Temaram Bandung Kota Kembang. Awal mula Arie berkenalan dengan Wina. Wina gadis desa yang ayu, berparas mirip Nike Ardilla, jatuh cinta dengan Arie. Namun dalam perjalanan cintanya Arie mendapat godaan dengan Widi yang ia kenal dari biro jodoh di radio. Wina dan Arie sempat putus nyambung dengan kehadiran orang ketiga. Namun akhirnya Arie tetap memilih Wina. Arie balikan lagi dengan Wina. Hingga akhirnya percintaannya kebablasan. Mereka sejatinya punya anak diluar nikah, tapi bagaimana mereka merangkai cerita seolah olah anaknya hadir setelah menikah. Dalam tahun tahun berikutnya ada godaan dalam rumah tangga dengan seorang dokter yang menyukai Wina dan godaan penyanyi bar terhadap Arie. Bagaimana kisah selanjutnya. Cerita ini penuh dengan drama percintaan. Siapkan tissue ... bukan untuk mengusap air mata, tapi mengusap lendir lendir anda bila ikut menghayatinya. Ada nuansa sex. Jadi pastikan anda cukup umur untuk membacanya.
Matahari beranjak ke tengah tanda siang sudah menampakkan wajahnya. Suasana hening hanya coretan demi coretan para peserta try out ganesha operation. Bandung walau siang hari tapi masih tetap dibilang dingin bagi orang orang luar. Tak terkecuali Wina dan Arie. Dua insan yang sedang belajar menggapai masa depan.
"Susah enggak try outnya?" sapa Arie ke Wina yang duduk disampingnya. Padahal ia tidak pernah mengenalinya.
"Lumayan" jawab wina singkat.
Wina sosok yang manis. Cantik rambut sebahu. Gadis desa yang ayu. Desa kelahiran artis cantik Desy Ratnasari yakni Sukabumi.
Sementara Arie tinggi kurus dan tampan. Orang sering memanggilnya rudolfo atau ricardo. Serial 'little massy'. Karena rambutnya klimis tidak dibelah hanya disisir ke belakang dan lumayan agak gondrong untuk ukuran cowok.
Bel berbunyi tanda usai try out UMPTN. Kalau sekarang namanya SPMB. Mereka ngikutin try out ganesha operation di purnawarman Bandung.
"Oh ya kenalin, aku Arie. Kamu?" tanya Arie memberanikan diri. Mereka beranjak dari tempat duduk mereka dan menuju jalan raya.
"Saya Wina .. oh ya .. aa dari mana?" wina lumayan berani nanya Arie. Terlihat gurat senyumnya. Lumayan menawan. Selintas mirip almarhum Nike Ardilla.
"Aku sih udah kuliah, di politeknik ITB. Cuma kepengen masuk kedokteran UNPAD, tahun kemaren gak jebol hehehe jadi ya mau ikutan UMPTN lagi lah" jelas Arie
"Emang kuliahnya mau dilepas? Bukannya susah masuk Politeknik ITB. Khan sayang. 'Na juga mau nyoba ke Politeknik ITB. Nanti boleh khan nanya nanya?" wina memberanikan diri.
"Wih berani amat nih anak" pikir Arie
"Oh iya boleh, mana kertasnya" Arie meminta.
Kemudian Arie menuliskan alamat rumahnya. Maklum jaman dulu belom ada HP seperti sekarang. Jadi paling surat suratan aja.
Sebulan berlalu. Arie sebetulnya sudah melupakan wina. Karena hanya kenal begitu aja tidak ada kepikiran memacarinya.
Selain Arie juga sudah punya pacar SMA nya di kampungnya. Namanya Novita. Gadis imut mirip Novia Kolopaking.
"Triingg" bunyi bel rumah.
Ada tukang pos ternyata.
"Dek ada surat nih. Arie khan?" tanya tukang pos
"Oh iya maksih ya..." jawab Arie setengah penasaran.
"Perasaan baru kemaren aku tulis buat si Ncie kok udah ada balesannya sih" gumam Arie dalam hati. Karena suratnya gak ada nama pengirimnya.
