Rupanya di kerajaan ini pun ada makhluk aneh seperti ini!" batin Cos.

"Ingat ucapanku baik-baik, Cos! Jangan coba melawan mereka dan tetap berlindung di belakang kita!" teriak Polo berusaha untuk tetap tenang menghadapi Luworf di depannya.

"Iya aku tahu," ujar Cos.

Hanya dengan sebuah tatapan dari Pol, Sieska sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Segera dia rapalkan sebuah mantra sihir berskala cukup besar. Seketika tumbuhan rambat muncul di depannya dan mulai mengikat para Luworf dengan cepat dan kuat.

"Kau memang bisa diandalkan, Sieska!" ucap Pol lalu langsung bergerak maju menyerang para Luworf yang tengah berusaha melepaskan diri.

Pol ayunkan pedang tajamnya yang sudah dialiri ES dengan sempurna sebelumnya ke leher Luworf. Mata pedang itu mempunyai warna kebiru-biruan sebiru air laut. Warna biru air laut itu menyelimuti bagian pedang yang digunakan untuk menebas.

Whuush!! Usai melompat dan berusaha mengayunkan pedang ke arah leher Luworf dengan sekuat tenaga, maka tertebaslah kepala satu ekor Luworf yang berukuran paling besar di antara para Luworf di situ. Seketika keenam Luworf lainnya mengaum bersamaan dengan keras dan semakin berusaha untuk melepaskan diri.

"Cepat habisi mereka semua, Pol! Sebelum keadaan bertambah gawat lagi!" pekik Sieska yang mulai menguatkan tanaman rambatnya.

"Keadaan bertambah gawat lagi? Kak Pol! Izinkan aku untuk ikut membantumu!" pinta Cos sudah merasa gatal ingin melawan para monster yang dia lihat.

Polo dengan cepat menghindari segala bentuk terkaman dan cakaran dari para Luworf. Meski enam ekor Luworf itu diikat dengan kuat oleh sihir Sieska dan dicekik pula lehernya, tampaknya mereka masih punya banyak tenaga.

"Gawat! Melawan para Luworf ini memang bukan misi yang mudah. Namun apa boleh buat! Aku harus cepat menyelesaikan ini sebelum para Luworf ini memanggil rekannya yang lain!" pikir Polo.

"Tetaplah berada di situ dan jangan khawatirkan aku, Cos! Calon " tegas Polo.

Dengan terpaksa Cos pun menuruti apa yang diperintahkan Polo. Cos mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa melihat Polo dan Sieska berjuang.

Usai berkata seperti itu, dengan gerakan yang luwes dari energi sihir air yang Polo miliki, satu per satu Luworf tergeletak tanpa kepala. Yang tadinya tersisa 6 ekor Luworf kekar, kini tinggal 3 ekor saja. Hanya dalam satu menit Polo berhasil menumbangkan lebih dari setengah kelompok Luworf yang muncul.

Kabarnya setiap hari hanya ada satu kelompok Luworf yang muncul. Namun berdasarkan informasi dari penyihir dan petualang lain, Polo dan Sieska tahu kalo tiap-tiap kelompok Luworf bisa memanggil kelompok yang lain yakni dengan cara mengaum sekeras mungkin. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi adanya hal tersebut, Polo dan Sieska merencanakan sesuatu.

3 ekor Luworf yang masih tersisa mengaum dengan keras seraya menggigiti tanaman rambat yang semakin lama semakin banyak dan kuat menggeliat di tubuh mereka. Tapi Polo dan Sieska sudah siap menangani hal itu. Mereka datang dan mengajak Cos karena hendak memberikan pelajaran berharga bagi bocah yang 8 tahun lebih muda dari mereka berdua itu. Dengan kata lain, mereka mengambil misi menghabisi Luworf yang mengganggu warga dengan keyakinan seratus persen berhasil.

"Lakukan sekarang, Sieska!" perintah Pol.

"Siap laksanakan, Pak!" ucap Sieska dengan senyum puas.

"Kalo pun tak bisa dicekik lehernya menggunakan tanaman rambatku, setidaknya aku bisa mengunci mulut mereka!" pikir Sieska.

Cos yang melihat mereka berdua justru bingung sendiri dengan sikap mereka yang lebih santai dari permulaan tadi. Sieska sendiri mulai mengalihkan tanaman rambatnya itu dari seluruh badan Luworf menjadi lebih fokus ke mulut dan keempat kaki mereka.

Sieska mengunci mulut para Luworf agar tidak bisa mengaum dan memanggil bala bantuan dari Luworf lain. Selain itu juga, dia semakin menguatkan kuncian di kaki Luworf agar tak bisa berkutik sama sekali. Barulah Polo menyelesaikan tugas akhirnya. Tak seperti sebelumnya, Polo kini merapal mantra sebelum menyerang. Para Luworf itu tampak tak pernah menyerah untuk melepaskan diri. Tanaman rambat yang menutupi mulutnya itu pun digigitnya sampai hampir habis. Namun tiba-tiba saja.....

Chương tiếp theo