webnovel

Noel arc: maaf Bunda

di Panti Asuhan Beverly

"Bunda, Noel pulang" sahutku

"Noel, kamu kemana saja? Kenapa tidak mengangkat telepon bunda?" tanya bunda dengan nada cemas.

-N e w C h a p t e r-

"Hapeku mati karena lowbat bun"

"Kamu ngapain aja sampai pulang jam segini?"

"Aku tadi ke sekolah baruku bun, aku sudah resmi diterima disana" jawabku dengan bangga.

"kamu sudah diterima? Trus bagaimana dengan biaya sekolahnya nak? Selama ini kan biaya sekolahmu ditanggung beasiswa dari naungan Beverly. Kamu bisa dapat uang dari mana untuk membiayai sekolah barumu nak?" tanya bunda

'Oh iya, biaya sekolah' batinku.

Aku belum sempat menanyakan hal tersebut. Tidak, lebih tepatnya lupa menanyakan hal tersebut. Terbuai dengan teman-teman baru yang menyambutku dengan ramah aku melupakan komponen terpenting untuk pindah sekolah, yaitu biaya yang harus dikeluarkan. Melihat interior dalam gedung yang estetik pastinya biaya sekolah di Undar kan mahal.

"I-itu... Oh! Bunda, aku ada ide! Gimana kalau menggunakan uang yang selama ini diberikan orang tua kandungku. Kalau tidak cukup, tinggal minta lagi ke mereka kan?" cetusku

"Apa? Tinggal minta lagi? Apakah bunda pernah nengajarimu untuk berpikir seperti itu Noel?!" seru Bunda Marie dengan nada marah.

"emang apa yang salah bun? Selama ini mereka nggak pernah peduli padaku sampai harus nitip ke sini. Anak-anak lain sampai menganggapku sebagai anak haram yang tidak diinginkan. Tapi, mereka ada benarnya sih, mana ada anak yang dibuang ke panti asuhan disaat kedua orang tua kandungnya sendiri masih hidup?" jawabku dengan nada emosi karena mengingat orang tua kandungku.

-PLAKK-

Bunda menamparku dengan mata berkaca-kaca. "jadi selama ini kau menganggap adik-adikmu itu sebagai anak buangan juga?"

Tamparan bunda menyadarkanku bahwa aku telah mengatakan hal yang salah.

"B-bukan begitu, bun" jawabku sambil gelagapan

"anak-anak lain mengatakan itu karena tidak tahu alasan dibalik keputusan orang tuamu Noel, Orang tuamu adalah orang yang baik. Bagaimana bisa kamu berencana memanfaatkan kebaikan mereka?" Lanjut bunda

"Bukannya selama ini mereka memberikan uang jajan untuk melepas rasa bersalah mereka saja?" Tanyaku

"itu kan persepsimu sendiri, selama ini mereka berusaha untuk berbicara denganmu. Bukan mereka yang mengabaikanmu Noel, tapi kamu yang mengabaikan mereka. Setidaknya, kamu harus mendengar alasan mereka."

"Terus aku harus bagaimana bun?"

"batalkan sekolah barumu, kita akan bicarakan baik-baik dengan John. Tadi bunda sudah kerumah John. Katanya ia sudah mencoba untuk menghubungimu berkali-kali tapi kamu tidak menjawabnya."

Tiba-tiba pikiranku kosong. Tertawa bersama dengan teman-teman baruku, makan bersama, kami bahkan berjanji untuk ke kafe bersama lain kali.

Semuanya terasa seperti mimpi. Mimpi yang telalu indah. Dan, aku tidak ingin mengakhirinya begitu saja.

"Bunda, Apa tidak ada jalan lain? Apakah aku harus tetap bersekolah di tempat yang bahkan tidak memperlakukanku dengan adil?"