Memang Arie senang sekali kirim surat ke sahabat dan temen deketnya. Ncie salah satunya. Wanita cantik temen sekelasnya waktu di SMA. Gebetan sih tapi gak serius serius amat. Cuma seru seruan jadi sahabat pena.
"Aa Rie ... ini 'Na, masih ingat enggak waktu ketemu di try out di Purnawarman.
Aa ... 'Na kepengen banget masuk politeknik.
Jurusan kimia. Kalau kalau UMPTN nya gak masuk, 'Na maulah masuk ke politeknik. Boleh khan tanya tanya. 'Na sekarang ada di Sarijadi di rumah nenek. Kalau ada waktu kesini ya. Makasih ya
Dari 'Na"
Begitu kira kira isi suratnya. Arie sejenak mengingat ngingat ...
"Oh Wina ..." Arie mulai mengingatnya
Hari beranjak sore. Arie kedapatan harus jaga di Rumah Sakit Hasan Sadikin karena pamannya lagi sakit di opname.
Semalaman Wina hanya berpikir apa suratnya sudah sampai enggak.
"Kok Arie belom datang juga ya" wina berpikir sataker kebek. Ya enggaklah mosok sataker kebek. Biasa aja keles.
Sementara nun jauh disana. Kira kira 5 km antara Hasan Sadikin dan Sarijadi. Arie mulai teringat akan Wina. Karena paras wajahnya yang lumayan ngangenin.
Pagi buta Arie beranjak dari Rumah Sakit, demi menggapai cintanya. Loh kok cinta. Jadian aja belon hihi. Arie rela lari pagi sejauh 5 km. Ke rumahnya neneknya Wina guna bertemu neneknya. Lah kok neneknya ya Wina lah.
"Ting tong" bel berbunyi begitulah bunyinya. Kalau "tit tiiit" itu bunyi klakson.
"Aa Rie yaa" Wina menepuk Arie dari belakang
"Looh kirain ada dirumah" jawab Arie terkaget kaget hingga terkencing kencing. Lebay dehh lebayy.
"Iya nih mau lari pagi, kirain gak jadi dateng" Wina menjelaskan
"Waduh aa tadi udah, ya udah Aa Rie temenin y... atau mau ke rumah Aa Rie di Sukagalih enggak?" ajak Arie
"Ada siapa emang ... malu ahhh" Wina tersipu malu. (idiih males banget bacanya)
"Enggak ada siapa siapa kok, cuma kedua kakakku" jawab Arie aneh. Katanya gak ada siapa siapa tapi ada kedua kakaknya.
"Iihh aneh Aa Rie nih, lucu dech. Katanya gak ada siapa siapa tapi ada kakaknya.
"Hahaha ... iya ya. grogi soalnya. Abis ketemu cewek cantik sih" Arie menggombalinya
Wina kempis kembung idungnya dipuji Arie.
Sambil lari pagi keduanya tampak akrab. Seperti sudah lama berteman. Padahal ini baru pertemuan kedua kalinya.
Tak sungkan sungkan Arie mendorong Wina yg kelelahan. Sementara Wina terasa nyaman. Cieeee nyaman. Malah sesekali Arie menarik tangan Wina.
"Idiih tangannya basah Aa" ujar Wina
"Iya tangan aa memang basah dari kecil" jawab Arie
"Hati hati jantung loh, enggak periksa?" tanya Wina
"Enggak lah, ngapain. Kata orang bakal banyak duit kalau tangan basah. Khan pepatah mengatakan tangan basah banyak duitnya" Arie mengarang
Hari beranjak siang. Kedua insan hanya bercanda tawa.
Wina dan Arie mutar muter Bandung tak terasa sudah sampai Alun Alun Bandung. Dulu masih belom menyatu masjid dengan alun alun. Dan masih banyak bis dari terminal kebon kelapa sebelum ada terminal leuwipanjang.
