webnovel

CHAPTER 36

Sinar matahari yang berada di batas garis terbarat cakrawala seakan tak ingin pergi tanpa kesan yang mendalam, Freya pun menatap langit senja dibalik jendela ruangan kerjanya. Awan-awan yang bentuknya tak beraturan membentuk barisan yang terlihat artistik dan menggoda.

" mengapa kau belum pulang ? temanmu semua sudah pulang, Fre."

tiba-tiba Larry datang dan mendapati keponakannya itu masih ada diruangannya.

Freya hanya melirik sekilas.

" apa menunggu Kevan menjemput mu ?"

tanya Larry yang kini berdiri disamping Freya yang asik memandangi jalanan ibukota melalui kaca jendela.

" tidak. aku hanya ingin disini dulu."

jawab Freya datar.

" baiklah terserah kamu. aku akan pulang sekarang."

ucap Larry membalikan badannya pergi.

" aunty Larry !", sergah Freya.

Larry menoleh kembali.

" apa Papa sudah berangkat ke Scotlandia ?"

" iya, Fre. tadi papamu pergi bersama Brandon."

" kok aunty tidak ikut menemani papa ?"

" aku lagi sibuk. ini kan akhir bulan, Fre. banyak laporan yang belum ku bereskan."

Freya mengangguk-angguk pelan. tiba-tiba kepalanya jadi pusing. badannya terasa lemas.

" kau kenapa ?"

tanya Larry menyadari ada yang berubah dari moodnya Freya.

" ayo pulang, biar ku antar kau kerumah. "

Larry menarik tangan Freya.

" tidak usah,aunty. jarak rumahku lumayan jauh dan berlainan arah. sebaiknya antar aku sampai mendapati taksi didepan saja."

jawab Freya sambil menggelayuti lengan Larry.

" oke. dasar anak manja."

ucap Larry.

***

didalam taksi tiba-tiba perut Freya kembali merasakan mual. kepalanya semakin pening dan keringat dingin mulai bercucuran.

Sopir taksi itu pun melihat tingkah penumpangnya dari balik kaca spion tengah.

"nona ? apa nona baik-baik saja ?"

tanya sopir itu sedikit panik.

" aku mual, rasanya ingin muntah mencium parfum mobil anda, tuan."

jawab Freya sambil memegang perutnya.

sopir itu pun langsung membuka laci dashboard nya lalu mengambil beberapa kantong kertas didalam nya.

" ini nona. tolong jangan muntah didalam taksi ku."

sambil menyodorkan pada Freya.

tak lama kemudian Freya memuntahkan isi perutnya kedalam paper bag itu.

' huwee...huwee..'

" tuan, bisa tolong menepi sebentar untuk membuangnya ?!"

pinta Freya setelah selesai membersihkan mulutnya dengan tissue.

taksi itu pun menepi, dan Freya segera keluar sebentar untuk membuang paper bag yang sudah berisi itu.

" nona, apa sebaiknya saya antar anda ke rumah sakit saja ? sepertinya anda sedang tidak sehat. "

ucap sopir itu tampak khawatir.

" baiklah, tuan. kita ke St.O'neill Hospital."

jawab Freya akhirnya.

mungkin ini saatnya Freya harus memastikannya ke dokter spesialis kandungan mengingat dirinya yang sudah seminggu lebih belum mendapatkan haid dan sering mual muntah seperti gejala kehamilan saja.

sesampainya disana, Freya mengunjungi bagian receptionist.

" maaf. apa dokter Daniel praktek hari ini ? saya hendak berobat."

melihat Freya yang datang dan bertanya, para receptionist itu langsung berdiri hormat seakan baru menyadari bahwa yang datang itu istri dari CEO rumah sakit ini.

" oh nyonya Freya. Dokter Daniel baru saja selesai jam praktek nya. tapi ia masih ada didalam ruangannya. kalau berkenan akan saya telpon dulu dari sini."

" oke, tolong telponlah sekarang ! "

wanita muda itu langsung bergegas menelpon ke ruang praktek dokter daniel.

