webnovel

Part 4

Tidak semua hal yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan dengan mudah. Terkadang Kita harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu hal yang memuaskan

###

BRAKKK!! Terdengar gebrakan pintu yang di buka sangat kencang

"Lo bisa gak, kalo masuk ketuk pintu dulu?" Ucap devan tanpa melihat siapa yang membuka pintu ruangan nya.

Yang disindir hanya cengegesan tanpa dosa menatap devan. "Refleks gue buka nya, niat nya cuma pengen buka dengan gaya slow motion, eh ternyata jiwa bar-bar gue berontak" ucapnya dengan polos, lebih tepatnya pura-pura polos.

Devan yang mendengar alasan sahabat somplak nya itu hanya mendengus kesal. Apa-apaan alasan tidak masuk akal yang dia gunakan.

"Apa?" Ucap devan masih tidak menatap lawan bicara nya. "Hah?" Nathan yang tidak paham maksud dari perkataan devan hanya menampakkan wajah polosnya ples dengan muka bingungnya itu, dan itu semakin membuat devan kesal.

Devan hanya bisa menghela nafas kasar menghadapi kelakuan sahabat nya ini "maksud kedatangan lo kesini buat apaan?"

"Ohhhhhh, buat main lah, sumpek gue kalo di rumah sakit mulu"

Devan yang mendengar perkataan dari nathan terdiam dengan tampang bingung. Bukankah di rumah sakit dokter harusnya menangani pasien yah? Ini kenapa nathan bisa keluyuran begini. Dia dokter apa gimana? Kurang kerjaan kerjaan sekali dia.

"Lo dokter bukan sih math??" Nathan yang diberi pertanyaan hanya mengangguk. Bukankah devan sudah tahu pekerjaan nya seorang dokter kenapa masih bertanya dia dokter apa bukan. "Iyalah, lo kira gue apaan"

"Bukannya dokter itu tempatnya di rumah sakit yaa?? Nah lo ngapain ngejongkrok di ruangan gue??" Ucap devan sensi.

"Yaa, gu--" ucapan nathan terputus, karena kehadiran beberapa orang yang masuk ke ruangan devan. Devan yang melihat siapa yang datang hanya bisa menghela nafas panjang. Ini kenapa kelima sahabat nya pada nongkrong di kantornya, tidak bisa kah memilih tempat yang lebih elite ketimbang ruangan di dalam kantor.

"YUHUUUUUUUUUUU, DEVAN BALA-BALA KUUU, AKU RINDU KAMOHHH" teriak panji menggema dalam ruangan devan. Devan yang melihat kekakuan panji hanya menatap nya datar, sedangkan bara, nathan hanya menggeleng kan kepala nya, beda halnya dengan bima yang hanya menampakkan wajah datar nya sama seperti devan, dan sahabat devan yang satunya reyhan menjitak kepala panji karena kaget dengan teriakan nya. Bukan apa-apa reyhan menjitak kepala panji, tapi karena reyhan berada tepat di samping panji, sehingga teriakan nya hampir membuat orang jantungan karena kaget.

"Tolong yaa itu toa mesjid harap digunakan dengan sebaik-baik nya, jangan seenak jidat lo teriak-teriak, ini kantor bukan hutan" ucap reyhan dengan tampang sinis nya pada panji. Panji hanya menampilkan wajah bodo amat nya sehingga membuat reyhan kesal setengah mati.

Devan tidak urus kelakuan para sahabat nya, dia kembali lagi berkutat dengan pekerjaan nya yang sempat terhenti karena kedatangan mendadak mereka. Biarkanlah mereka semua adu bacot yang entah kapan selesai nya itu, seperti sekarang meributkan tempat duduk padahal kursi dalam ruangan nya luas dan juga besar, tapi kenapa mereka meributkan hal kecil. Devan hanya memijat pelipis nya pusing mendengar mereka semua.

"Geser dong bim, sempit ini. Lo makan tempat banyak banget" ucap panji. Bima yang malas berdebar hanya diam, biarkan saja panji berkoar-koar unpaedah.

"Bim, geser kali, lo budek yaa?" Ngegas panji lagi. "Eh malih, kursi banyak lo ngapain sih sempit-sempitnya gitu" tambah bara yang sedari tadi diam hanya menyaksikan kericuhan mereka. "Gue mau nya duduk deket devan, gak mau jauh-jauh." Devan yang mendengar rengekan panji kayak perempuan lantas menatap tajam panji, sedang yang di tatap hanya menatap devan polos seperti bayi. Dia bingung kenapa sahabat nya tidak ada yang benar semua, mungkin diantara mereka cuma devan dan bima yang waras, sisanya agak-agak.