Arie bersenda gurau bersama Wina di alun alun Bandung. Tak terasa mereka sangat dekat. Bahkan Arie bersandar dipunggung Wina. Wina juga merasakan ada keanehan atas hubungan mereka. Keakraban dan kehangatan. Waktu menunjukkan sudah Waktunya sholat Dzuhur. Merekapun bergegas melakukan sholat Ashar. Ya sholat dzuhurlah. Mosok Ashar.
Selesai sholat Ashar. Arie menunggu Wina melipat mukenanya.
Kemudian mereka beranjak ditepian Jalan Dewi Sartika.
"'Na ... ada yang mau aa omongin" ujar Arie
"Iya ada apa aa" jawab 'Na singkat
Arie berdiri ditepian jalan raya sementara Wina berdiri ditrotoar didepannya.
Digapainya tangan Wina. Wina tampak gerogi.
"Kok Arie aneh" pikir wina berkecamuk. Setengah suka dan illfeel.
"'Na ... Aa Suka sama Wina" ujar Arie singkat
"Apaa" Wina kaget
"Iyaaa Arie Suka Sama Wina" Arie menegaskannya.
Antara perasaan senang dan kaget
"Tapi khan kita baru kenal Aa" Wina menimpali
"Ya gak tahu, pokoknya tiba tiba ada perasaan itu" Arie menegaskan kembali.
Keheningan lama menemani. Wina hanya berkaca kaca. Tidak ada jawaban. Tanda gadis cantik ini sebenarnya juga menyukai Arie.
"Aa pulang yuk. Wina disuruh pulang nanti sore ke bogor" Wina memecah kebisuan.
"Hah kok cepet amat" Arie kaget terkencing kencing (call back)
"Iya papih suruh wina kuliah di bogor, tinggal sama A Dodi sama Teh Tita" terlihat gurat kekecewaan wina
"Emang maunya wina gimana?" tanya Arie
"Maunya sih Wina kuliah di jurusan teknik kimia di politeknik ITB tapi papih maunya Wina kuliah di jurusan komputer di gunadarma biar nanti kerja langsung sama Aa Dodi" wina menerangkan
"Oooh ... ya udah istikhoroh dulu" nasehat Arie.
"Mau gak nanti nemenin Wina ke terminal?" tanya Wina
"Boleh boleh" jawab Arie singkat.
Tak lama mereka berlalu dari Alun alun bandung. Naik angkot jurusan sukajadi.
Disepanjang jalan di angkot Arie memegang tangan Wina. Wina sesekali melepaskan genggaman tangan Arie. Agaknya Malu dilihat para penumpang angkot.
"Aah Aa Rie nii bikin wina deg degan aja" Wina terlihat gerogi. Arie tak melepaskan genggaman tangannya. Terasa hangat tangan Wina. Bercampur sedikit basahnya tangan Arie. Sesekali Wina mengusap tangan Arie. Yang memang suka berkeringat.
"'Na Mau gak jadi pacar Arie?" Arie semangat sekali mengutarakan rasa sukanya. Sambil sesekali menciumi tangan wina.
"Aa yang serius... yang bener aa. Khan kita baru kenal. Aa yakin?" tanya wina
"Iya aa serius sama wina. Aa suka sama wina. Mau ya jadi pacar aa?" Arie mengulanginya lagi.
Akhirnya Wina menganggukkan kepala.
Arie senangnya bukan main ...
"Iya bener???" Arie setengah tak percaya.
"Iyaa ... " Wina meraih tangan Arie ke dadanya. Memberi tanda bahwa iya juga sayang sama Arie dari dadanya.
Hari menjelang sore. kedua insan baru aja jadian tapi harus berpisah kembali.
Wina mengambil tas dan memasukkan kembali pakaiannya.
Mereka pamitan kepada sang nenek.
"Nek. Wina pulang dulu ya. Nanti wina ke sini lagi. Wina mau ujian di bogor" wina mengulurkan tangannya. Mencium tangan neneknya.
"Oh nya atuh nyii ... kadenya dijalan. Salam ka si apih nya...nini mah teu tiasa mekelan nya" ujar neneknya.
