Lionel adalah CEO Muda sukses, Tampan namun dingin sikapnya. Ia memiliki banyak musuh akibat persaingan tak sehat di antara dirinya dan para pebisnis lainnya, tak jarang Lionel babak belur akibat pertarungan dengan orang-orang suruhan musuhnya dan membuat Mama Farah tak tega melihat putra semata wayangnya terluka hingga tak sadarkan diri. Mama Farah langsung membuat keputusan, memanggil wanita muda usia di bawah Lionel yang bernama Ayumi. Mama Farah menunjuk Ayumi sebagai bodyguard Lionel, tugas utama Ayumi hanya menjaga putra semata wayangnya itu. Namun agaknya Lionel tetap tak setuju, apalagi bodyguardnya seorang perempuan yang Lionel pikir hanya akan merepotkan dirinya bukan malah membantu dirinya dalam menghadapi musuh-musuh di luaran sana.
Terdengar suara bising dalam ruangan cukup besar, semua percakapan dan ucapan orang-orang itu bisa terdengar jelas oleh Lionel yang saat ini masih tak sadarkan diri.
"Apa putra semata wayangnya saya tidak apa-apa Dok?" tanya Mama Farah pada Dokter yang ada di hadapannya.
Dokter itu langsung menganggukkan kepalanya sembari tersenyum ke arah Mama Farah.
"Tuan Deren tidak apa-apa Bu, tidak ada luka yang serius. Hanya saja pukulan di belakang lehernya yang menyebabkan putra Ibu tak sadarkan diri," sahut Dokter laki-laki paruh baya itu dengan tenang dan jelas.
Mama Farah mulai menghembuskan nafas leganya.
"Oh syukurlah," ucap Mama Farah, lega.
"Kalau begitu saya tinggal dulu," ucap pamit Dokter itu.
"Iya Dok," sahut Mama farah.
Kini Dokter itu mulai berjalan menjauh dari mereka, sementara itu Mama Farah mulai mendekati putra semata wayangnya itu.
"Kenapa bisa kau sampai seperti ini Lionel, siapa yang sudah melakukan ini pada mu?" tanya Mama Farah lirih sembari mengelus-elus kepala putra semata wayangnya itu.
Tak lama Raymond, tangan kanan Lione sekaligus sahabat dari sekolah dasar itu mulai masuk ke dalam ruangan.
"Tante," panggil Raymond dengan panik.
"Gimana Lionel?" tanya Raymond kembali, kini ia sudah berada di samping Mama Farah.
Mama Farah mulai melirik sahabat dari putranya itu.
"Masih belum sadar," jawab Mama Farah, sedih.
"Kasihan Tante Farah, pasti dia cemas sekali," gumam Raymond dalam hatinya.
"Kita tunggu saja Tan, aku yakin Lionel ini laki-laki yang kuat," ucap Raymond kini ia kembali memandangi Lionel.
*****
Beberapa jam kemudian, Lionel mulai membuka kedua matanya.
"Ma," panggil Leon, lirih.
"Lionel," sahut Mama Farah terkejut mendapati putra kesayangannya ini sudah sadarkan diri.
Dengan cepat Mama Farah mulai mendekati putranya.
"Nak," panggil Mama Farah dengan lembutnya.
"Gimana nak, mana yang sakit?" tanya Mama Farah sembari mengerutkan keningnya.
Lionel terdiam sejenak, ia malah memandangi wajah Mama nya yang terlihat jelas tengah panik.
"Kasihan Mama, pasti dia cemas sekali. Semoga Mama belum tahu apa yang terjadi, aku tak mau dia kepikiran," ucap Lionel dalam hatinya, sembari terus memandangi Mamanya itu.
"Tak Ma, tak ada yang sakit," jawab Lionel lirih sembari tersenyum manis.
"Mama cemas sekali Lio, Mama takut," ucap Mama Farah sembari mengerutkan keningnya.
Lionel mulai mengenggam tangan Mamanya dengan lembut, seraya menenangkan Mamanya.
"Tante, Lio bisa pulang hari ini," ucap Raymond mulai memberi tahu Mama sahabatnya itu.
Mama Farah mulai melirik Raymond.
"Lio baru saja siuman, masa langsung pulang," ucap Mama Farah sembari mengerutkan keningnya.
"Tak apa Ma, lagi pula Lio sudah bosan sekali di sini," sahut Lionel sembari tersenyum tipis ke arah Mama nya.
Mama Farah kembali menatap putra semata wayangnya itu.
"Benar kau tak apa-apa?" tanya Mama Farah.
"Iya aku tak apa Ma," jawab Lionel dengan cepat.
"Kalau begitu, aku urus administrasi dulu," ucap Raymond, kini ia mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.