"Kaliam semua ngapain ngumpul di kantor gue coba?" Devan kali ini tidak bisa menahan raut wajah kesalnya. Sahabatnya hanya cengengesan saat di tanya oleh devan. "Kita tuh kangen sama lo dev, susah banget cuma ketimbang ketemu lo doang berasa pengen ketemu presiden aja kitatuhhh" ujar panji.

"Kita??" Sahut nathan, dan panji hanya menganggukkan kepala nya kepada nathan. "Lo aja kali, kami enggak". Ucap bima yang sedari tadi diam angkat bicara. Semuanya hanya terbahak melihat wajah cengo nya panji. "Si bima yaa, sekali ngomong nyelekit, tau aja lo bim" ujar bara terkekeh.

Devan hanya menghela nafas panjang "gue tuh sibuk, kerjaan gue banyak". Kita juga banyak kok, tapi kagak kek lo ini ngurung diri dalam ruangan, makanya jomblo sihh makanya kagak punya doi hidup lo lempeng-lempeng aja" ujar reyhan menimpali. Devan yang mendengar perkataan reyhan hanya menatap nya datar, jomblo katanya?? Gak salah tuh yang jomblo teriak jomblo.

PLAKK!! "LO NGAPA NABOK GUE BAMBANG HAH!" ujar reyhan ngegas. "KACA MANA KACA, dev punya kaca gak sih lo?? Gue mau kasih ini anak kaca biar hidupnya ngaca" sahut nathan ikut ngegas. Yang lain hanya terbahak tapi tidak untuk bima dan bima, reyhan yang di omelin nathan hanya bisa mengerucutkan bibir nya, persis seperti anak yang tidak di belikan mainan oleh ibunya.

"Jyjyq gue jyjyq" sahut bara alay. "YA ALLAH, KENAPA REYHAN PUNYAA TEMEN GAK ADA YANG SAYANG SAMA REYHAN, KENAPA MEREKA SUKA SIKSA TERUS SUKA NGE BULLY REYHAN, SALAH REYHAN APA SAMA MEREKA SEMUA" reyhan teriak sambil mengadahkan tangan nya berdoa. Mana ada orang berdoa sambil teriak kek orang gila begini?? Yang lain hanya cengo melihat kelakuan reyhan.

"Udahlah dev, gak usah urusin ni anak, belum minum obat kek nya" ujar nathan, "Lo teriak sekali lagi, gue suntik mati lo rey, serius gue" tambah nathan lagi dengan wajah kesal nya. Reyhan hanya cengengesan.

Devan yang melihat keributan para sahabatnya hanya bisa tersenyum tipis, bahkan hampir tidak terlihat kalau tidak jeli memperhatikan raut wajah nya. Devan sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka, bisa membuat nya terhibur dengan tingkah absurd nya, kegilaan mereka, dari dengan tingkah pecicilan si rey dan panji yang bisa mengocok perut mereka dengan ke recehan nya. Devan tidak tau dia melakukan kebaikan apa sehingga bisa diberikan sahabat seperti mereka.

"Yokk pergi" ajak bara, yang lain hanya bingung menatap bara berdiri sambil merapikan pakaian nya. "Lahhh mau kemana dah??" Sahut nathan "gue lagi PW nih" tambah nya lagi.

Bara hanya memutar bola mata nya malas. "Ke akhirat, lo mau ikut??" Ujar bara tak santai. "Ohhh, makasih, lo duluan aja, gue masih mau nabung pahala dulu" ucap nya santai.

PLAKK!! Lagi, kali ini nathan yang kena tabok oleh bara. "ADOHHH!!" Teriak nathan, "wahhh, nathan teriak, bim, suntik mati bim suntik cepetan" heboh reyhan. Nathan menatap tajam reyhan. Ini yang gila siapa sih sebenarnya?? Kenapa devan jadi pusing menghadapi sahabatnya.

"Keluar lo semua" usir devan datar. Bima lantas beranjak dari kursinya. "Cafe biasa" ucapnya dan lantas langsung keluar dari ruangan devan. Yang lain hanya mengangguk, devan pun mulai beranjak meninggalkan kantornya, menyusul para sahabatnya.