Sesampainya diterminal ada keharuan dari Wina juga Arie. Mereka harus berpisah. Padahal mereka baru juga jadian.
"Tuh bisnya neng" ujar Arie memanggil neng..
"Iya Aa....Doain Wina ya ... nanti wina kirim surat yaaa... heu heu" tampak wina menangis
Winapun naik bis yg ditujunya. Dari kaca belakang Wina melambaikan tangannya sambil bercucuran air mata perpisahan ...Arie pun membalasnya sampai lari mengejarnya. Arie pun tampak menangis. Namun bispun berlalu.... Mengiringi kepergian Wina guna mencapai cita cita ayahnya tuk kuliah.
***
3 Bulan berlalu. Akhirnya Wina ngikutin kemauan orang tuanya jadi kuliah di Gunadarma ngambil Jurusan Komputer. Wina harus mengubur impiannya sementara di Teknik Kimia. Sementara Arie kandas lagi menjadi dokter walau sebenarnya keterima di Arsitektur ITB namun tidak diambilnya. Arie tetep melanjutkan di jurusan baru di Politeknik ITB. Jurusan Telekomunikasi.
Arie juga aktif menjadi Menwa atau Resimen Mahasiswa. Berbagai kegiatan berbau militer diikutinya. Panjat tebing, turun tower, pembinaan di Kompi BS. Dan menjadi Kepala Biro Humas.
Wina semakin langsing. Karena setiap hari harus berjibaku naik kereta pagi pagi pulang sore. Gunadarma di Depok sementara ia tinggal bersama bibinya di Bogor. Bukan dengan A Doddy dan Teh Tita.
Bibinya, Nendar agak keras, sedikit jutek mengharuskan wina masak dan cuci baju kepunyaan anak anaknya. Sebagai imbalan ia boleh tinggal dirumahnya. Terkesan seperti kisah bawang merah dan putih.
Namun disitulah Wina belajar hidup perih. Ayahnya sebetulnya seorang petani kaya raya. Tapi bagi ayahnya anaknya harus kuliah tidak boleh jadi petani sepertinya makanya ia kuliahkan Wina. Namun di Kampung halaman Wina di Pelabuhan Ratu belum ada perguruan tinggi waktu itu.
Kepergian Wina ke Bogor dengan harapan agar kelak mendapat pekerjaan di kota. Tidak seperti gadis pelabuhan ratu yg rata rata langsung nikah setelah lulus SMA.
Ditengah kesendirian, Wina pada malam hari selalu memetik gitar memainkan lagu lagu romantis. Wina memang agak sedikit melow. Perasa. mendekati cengeng. Namun kini dirinya terhibur oleh candaan Arie.
Arie sering nelpon. Malam hari walau terkadang harus antri di wartel. Lagi lagi jaman dulu mana ada HP.
"Kriiing .... kriiing" bunyi telpon membuyarkan lamunan Wina.
"Itu pasti aa" Wina kegirangan
"Win aya telpon ti Aa Rie....." teriak Nendar
Nendar walau jutek tapi gak jahat. Wanita paruh baya ini sudah ditinggal mati oleh suaminya. Dulu suaminya kaya raya. Nendar yang merupakan adik kandung ibunya wina harus seorang diri membesarkan ke empat anaknya. Ada miranti yang cantik sebaya dengan Wina dan kakak adeknya.
"Duuu Aa Ariee cieee" goda miranti ke Wina
Wina hanya tersenyum malu karena hampir tiap hari Arie nelponin Wina
"Hallo sayang ... apa kabarnya ?" tanya aa Arie
"Iya aa... baik. Aa dimana?" Wina balik nanya
"Ya di Bandunglah mosok di Jakarta, kangen ya" Arie candain Wina
"Iya aa.... kesinilah 'Na kangen sama aa" Wina tanpa malu malu.
