webnovel

Chapter 22

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 3 menit yang lalu. Varrel meninggalkan kelasnya bersama dengan anak-anak SMP lainnya. Tentu saja murid-murid gedung SD dan SMA pun berhamburan keluar kelas untuk pulang. Sama halnya dengan Ken dan teman-temannya yang kini tengah menghampiri Varrel. Varrel pun menghentikan langkah kakinya setelah anak-anak SMA itu berdiam diri dihadapan Varrel.

"Ada apa?" tanya Varrel. Mata anak-anak SMA itu seperti tengah menahan emosi. Hal tersebut membuat Varrel sedikit takut.

"Loe bisa ikut kita sekarang? ke ruang bawah tanah" bisik Ken dan meninggalkan Varrel. Ia berbisik karena disana ada Alvin. Ia tak ingin orang lain ikut campur urusannya. Varrel mengangguk ragu.

"Vin, loe pulang duluan deh. Gue ada urusan." kata Varrel. Alvin menggangguk dan meninggalkan Varrel. Lelaki cupu itu langsung berjalan mengikuti Ken.

Mereka sampai di ruang bawah tanah. Tentu saja Ken menguji Varrel dengan menyuruhnya membuka pintu besi itu dengan password yang diketahui Varrel. Mereka berenam sangat terkejut, password itu benar dan pintu terbuka dengan otomatis. Varrel tidak berbohong akan hal ini, lelaki itu benar-benar tau password ruang bawah tanah itu.

"Varrel, sebelumnya loe pernah kesini?" tanya Ken saat mereka sudah masuk ke dalam ruangan yang berisikan senjata tajam. Ini kedua kalinya Varrel melihat langsung ruangan khusus itu. Ia terlihat terpana.

"Ya, ini yang kedua kalinya. Waktu itu gak sengaja kesini" jawab Varrel tanpa mengalihkan pandangannya melihat-lihat seisi ruangan.

"Ini adalah markas TG8." jawab Ken. Varrel melototkan matanya dan menoleh.

"Serius kak? Gila. Kok Varrel baru tau? Dan kenapa kalian tau kalau ini markasnya TG8?" tanya Varrel. Ia tak menyangka ternyata tempat ini adalah markas TG8.

"Loe akan tau jawabannya segera. Tapi sebelum itu, gue mau nanya. Loe tau sekarang TG8 dimana?" tanya Ken kepada Varrel sambil menatapnya tajam. Varrel yang ditatap tajam pun menggelengkan kepalanya. Ken membalikkan tubuhnya membelakangi Varrel, sepertinya ia enggan melihat ekspresi Varrel saat ini. Kimi tersenyum remeh saat Varrel memasang wajah bingung. Begitupula dengan Gabriel yang kini duduk dibangku dan terduduk membelakangi Varrel juga.

"Disini." jawab Mike. Varrel menoleh.

"Disini?" tanya Varrel bingung.

"Didepan loe!" jawab Gabriel. Varrel mengernyitkan dahinya dan tak lama ia melototkan matanya sangat terkejut. Tiba-tiba saja Vernatha merangkul Varrel dan tersenyum dengan manis.

"Gue Alva, Vernatha Alvaleria Hazeel. Inget kan?" kata Vernatha dan mendorong pelan tubuh Varrel. Varrel membulatkan matanya sempurna. Alva adalah Vernatha dan Vernatha adalah Alva yang dulu pernah menceramahinya.

"Gue G.B, Michael Gerald Bleecker" kata Mike yang ternyata G.B yang dulu sering bermain sepeda bersama Varrel. Varrel terdiam terpaku.

"Gue Zee, Raveena Naomi Zeigler"

"Mckenzie Jeffrey Clayton, kakak kelas yang nolak loe gabung sama TG8 " Ujar Ken dan membalikkan tubuhnya menghadap Varrel.

"Gue Stev, Gabriel Steverson Bradford. Lelaki yang dulu deket banget sama loe, lelaki yang dulu sering kasih loe nasihat aneh." Gabriel pun berdiri lalu menghadap ke arah lelaki yang mereka sebut Avan itu. Ia terlihat memasang wajah yang tidak menyenangkan. Pancaran tatapan tajam yang diberikan Gabriel membuat Varrel tak berani menatapnya.

"Dan gue gak perlu ngejelasin lagi siapa gue. Loe udah tau kan?" tanya Kimi.