Setelah Raymond keluar dari ruangan, kini saatnya Mama Farah mulai mengintrogasi putra kesayangannya ini.
"Lio, Mama mau tanya," ucap Mama Farah dengan nada serius.
"Iya mau tanya apa Ma," sahut Lionel dengan santainya.
"Sebenarnya kau ini kenapa Lio, kau lagi bermasalah sama saingan bisnis mu lagi?" tanya Mama Farah sembari mengerutkan keningnya.
"Aduh," ucap Lionel dalam hatinya.
"Em, bukan begitu Ma. Ini cuma salah faham saja, Mama tenang saja," sahut Lionel agak gelagapan, namun ia berusaha sesantai mungkin.
"Salah faham gimana?" tanya Mama Farah keningnya makin mengeriyit.
"Mama tenang saja," ucap Lionel sembari terus menganggap tangan Mamanya itu.
Tak lama biaya administrasi telah selesai, dan kini Lionel mulai berjalan bersama Mama Farah dan Raymond menuju ke depan.
"Pokoknya kau harus ada bodyguard, Mama tak mau lagi melihat anak kesayangan Mama ini luka luka begini," ucap Mama Farah sembari menatap wajar Lionel yang penuh luka.
"Lio bisa jaga diri sendiri Ma," sahut Lionel dengan nada malas, sembari terus melangkahkan kakinya.
Mama Farah langsung mengeriyit.
"Bisa jaga diri katanya Ray," ucap Mama Farah dengan nada meledek, sembari melirik Raymond yang berjalan di samping Lionel.
"Katanya sih bisa jaga diri, tapi tadi sampai pingsan," sambung Mama Farah dengan nada kesal.
"Kalau kau tak mau cari bodyguard, biar Mama yang carikan," ucap Mama Farah dengan jelas dan tegas.
Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya, kini mereka mulai masuk ke dalam mobil.
"Ray, ikuti dari belakang Tante," ucap Raymond.
"Iya, hari hati ya nak," sahut Mama Farah sembari menatap Raymond dari dalam mobil.
"Siap Tante," sahut Raymond sembari tersenyum manis ke arahnya.
Kini mobil Mama Farah mulai melaju, dan Raymond mulai masuk ke dalam mobilnya.
"Hallo," ucap Mama Farah mulai menghubungi salah seorang yang ia kenal.
Sementara Lionel kini mulai memejamkan kedua matanya, ia sangat amat lelah hari ini.
"Kau bisa datang ke rumah Tante kan?" tanya Mama Farah sembari tersenyum-senyum.
"Bisa Tante," jawab Ayumi dengan cepat.
"Oke," sahut Mama Farah dengan senyuman makin lebar.
"Tante tunggu ya," ucap Mama Farah kembali.
"Iya Tan," sahut Ayumi.
Mama Farah mulai menutup teleponnya.
"Turunkan aku di kantor Ma," ucap Lionel dengan kedua mata yang masih terpejam.
Sontak Mama Farah terkejut dengan permintaan putranya.
"Apa kau bilang?" tanya Mama Farah dengan kedua mata yang mulai membesar.
"Sudah babak belur begini masih mau kerja?" tanya Mama Farah dengan nada kesal.
"Tak ada, di rumah. Kau harus di rumah," sambung Mama Farah dengan tegas.
Lionel mulai membual kedua matanya.
"Ma, aku bisa mati gaya kalau cuma di rumah saja," ucap Lionel sembari mengerutkan keningnya.
"Istirahat Lio, jangan kerja terus," sahut Mama Farah dengan jelas.
"Kalau tak kerja mana bisa makan," gumam Lionel lirih.
"Tak kerja sehari saja kau masih bisa makan Lio," ucap Mama Farah dengan jelas.
"Memang hobinya kerja, jadi susah di pisahkan sehari saja," ucap Mama Farah dalam hatinya.
Tak lama tiba-tiba ponsel Lionel berdering.
"Ting ting ting," dering ponsel Lionel.
Lionel mulai melirik ponselnya, ia mulai membaca nama orang yang tengah coba menghubungi dirinya itu.
"Moza," ucap Lionel dalam hatinya, bukannya langsung mengangkat panggilan dari kekasih nya itu Lionel malah mengantongi kembali ponselnya yang masih terus berdering.
Sikap nya itu membuat Mama Farah keheranan.
"Kenapa tak di angkat?" tanya Mama Farah sembari melirik putranya.
"Panggilan tak di kenal," jawab Lionel dengan santainya.
Mama Farah mulai menghembuskan nafas beratnya.
"Kau jangan coba bohong sama Mama, Mama tahu itu telfon dari siapa," ucap Mama Farah.