" hallo "

" maaf dok, ini ada nyonya Kevan disini hendak memeriksakan dirinya."

" nyonya Kevan ? nyonya Freya maksudmu?"

" i...iya dok."

" oke, antarkan nyonya Freya ke ruangan ku "

dan telpon pun ditutup.

Freya dengan diantar seorang suster masuk ke ruang praktek nya dokter Daniel.

" kamu kenapa, Fre ? apa kau hamil ? "

tanya Daniel tanpa basa-basi lagi.

Freya mengernyitkan dahinya.

" belum kau periksa sudah bisa mendiagnosa bahwa aku hamil ? hebat sekali dokter Daniel ini."

ucap Freya tersenyum miring.

Daniel pun malah tertawa.

" so apa keluhan mu, nyonya ?"

tanya Daniel langsung menatap serius.

" gini, sudah seminggu aku telat datang bulan. lalu sering mual-mual dan sakit kepala. badan rasanya cepat lelah."

jelas Freya.

" sudah coba pake testpack ?"

" belum."

" apa Kevan tau tentang ini ?"

Freya menggeleng.

" suami macam apa dia. membiarkan istrinya menderita sendirian begini."

umpat Daniel dalam hatinya.

" berbaringlah, Fre. akan aku USG perutmu. apakah ada tanda-tanda kehadiran juniornya Kevan didalam rahim mu itu."

Freya menurut saja. ia berbaring dibantu susternya. membuka bagian perutnya yang telah diberi cairan gel dingin, lalu benda yang bernama transducer itu mulai ditempelkan di kulit perutnya dan digeser-geser oleh tangan Daniel sambil sorot matanya tertuju pada layar monitor besar dihadapannya.

" disini memang sudah isi namun belum terlihat jelas. sepertinya kamu memang hamil, Fre. usianya masih sekitar tiga minggu. "

" apa kau serius, Daniel ? "

" memang kau pikir aku bercanda ?"

mendengar itu Freya hanya menggigit bibir bawahnya. Lalu setelah pemeriksaan USG selesai, Freya langsung bergegas menuruni tempat tidur pasien dan duduk kembali dikursi penjelasan dokter.

Daniel menatap serius ke arah Freya yang duduk dihadapannya.

" apa kau senang dengan kehamilan ini ?"

Freya mengangkat bahunya.

" entahlah. awalnya aku memang ingin menunda kehamilan. tapi kalau sudah begini, naluri keibuan ku mulai luluh. aku menginginkan bayi kecil ini lahir dengan selamat."

ucap Freya sambil mengelus-ngelus perutnya dan tersenyum bahagia.

Daniel pun tersenyum.

" Freya yang malang." lirihnya dalam hati.

" oiya, apa Kevan masih berada disini ?"

tanya Freya dengan semangat tiba-tiba mencari suaminya.

" sudah pulang dari jam empat sore. apa tadi ia tidak menjemputmu ke kantor ?"

bola mata Freya membulat. lalu menggelengkan kepalanya.

" apa dia langsung pulang ya ?"

gumam Freya.

" kau tidak menelponnya ?"

tanya Daniel kemudian.

lalu segera Freya merogoh ponselnya didalam tas untuk mengetahui keberadaan Kevan.

" tidak aktif."

suara Freya melemah.

" kemana dia ? apa jangan-jangan..."

gumam Daniel dalam hatinya kesal terhadap kelakuan Kevan akhir-akhir ini.

" baiklah. kalau gitu aku pulang sekarang. takutnya Kevan sudah menungguku dirumah. "

ucap Freya kembali semangat sambil beranjak pergi dari duduknya.

" aku akan mengantar mu, Fre."

" tidak perlu Daniel. aku sudah terbiasa naik taksi."

" kali ini kau tidak bisa menolak ku. ingat kau sedang hamil. aku tidak mau terjadi apa-apa dengan mu. "

ucap Daniel segera mengambil kunci mobil yang tergeletak diatas mejanya itu.

" baiklah, tuan dokter."

jawab Freya akhirnya mengalah.

.

.

.

jangan lupa Like and Coment 🤗😘

Chương tiếp theo