###

Sesampainya ke cafe tempat biasa mereka kumpul. Cafe Garden, suasana nya yang sejuk, dan seperti nama nya garden, disini cafe nya suasana outdoor dan ada pohon-pohon kecil dan juga berbagai bunga yang cantik, menambah mesan suasana cafe makin nyaman. Di cafe ini juga banyak nya diisi oleh anak-anak remaja seperti SMA, mahasiswa, bahkan kalangan seperti mereka pengusaha muda, kalo kata orang nakss gaoll.

Saat mereka mulai masuk ke dalam cafe, beberapa perempuan langsung terpaku melihat ketampanan mereka semua, mereka datang dengan tampang datar, dengan memancarkan aura dingin. Tapi tidak membuat mata perempuan berpaling dari mereka, dingin-dingin ganteng mah jangan kasih kendor.

"Ya ampun, ternyata gue ganteng juga yaa" ucap panji mulai. Mereka hanya bisa memutar bola mata malas, terserah lah terserah panji, biar dia bahagia.

Mereka mulai berbincang-bincang mengenai kehidupan mereka dan juga pekerjaan. Mereka bersahabat sejak zaman SMA, berlanjut sampai sekarang, meskipun sewaktu menempuh bangku perkuliahan jurusan mereka berbeda-beda, tetapi sedikit banyak mereka menyisihkan waktu hanya sekedar untuk berkumpul seperti ini.

Sampai hari mulai sore, mereka lantas beranjak meninggalkan cafe dan pulang ke rumah masing-masing. Seperti devan yang sudah berjanji kepada sang mama untuk pulang ke rumah minggu ini. Saat pulang seperti ini, devan harus siap-siap di cecar omongan mama nya tentang istri. Sebenarnya devan malas membahas tentang pasangan hidup, bukan hanya tidak mau membahas tentang pasangan, akan tetapi dia belum menemukan perempuan yang klik dengan hati nya.

Entah me ala seketika kilasan ingatan nya melayang kepada perempuan berhijab di cafe depan kantor nya tersebut. Seminggu sudah dia tidak pernah lagi melihat wajahnya, entah ada magnet apa dia dengan sang perempuan itu ketika dia menatap mata indah nya tersebut.

###

Tak berselang lama, mobil devan sudah masuk kedalam komplek perumahan orang tua nya. Devan membunyikan klakson mobilnya untuk memberi tahu kepada satpam penjaga rumah orang tuanya, rumah ini sangat luas, bahkan seperti nya tidak bisa disebut rumah melainkan mansion. Megah bukan? Di depan nya ada taman yang tidak terlalu luas tidak terlalu kecil juga, di taman itu ada air mancur nya dan ada ikan hias nya juga, di tambah ada tanaman serta bunga-bunga hias milik sang mama, ada juga kursi untuk bersantai saat sore hari.

Devan sampai di depan pintu rumah, dan dia mengetuk pintu. Meskipun ini rumah orang tuanya, dia mempunyai akses untuk masuk dengan sebebas yang dia mau, tapi devan bukan anak seperti itu, dia tetap mengetuk pintu rumah.

"Assalamu'alaikum mahh, devan pulang" ucapnya sambil menyalimi tangan sang ibu, setelah pintu di buka kan oleh asisten rumah tangga. "Anak ganteng mama pulang, yuhuuuu" devan hanya tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah mama nya. Terkadang devan merasa bersalah dengan orang tua nya karena meninggalkan mereka jauh dari rumah, tapi mau bagaimana lagi, letak kantor devan sama rumah orang tua nya lumayan jauh.

"Papa belum pulang ma?" Tanya devan sambil mengikuti mama nya duduk di ruang tamu. "Udah, itu lagi di kamar lagi mandi" sahut mama nya tersenyum sambil mengusap lembut rambut anak lelaki semata wayang nya.

"Kamu udah makan nak?" Tanya sang ibu, devan hanya mengangguk, dia duduk di samping mama nya, dan perlahan tiduran di atas pangkuan sang ibu, devan semakin nyaman rebahan di pangkuan nya karena elusan tangan ibunya di rambut devan, sehingga tidak berapa lama dia sudah terbang ke alam mimpi. Sebelum tertidur dengan pulas dia sempat mendengar gumaman sang ibu "Selamat tidur, pangeran nya mama" dan berakhir kecupan yang dilayangkan di kening devan oleh sang ibu.

Chương tiếp theo