webnovel

CHAPTER 35

Duduk didepan meja rias, Freya tengah mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. ia sudah rapi memakai pakaian kerjanya.

melalui pantulan cermin ia melihat Kevan baru keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit dipinggang seperti biasanya. Tubuh dengan pahatan sempurna itu pasti akan membuat semua wanita terpesona bila melihatnya dengan kondisi bertelanjang dada seperti itu.

" apa sebaiknya kamu istirahat dulu saja dirumah, sayang."

ucap Kevan sambil membuka lemari pakaiannya.

" tidak, Kevan. aku baik-baik saja."

jawab Freya lalu berjalan ke arah Kevan membantunya memilihkan baju yang akan dipakainya hari ini.

" pakai yang ini saja ! "

ucap Freya menarik baju kemeja warna biru laut dari hungernya.

Kevan pun mengangguk setuju lalu memakainya.

tiba-tiba Freya merasa pusing dan reflek memegangi kepalanya.

" kau kenapa ?"

Kevan menangkap wajah istrinya lalu mengangkatnya hingga wajahnya mendongak.

" kamu pucat, sayang."

ucap Kevan dengan matanya memperhatikan wajah Freya.

" ayo berbaringlah, akan ku periksa dulu. "

dan Freya diam menuruti perintah suaminya itu.

Kevan bergegas mengambil tas medis diruang kerjanya. lalu memeriksa kondisi kesehatan istrinya. mulai dari memeriksa mata birunya, mulut, detak jantung dan area perut dengan alat bantu stetoskopnya.

" apa disini terasa sakit ? dikhawatirkan lambungmu kambuh lagi. "

tanya Kevan saat menekan area perut Freya.

" tidak sakit."

jawab Freya.

" lalu apa yang kau rasakan sekarang ? jawab yang jujur jangan ditutup-tutupi ! "

ucap Kevan sambil menatap tajam.

Freya mencibir.

" aku tidak apa-apa, Kev. hanya akhir-akhir ini sering pusing. mungkin aku hanya butuh vitamin saja."

" jangan suka menyepelekan penyakit, sayang. aku akan membawakan mu vitamin nanti sore. sekarang aku butuh darahmu untuk ku bawa ke lab."

ucap Kevan sambil membuka kemasan suntikan.

" tidak. aku tidak mau, Kev."

Freya langsung beranjak turun dari ranjang dan berlari keluar kamarnya.

" hey, Freya !!"

teriak Kevan memanggil istrinya itu namun tidak digubrisnya. lalu Kevan menyusul keluar kamar.

didapatinya Freya didapur sedang memanggang lasagna ditemani bibi Yusa, asisten rumah tangga Kevan dan Freya.

Melihat Kevan berada dihadapannya, Freya merasa ketakutan.

" jangan paksa aku disuntik, Kev."

Ucap Freya memohon.

" apa kamu takut jarum suntik ?"

tanya Kevan menyeringai.

Freya mengangguk pelan.

seketika tawa Kevan meledak.

'ha ha ha ha...'

" istri dari dokter Kevan takut jarum suntik ? luar biasa."

ledek Kevan tak hentinya tertawa.

" sialan !! terus saja meledek ku sampai puas."

ucap Freya kesal.

lalu ia duduk dimeja makan sambil membawa piring berisi lasagna panas yang baru keluar dari oven.

Kevan mendekat lalu duduk di depan Freya.

" sejak kapan kamu jadi suka lasagna ?"

tanyanya sambil melirik ke makanan yang masih berasap itu.

" sejak tadi pagi. tiba-tiba saja lidah ini ingin makan beef lasagna. makanya aku minta bi Yusa membuatkannya. "

ucap Freya sambil memonyongkan mulut meniupkan lasagna panasnya

" aneh."

gumam Kevan.

***

" yakin kamu mau tetap masuk kerja ?"

tanya Kevan yang mengantar Freya ke ruang kerjanya.

" iya. sekarang pergilah. aku mau bekerja."

ucap Freya mengusir halus suaminya.

" oke baiklah. tapi kamu jangan cape-cape ya. aku mau ke atas menemui papa James menyerahkan berkas yang akan dibawanya ke Scotlandia. terus nanti langsung ke rumah sakit. kalau sempat nanti sore ku jemput. "

Freya hanya mengangguk mendengar penjelasannya yang panjang lebar itu. dan Kevan pun akhirnya berlalu dari hadapannya.

terdengar Emily dan Jessie tertawa cekikikan dibalik layar komputernya masing-masing.

" hey, ladies. apa kalian menertawakan ku ?"

tanya Freya kesal.

" tidak, Fre. aku hanya menertawakan tuan Kevan saja."

jawab Emily.

" iya, Freya. ternyata tuan Kevan itu romantis dan takut sama istrinya."

kata Jessie tertawa.

" awas ya aku adukan kalian, biar dipecat sekalian."

balas Freya mengancam seraya menyunggingkan senyumannya.

" bener itu, Fre. laporkan saja. biar tau rasa kalian."

ujar Thomas ikut-ikutan mengompori.

" sialan kamu, Thom."

umpat Emily.

dan mereka pun larut dalam kesibukan pekerjaannya masing-masing.

Chương tiếp theo