webnovel

Chapter 23

"Argh! Kalian gak usah khawatir, gue udah sadar kok." erang seseorang membuat mereka menoleh. Varrel kini mencoba untuk duduk. Ia menatap anak-anak SMA itu dan menghela nafas.

"Kata mama, gue amnesia." lanjutnya tiba-tiba membuat mereka terkejut.

"Beberapa memori di ingatan gue hilang, tapi tenang aja gue masih ingat sama orang-orang yang gue kenal." lanjutnya.

"Sejak kapan loe amnesia?" tanya Raveena.

"Sejak hari dimana gue bangun dari koma. Waktu itu gue benar-benar gak ingat apapun, tapi papa sama mama coba buat ngingetin gue lagi. Dan alhasil gue inget kalian ya walaupun sejujurnya cuma nama aja yang gue inget. Wajah kalian dan apa yang terjadi sebelum gue koma, gue sama sekali gak ingat." jawabnya dengan nada suara yang serak. Lalu lelaki SMP itu berdehem. Semuanya terlihat terdiam setelah mendengar penjelasan Varrel.

"Kata papa, kalian ninggalin gue saat kejadian itu. Kalian mengkhianati gue, kalian tinggalin gue dijalanan. Dan saat gue koma, kalian gak datang sama sekali buat jenguk gue. Sekali pun enggak. Bahkan saat gue dipindahin ke Singapura, kalian gak mengantar gue." jelas Varrel. Seketika saja mata Gabriel melotot.

"Gak usah bohong loe, Van. Mana mungkin kita ninggalin loe disana, diantara hidup dan mati loe. Kita beneran panik saat loe kita bawa kerumah sakit, kita mati-matian saling jagain loe waktu loe koma. Kenapa papa loe ngomong kayak gitu sama loe? Padahal mereka waktu itu ada disana dan lihat KITA ada disana." jelas Gabriel dengan emosi. Nada bicaranya sedikit menaik walaupun tidak membentak Varrel.

"Tapi papa bilang kayak gitu sama gue, Stev. Gue gak tau jalan pikiran papa kayak gimana, tapi beneran bukan gue bohong. Itu kenyataan kalau papa bilang kalian gak peduli sama gue. Pastinya saat itu gua sempat gak percaya tapi papa semakin meyakini gue dan sedikit demi sedikit gue percaya. Dihati gue mulai ada rasa benci sama kalian dan-"

"KITA YANG BENCI SAMA LOE, VAN. ORANG TUA LOE BOHONGIN KITA. DIKIRA MENINGGAL ITU MAIN-MAIN HAH? KALAU LOE BENERAN MENINGGAL GIMANA?" teriak Gabriel sudah frustasi. Ken menepuk pundak Gabriel pelan, mencoba memberikan ketenangan kepada lelaki bertubuh tinggi ini. Varrel sangat terkejut dengan bentakkannya yang menggema diseluruh ruangan.

"Gue bener-bener minta maaf. Tapi sumpah bukan gue yang nyuruh. Gue gak tau apa-apa. Gue mohon percaya sama gue." mohon Varrel.

"Ck!" decak Gabriel sambil membelakangi anak SMP itu dengan kesal. Ia sudah muak dengan semua kebenaran ini.

"Asal loe tau, Van. Kita kayak orang gila pas kehilangan loe. Kita hampir putus asa saat loe gak ada dihidup kita, rasanya kayak ada yang kurang. Bertahun-tahun gue ngerasa bersalah, dan rasa bersalah itu semakin lama semakin ngebuat gue benci diri gue sendiri." ungkap Gabriel tanpa menoleh. Varrel yang mendengar itu hanya menunduk.

"Gue tau maksud papa loe bohongi kita. Dia gak mau loe berteman sama kita, dia gak mau loe berurusan lagi sama kita. Mungkin dia mengetahui kebenaran yang terjadi sama loe. Padahal gue udah kasih tau dia." lanjut Gabriel. Varrel menolehkan kepalanya menatap punggung lelaki tinggi itu.

"Lo-loe bilang sama papa tentang kejadian itu?" tanya Varrel. Gabriel berjalan menuju ke kursi dan duduk disana. Ia menghela nafas.

"Ya enggaklah. Walaupun gue udah meyakini dia tapi kayaknya dia gak percaya. Gue yakin papa loe tau kejadian sebenarnya makanya dia bohong sama kita biar kita gak menjerumuskan loe ke dunia yang sama kayak kita."