"Kimiko Alnaira Raeelyn?" tanya Varrel. Gadis itu mengangguk. Varrel baru tau ternyata kakak-kakak kelasnya itu adalah anggota TG8 yang dulu meminta dirinya untuk bergabung dengan mereka. Dan kini ia tengah memegang kepalanya yang mulai terasa sakit.

"Papa loe bilang loe udah meninggal dan sekarang nama loe Varrel. Ya, berarti Avan udah beneran meninggal, mungkin loe kembarannya. Haha.." tawa Gabriel miris. Semua kenangan itu terukir kembali. Kenangan dimana berkumpulnya TG8 bersama anak didepannya ini ditempat ini.

"Gu-gue gak meninggal, gue koma selama 3 bulan dan gue bangun-bangun ada dirumah sakit." jawab Varrel jujur. Ia tak memandang lagi kakak-kakak kelasnya itu. Matanya menatap ke bawah dengan pandangannya yang sedikit buram. Rasa sakit dikepalanya semakin terasa.

"Ya gue tau. TAPI KENAPA PAPA LOE BOHONGIN KITA? SURUHAN LOE HAH?" Tanya Gabriel memarahi Varrel. Varrel sedikit tersentak. Baru pertama kali inilah dirinya diomeli Gabriel setelah sekian lama. Varrel menggeleng keras.

"Bukan, bukan gue. Gue sama sekali gak tau kalau papa bilang gitu ke kalian."

"Apa? papa loe gak bilang apa-apa sama loe? " tanya Vernatha tak percaya.

"I-iya. Papa gak pernah bilang kalau papa ngehubungi kalian."

"A-argh!" erang Varrel pelan. Ia tak bisa lagi mendengar ocehan anak-anak SMA itu. Rasa sakit dikepalanya malah membuat ia tersiksa.

"AAARGGGHH! SAKIT! SAKIT!" teriak Varrel sambil meringkuk kesakitan dan memegangi kepalanya dengan keras. Melihal hal itu membuat semuanya menatap Varrel heran dan panik. Mereka pun mencoba untuk membantunya.

"SAKIT! SAKIT!" erangnya.

"LOE KENAPA? APA YANG SAKIT?" tanya Ken panik.

"Coba buka tasnya, siapa tau ada obat." kata Gabriel. Kimi langsung merampas tas yang dikenakan Varrel dan membongkarnya. Benar saja, ada obat disana. Ia pun langsung mengambil obat itu dan memberikannya kepada Varrel yang tengah kesakitan.

"Air minumnya." Mike memberikan air minum miliknya dan kini diteguk habis oleh Varrel. Tak lama lelaki cupu itu pingsan seketika dan membuat anak-anak SMA itu semakin panik.

"DIA KENAPA?" tanya Ken.

"Gak tau. Gue rasa dia punya penyakit." kata Gabriel membuat semua orang mengkhawatirkan lelaki itu.

"Kalau dia emang punya penyakit, berarti penyakit itu ada hubungannya sama kejadian 4 tahun yang lalu." tebak Raveena.

"Bisa jadi. Tapi kalau emang ada kaitannya, seharusnya penyakitnya itu ada disekitar dada atau perut, bukan kepala." kata Mike menanggapi.

"Siapa tau pas dia jatuh waktu itu kepalanya ke bentur. Iya kan?"

"Iya juga."

"Ck, kalau dia gak bangun sampai besok, pasti papa sama mamanya cariin dia. Bisa gawat kalau orang tuanya tau kita lagi sama Avan." kata Raveena mulai panik dan diangguki yang lain. Lalu Vernatha dan Mike mencoba untuk menyadarkan Varrel, entah itu menggunakan minyak kayu putih atau menggerakkan tubuh Varrel agar terbangun. Tapi hasilnya nihil, tentu saja ia tak akan terbangun dengan mudah.

"Gimana nih? Ya kali kita harus antar dia kerumahnya. Gue gak mau nunggu-nunggu lagi. Kita perlu penjelasan tentang dia. Kenapa dia kayak gini, kenapa dia kayak gitu, pokoknya hari ini kita harus selesaikan masalah kita. Titik." kesal Kimi sedikit menaikkan nada bicaranya. Rupanya ia tak sabar jika belum menuntaskan rasa penasaran yang terus menerus ada. Bukan hanya Kimi, yang lainnya pun merasakan hal yang sama. Mereka ingin mengetahui kebenaran dan kepastian dari seorang Avan yang kini bernama Varrel dan terbaring diruangan itu.

Bersambung ...

jangan lupa vomentnya ya

Chương tiếp theo