webnovel

Part 5

"Hai, kamu! Perempuan bermata seindah senja"

###

"Gimana pekerjaan kamu di kantor dev?" Tanya ayahnya setelah makan malam berakhir. Devan yang tadi sibuk menyeka mulut nya dengan tissue pun mendongak melihat ayahnya.

"Alhamdulillah lancar kok pah, kalau papa gimana pekerjaan nya?? Lancar??" Devan balik bertanya kepada ayahnya yang di balas anggukan oleh beliau.

"Kamu udah nemu calon istri dev? TUH KAN! Pasti dibahas ini mah oleh orang tuanya, ini yang membuat Devan terkadang malas pulang ke rumah. Dia selalu di cecar sama orang tua nya masalah pasangan hidup. Dipikir gampang kali yaa nyari istri yang bakal nemenin seumur hidup??

Devan hanya menghela nafas panjang mendengar pertanyaan sang ayah. "Belum pah, papa sama mama sabar yaa, kan gak bisa langsung instan buat nyari istri yang baik, pernikahan itu ibadah terpanjang, devan gak mau asal pilih perempuan buat di jadiin sahabat hidup devan. Devan harus benar-benar nyari yang klik dihati devan. Devan harap mama sama papa bisa ngertiin devan, devan pasti nikah kok tapi mungkin belum sekarang karena devan belum nemu perempuan yang pas buat hati devan" setelah mengatakan itu, devan langsung berlalu ke kamar pribadi nya yang ada di rumah orang tuanya.

Bukan bermaksud tidak sopan terhadap orang tuanya, tapi devan sedang malas membahas tentang topik yang isinya selalu sama "Istri" devan tahu orang tuanya mengkhawatikan dirinya dan berharap dia segera menikah, tapi devan juga tidak bisa sembarang pilih perempuan. Ini masalah pernikahan, bukan hanya sekedar pacaran yang apa-apa kalo berantem bilang putus terus nanti nyambung lagi, bukan devan tegaskan bukan. Pernikahan itu merupakan ibadah terlama, kehidupan yang penuh lika-liku rumah tangga. Andai pernikahan kayak membalikkan jemuran semudah itu, maka semua orang juga bakal milih menikah. Tapi sayang dunia rumah tangga tidak sesimple itu gaizz.

Devan termenung di balkon kamar nya, dia sendiri bingung, bukan maksud devan terus menunda permintaan orang tuanya, tapi you know that! pernikahan gak sesimple, selucu dan semenggemaskan bayi yang baru lahir. Butuh kemantaban hati dari kedua belah pihak, harus siap lahir dan batin. Karena kalau cuma siap lahir tapi batin tidak ya percuma takutnya salah satu diantara mereka suka terlibat cekcok dalam rumah tangga.

"Huftt, Ya Allah" desah frustasi devan. Devan mengambil gitar kesayangan nya yang sengaja dia tinggal di rumah orang tuanya. Perlahan jari nya memetik senar gitar dan menghasilkan nada yang indah. Suara nya yang lembut mulai menyanyikan lirik demi lirik lagu yang di nyanyikan nya dengan penuh penghayatan. Sambil terus bernyanyi devan sambil menatap langit yang malam ini terlihat cerah, banyak bintang di atas sana, dan bibir devan melengkung melihat betapa indahnya kuasa Allah atas ciptaannya.

Bintang yang bersinar terang seolah tengah menghibur nya dalam kegundahan yang sedang dia hadapi. "Hai bintang, terimakasih sudah menghibur, kamu selalu terlihat indah dengan cahaya kilau mu" Devan termasuk orang yang menyukai bintang, bukan hanya bintang dia pun juga menyukai senja, baginya senja itu adalah perpaduan antara ketenangan, kebahagiaan dan kenangan.

Puas dengan menatap bintang, devan memutuskan untuk mengistirahatkan badan dan juga pikirannya dari lelah nya aktivitas hari ini, berhubung besok weekend devan memutuskan akan pulang besok sore, paginya dia memutuskan untuk jogging, lagipula dia sudah lama tidak berolahraga karena kesibukan urusan kantor.

###

Devan mengerjapkan matanya ketika mendengar adzan subuh berkumandang, dia pun mulai bangkit dari kasur ternyaman nya, dia segera bergegas untuk bersiap-siap untuk pergi ke musholla komplek nya untuk sholat subuh berjama'ah.

Jarak antara rumah orang tuanya dengan musholla yang ada di komplek itu memang tidak besar tetapi alhamdulillah selalu ramai dengan orang-orang. Setelah selesai sholat subuh berjama'ah, devan bergegas pulang untuk bersiap-siap untuk jogging pagi ini sesuai dengan rencana nya kemarin.