"Itu sih baru pendapat gue, seterusnya gue gak tau itu bener atau enggak." lanjutnya membuat Varrel kembali menunduk. Seketika suasana diruangan ini hening. Varrel yang memikirkan penjelasan mantan The Grazon 8 itu tak menyangka jika mereka mengatakan apa yang sama sekali tak terpikirkan olehnya. Ya, sang papa yang ia percayai itu ternyata sudah membohongi dirinya dan juga membohongi orang lain. Entah apa yang direncanakan papa Varrel sampai-sampai persahabatan anaknya dengan The Grazon 8 terpecah seperti ini bahkan menimbulkan pertengkaran. Dan yang lebih menyakitkan adalah mereka berpisah selama beberapa tahun. Tak saling tatap, tak saling berkomunikasi bahkan kini geng terkenal itu sudah dinyatakan bubar. Karena hal seperti inilah membuat Varrel serta yang lainnya sangat-sangat kecewa dengan papa Varrel atas kebohongan yang diungkapkannya kepada mereka.

"Van, gue minta maaf atas apa yang terjadi sama loe. Andai waktu itu gue gak ngajak loe jadi anggota pasti loe gak akan kesakitan kayak sekarang. Gue emang bodoh, Van. Gue minta maaf Van, maaf." ucap Gabriel tiba-tiba sambil berjalan ke arah Varrel dan bersujud padanya membuat Varrel terkejut. Suara Gabriel bergetar seperti seseorang yang tengah menangis menyesali perbuatannya. Tentu saja semuanya pun ikut terkejut.

"Loe-"

"Gue tau gue salah udah ngajak loe melihat dunia yang gak seharusnya loe lihat, Van. Gue minta maaf Van, gue bener-bener nyesel, gu-"

"APA-APAAN SIH LOE?" bentak Varrel membuat Gabriel terdiam. Varrel terlihat emosi.

"Bangun!" suruhnya.

"BANGUN!" bentaknya lagi membuat lelaki tinggi itu terbangun tanpa menatapnya.

BUG!

Terkejut bukan main. Varrel yang selama ini selalu diam seketika saja menghajar kakak kelasnya itu. Kimi, Raveena, Ken, Mike dan Vernatha tak mampu menahan emosinya Varrel. Mereka hanya bisa melihat dan menunggu apa yang akan dikatakan anak SMP itu.

"Loe gak salah, brengsek. Kenapa loe malah minta maaf? Gue gak suka loe yang lebay kayak gini. Semua ini berjalan gitu aja. Gue gabung karena keinginan gue sendiri, gue ikut tawuran karena gue pengen nunjukkin diri gue kalau gue gak selemah itu. Kecelakaan itu karena kesalahan gue. Gue kurang hati-hati dan kurang waspada. Jangan salahin diri loe sendiri karena hari itu. Gue akui gue gak inget apa yang terjadi saat itu, tapi gue yakin saat itu guelah yang salah. Bahkan kalian juga, jangan salahin diri kalian karena gue. Kalian gak melakukan kesalahan sedikit pun. Semua ini kesalahan diri gue sendiri. Ngerti?" jelas Varrel sambil memandangi semua mantan anggota The Grazon 8 itu. Mereka hanya menunduk mendengar penjelasan lelaki ini. Bahkan Gabriel pun terlihat diam saja.

"Denger, papa gue mungkin emang berbohong tentang keadaan gue. Tapi sejujur-jujurnya gue sama sekali gak menyuruh papa gue buat bohong sama kalian. Dia memutuskan hal itu sendiri. Dibelakang itu gue masih inget kalian, gue masih menanyakan keadaan kalian sama papa. Tapi nyatanya papa malah bilang kalau kalian mengkhianati gue dan ninggalin gue. Gu-"

"Tapi kita gak ninggalin loe, Van. Kita ada disana." potong Mike.

"Gue tau, gue tau loe semua ada disana. Gue denger semua ucapan kalian waktu gue koma. Sebenernya gue pengen bangun, pengen ketemu kalian, tapi rasanya susah banget buat bangun. Dan gue tau kalau kalian gak akan mengkhianati gue walaupun gue sempat meragukan kalian. Toh sekarang kalian ada dihadapan gue, kalian ngejelasin semuanya, iya kan?" lanjut Varrel. Matanya menatap keenam orang dihadapannya itu dengan sedih. Ia tak ingin suasana seperti ini terjadi, tapi mau bagaimana lagi? Ia harus meluluhkan keenam anak SMA itu, menenangkan hati mereka dengan kata-kata dan penjelasannya.

"Seharusnya gue yang minta maaf karena udah membuat kalian menunggu, membuat kalian merasa bersalah selama ini, membuat kalian sedih karena kepergian gue. Sekarang gue ada dihadapan kalian, gue Avan yang kalian kenal, gue anak berandalan yang kalian pernah marahi, dan gue salah satu anggota paling muda di TG8."

"Ayolah, guys. Semua udah selesai, yang terpenting kalian ada disini, gue ada disini dan kita kumpul lagi disini." ujarnya.

"Gue minta maaf karena udah marahi loe." kata Gabriel. Varrel menganggukkan kepalanya.

Bersambung ...

Jangan lupa vomentnya ya

Chương tiếp theo