"Jangan menyerah nak, kalau kamu menyerah sama saja dengan kamu kalah. Bunda percaya kamu adalah anak yang kuat. Kalau diusahakan, bunda yakin John akan membantumu untuk memberitahu kejadian yang asli ke kepala sekolah"

'John, john, dan john lagi, kenapa aku harus berharap kepada orang yang telah mengkhianatiku? Toh juga akhirnya akan sama saja. Seorang pengkhianat tidak akan berubah dalam sehari.' batinku.

"Begini bun, bukan masalah menyerah, menang atau kalah. Aku, telah menemukan sekolah baruku, berkenalan dengan anak-anak disana, walaupun awalnya kelihatan meragukan, tapi pertama kalinya aku merasa sangat semangat untuk bersekolah." ucapku untuk membujuk bunda.

"Terus biayanya bagaimana? Kamu tau kan, kalau kamu tidak bisa membayar biayanya mereka tidak akan menerimamu, kamu sama saja dengan putus sekolah."

"Aku...akan cari kerja sambilan, bun"

"kerja sambilan mana yang bisa menutupi biaya sekolah, Noel? Dunia nyata tidak senaif pikiranmu" Ujar bunda

"akan kubuktikan" Cetusku

"Buktikan?" tanya bunda

"akan kubuktikan kalau aku bisa membiayai uang sekolahku sendiri. Oleh karena itu, bisa bunda rahasiakan masalah pindah sekolah dari orang tuaku kan?" tanyaku.

"untuk saat ini, baiklah akan bunda rahasiakan. Tapi tidak ada masalah yang bisa dirahasiakan selamanya Noel. Cepat atau lambat mereka akan tahu." jawab bunda

"oke bun, terima kasih dan maaf karena telah merepotkan bunda dengan masalahku" ujarku dengan mata berkaca-kaca karena merasa bersalah dengan perkataanku barusan.

"tidak ada yang perlu untuk dimaafkan Noel. Kamu tidak melakukan kesalahan. Kemarilah" ucap bunda dengan mata berkaca-kaca sambil melapangkan tangannya.

Aku memeluk bunda dengan erat. Membayangkan betapa beratnya beban yang harus ditempuh bunda untuk merawat kami di panti asuhan, ditambah lagi masalahku yang makin menambah beban pikirannya.

2 hari setelahnya, Rabu 16 September 2020.

UNDAR CYBERSCHOOL

-JAM 13.00-

di kelas sebelum jam pelajaran.

"Anyyong yorobun!!!" sapa Sa yoo

(A/N: Anyeong= halo, yorobun= semuanya)

"Sore" jawabku

"Ih, Noel. Kalau aku ngomong anyyong balesnya juga anyyong" sahut sa yoo

"a-anyong?"tanyaku gelagapan

"yes, kira-kira kek gitu" jawab sa yoo

"maap nih ya, sekedar saran aja. Tolong ajaran sesatnya dikurangin dikit" ceplos Lucas

"ini bukan sesat tauk" ketus sa yoo

"Aku mau nanya sesuatu" ucapku

"oh? Mau nanya tentang kpop? Easy, Aku bisa jawab semua kok" jawan sa yoo

"b-bukan kpop, gini. Kalian... Biaya sekolah perbulannya berapa?" tanyaku

"Oh... Kalau masalah uang sekolah kamu bisa tanya ke Pak Junet" jawab Sa Yoo

"Pak Junet hari ini nggak kelihatan ya" sahut Jean

"Oh, Jean tumben datengnya cepet. Iya nih, Pak Junet lagi sibuk mengemban tugas dari orang tuaku" jawab Sa Yoo

"hah? Gimana?" tanyaku dengan kebingungan.

"oh? Kamu belum tau ya? Pak Junet itu manager sekolah ini sekaligus manager perusahaan milik orang tua Sa Yoo." ujar Jean.

'Sama seperti Kevin yang merupakan sponsor terbesar di SMA Beverly, apa Sa Yoo juga sponsor terbesar di sini? ' tanyaku dalam hati.