Diruang makan, dia sudah melihat sang ibu tengah menyiapkan sarapan pagi mereka, untuk sang ayah beliau belum pulang dari musholla Karena devan melihat beliau tadi sedang berbincang-bincang dengan tetangga mereka.

"Assalamu'alaikum mama ku yang cantik" Salam devan sambil mencium punggung tangan ibu nya di lanjut dengan mencium kening beliau. Hal ini selalu dilakukan oleh nya dan sudah menjadi kebiasaan nya. Sang ibu hanya tersenyum melihat putra semata wayang nya ini, andin dan ardi begitu bersyukur memiliki devan dalam hidup mereka, anak semata wayang mereka yang mereka bangga-banggakan.

"Wa'alaikumussalam, anak mama yang ganteng, papa mu mana sayang?" Tanya andin kepada Devan. "Papa tadi lagi ngobrol sama Pak danu mah" Pak Danu itu adalah tetangga mereka, anak Pak danu juga berteman dengan devan, Ari namanya. "Yaudah mah, aku mau siap-siap dulu buat jalan pagi yaa mah, aku pamit ke atas dulu" pamit devan dan diangguki oleh andin. Tidak berselang lama devan pamit, ardi datang dan menyapa istri nya tersebut.

"Devan mana mah??" Tanya ardi setelah duduk di ruang makan sambil menikmati teh yang telah dibuatkan oleh andin. "Dikamar, mau siap-siap jalan pagi katanya" jawab andin sambil menata sarapan pagi mereka. Tidak berapa lama devan turun dengan setelan baju olahraga, kaus putih dengan celana training warna hitam serta menggunakan sepatu sport miliknya yang bewarna navy dengan lis putih, dan jangan lupakan jam tangan hitam yang melekat di tangan kiri nya. Penampilan devan memang terlihat sangat tampan hari ini, dia yang menggunakan pakaian olahraga tidak dengan pakaian kemeja dan juga jas.

Kemudian dia duduk di samping kiri sang ayah sambil mengoles roti dengan selai coklat kesukaannya. Ardi yang melihat devan tidak sarapan dengan nasi hanya mengeryitkan dahi nya bingung, "kamu gak makan nasi dev??" Tanya sang ayah yang di jawab oleh devan dengan gelengan kepala sambil tersenyum. "Gak pah, aku nanti mau makan bubur ayam aja yang ada di taman komplek, kangen makan bubur di sana" di balas anggukan oleh ardi dan senyuman andin.

Meskipun mereka hidup dengan berlimpah harta, mereka tidak mempermasalahkan devan makan yang ada di pinggir jalan sekalipun selama makanan tersebut halal dan sehat. Andin dan ardi juga tidak pernah melarang atau mengekang devan, selama apa yang dilakukan anaknya tersebut masih wajar dan masih dalam konteks tidak kemana-mana mereka membebaskan devan. Setelah selesai sarapan devan pun pamit untuk lari pagi.

###

Saat devan sedang berlari kecil di taman tersebut tidak jarang mata perempuan menatap devan terkagum-kagum. Devan hanya menampilkan raut datar dan dinginnya. Mata tajam nya menatap lurus ke depan, Devan merasa risih sebenarnya tapi mau bagaimana lagi, daripada repot-repot mikirin orang yang sedang menatapnya lebih baik devan makan bubur ayam kesukaannya.

Sesampainya devan di tempat bubur ayam kesukaan nya, devan segera memesan pesanan nya seperti biasa. "Ehh ada mas devan toh, lama gak kesini mas, kemana aja??" Tanya mang dadang penjual bubur ayam tersebut sambil tersenyum. Devan hanya tersenyum "iya nih mang, di kantor lagi sibuk-sibuknya kerjaan di kantor, jadi jarang pulang ke rumah mama" devan sadar bahwa para perempuan yang juga sedang makan bubur di sana terpana melihat devan tersenyum . Devan bodo amat.

Setelah pesanan nya datang, devan langsung menyantap bubur ayamnya. Saking nikmat nya dia menyantap bubur ayam tersebut dia tidak menyadari keadaan sekitar nya lagi karena terlalu fokus dengan bubur sambil bermain handphone, sampai dia tersadar karena mendengar suara yang tidak asing di telinga nya, lantas dia langsung mendongak kan kepala nya dan betapa terkejut nya dia saat tahu suara tersebut adalah suara perempuan yang tidak pernah dia lupa.

Chương tiếp theo