"jadi maksudnya, orang tua Sa Yoo salah satu sponsor besar sekolah ini?" tanyaku.

"bukan sponsor besar kok. Tapi bisa dibilang orang tuaku pemilik tunggal sekolah ini" jawab sa yoo.

'Aku tahu, memiliki sekolah bukanlah hal yang mudah bahkan untuk orang kaya sekalipun. Sebenarnya, Sa Yoo sekaya apa sih?' batinku.

"Oh iya, mengenai uang sekolah?" kembali ke topik pembicara sebelumnya aku pun menanyakan ulang masalah biaya sekolah.

"oh iya, kalau gitu aku coba nelfon Pak Junet dulu."

[ada apa menelfon saya nona muda?] tanya Pak Junet di telepon yang saat itu dalam mode speaker.

"Ssaem, Noel mau bicara mengenai biaya sekolah sama ssaem." jawab Sa Yoo.

(A/N: ssaem= sebutan untuk guru atau yg lebih dihormati)

"halo, pak." sapaku.

[Halo, Noel bisa mendengarkan suara saya?]

"bisa pak" jawbaku

[Untuk biaya sekolah, tergantung kesanggupan masing - masing orang tua murid. Biaya minimal untuk saat ini adalah 1,3 juta perbulan dan biaya maksimalnya 10 juta perbulan.]

'Hah? Biaya minimal perorang saja 1,3 juta? Benar kata bunda, bagaimana bisa kerja sambilan nenutupi biaya sekolahku?' batinku.

"Tidak ada program beasiswa atau semacamnya ya pak?" tanyaku.

[Untuk program beasiswa saat ini, kami belum ada.] jawab Pak Junet.

"Kalau kerja sambilan. Apakah ada kerja sambilan di sekolah ini?" tanyaku

[... bisa dibilang ada. Tapi, kami hanya merekrut anak - anak berbakat. Kalau kamu punya bakat dibidang tertentu, mungkin dari pihak sekolah bisa mempertimbangkan.]

"T-tidak ada sih pak, tapi aku orangnya gigih. Aku bisa melakukan kerjaan apapun kok."

[begini Noel, maksud saya 'anak - anak berbakat' contohnya Lucas. Dia bekerja sampingan bekerja sampingan sebagai pegawai bagian admin dan IT security system karena kejeniusannya di bidang IT."

"Pak! Gigih juga bakat pak! Emang ada ya orang yang sukses tapi tidak gigih?" potong Jean.

[maaf, saya hanya memberitahukan syarat yang dibuat dari sekolah.] Pak Junet

"Begini, sebenarnya aku terdesak oleh biaya uang sekolah pak. Bundaku tidak bisa membiayai biaya sekolah disini. Kalau seandainya ada yang lagi mencari kerja sambilan, jangan sungkan tanya aku ya pak"

"Junet ssaem, mengenai masalah ini akan kubicarakan dengan kepsek, Ssaem juga coba bicarakan dengan orang tuaku ya" ucap Sa Yoo.

[...] Pak Junet sempat terdiam.

"Halo? Ssaem? telfonnya belum putuskan?"

[Tidak seperti biasanya. Nona kan paling malas membicarakan masalah mengenai sekolah] jawab Pak Junet.

"Ayolah ssaem, ya?"

Author's note :

Makasih yang sebanyak-banyaknya buat kalian yg udah meluangkan waktu untuk membaca cerita prematur seperti ini :D

Ini cerita pertamaku, jadi mohon dimaafkan ya kalau plot nya kurang bagus atau ada typo

SANGAT MEMBUTUHKAN SARAN DAN KRITIKAN

Silakan beri ulasan dan komen kalau suka atau tidak suka dengan ceritaku ini.

Jangan lupa ditambahkan ke rak buku ya frenssss

God Bless You All

LIA_JXYcreators' thoughts
Chương tiếp theo