"Aah aa malu neng... emang gak apa apa sama bibi kalau kesana?" tanya Arie
"Ya gak apa apalah. Malah sering nanyain loh. Mana sih Aa Rie tuh katanya" rayu Wina
"Emang 'Na cerita apa tentang Aa?" tanya Arie lagi
"Ya semuanya lah. Aa Arie suka kirim surat. Ngegombalin di surat. Suratnya panjang sampai 8 Lembar kayak novel hihi" jawab Wina jujur
"Iiih malu atuh neng aa...." Arie menimpali
"Gak apa apa. Ganteng katanya pake baju menwa" ujar Wina
"Ya udah nanti aa kesana ya" Arie memberi harapan.
Seminggu terasa lama bagi yg kangen.
Ariepun merencanakan kepergiannya ke Bogor.
Jaman dulu Bandung Bogor terasa jauh.
"Mut ... kamu khan tinggal dibogor ya ....?" tanya Arie ke Muti temen kuliahnya.
"Iya Rie ... kenapa? Cie cieee kangen sama Wina Yaaa?" goda Muti karena dia tahu kalau Arie sering cerita kedekatan dengan Wina
"Nanti bareng ya. Tahu khan alamat ini?" tanya Arie
"Ya tahulah ... oh cewek lu tinggal disitu?" tanya muti
"iyalah" jawab Arie.
"Ya udah sabtu ini gua pulang. Nanti bareng ya!" ajak muti
Sabtupun datang. Kuliah siang. Sorepun mereka beranjak ke terminal kebon kelapa. Dulu masih ada bis. Kalau sekarang sudah dipindah ke Leuwipanjang.
Dibis Muti dan Arie duduk bersebelahan.
Entah kenapa ada setan menyelinap diantara mereka. Terlebih dinginnya AC bis. Arie memeluk Muti. Dan menidurkan pipi muti di pahanya Arie. Dan pipi yg satunya bersentuhan.
Mungkin manusiawi. Muti seorang cewek dan Arie seorang cowok yg lagi melow pengen ketemu Wina.
3 Jam sudah mereka duduk berdua di bis. Akhirnya tiba di Bogor.
"Rie ya udah tinggal dirumahku aja besok ke Winanya" Muti nawarin
"Mut sorry tadi di bis ya. Aku peluk kamu. Habis dingin" Arie beralasan
"Iya gak apa apa. Tapi lu jangan mainin Wina loh" ungkap Muti
"Iya iya... nih sebagai hadiahnya aku kasih foto juga buat kamu. Foto aku" Arie menberikan foto gantengnya.
Sudah 3 foto ia bagikan. Satu ke tetangga nya yg juga pacar lima langkahnya. Gak seriusan. Cuma tukeran foto dan sering dijodo jodoin tetangga kalau 17 agustusan. juga acara lainnya. Bagi Arie pacarnya kini cuma Wina. Novita pacarnya minta putus karena Arie gak pernah nengokin dia sementara dia dijodohkan orang tuanya.
Dan sekarang Muti pacar semalam di bis saja. Karena ia temen kuliahnya.
Muti cuma terbawa suasana saja. Muti juga lumayan cantik. Doi lulusan dari Luar Negeri di Australia. Makanya Muti Jago bahasa Inggris.
"Mut aku pamit dulu ya ... makasih loh udah ngasih tumpangan. Jadi aku naik angkot apa ke rumahnya?" tanya Arie
"Dasar lu playboy ya .... tapi gak apa apa. Aku maklum juga. Udah lupain semalam di bis ya, lu cari cari kehangatan lu ya" muti nyinyir
"Iya sorry sorry... tapi kok lu diem aja" Arie tak mau kalah
"Gue khan cewek Rie ... mana bisa nolak. Ya udah gpp. Salam sama Wina ya lu naik 06 aja. Nanti tanyain sama abangnya daerah lu dimana langsung sampe itu depan rumahnya" jelas Muti
"Ya udah maksih yaaa bye.... mmmuachh" Arie melambaikan tangan
"Dasar lu playboy hahha" lirih muti sambil nyengir.
Sesampainya di rumah nendar tempat Wina tinggal.
"Assalammualaikum" Arie memijit bel
Bel yang ada assalamualaikumnya.
Kemudian muncul wanita paruh baya. Dalam bayangan Arie mungkin ini namanya Nendar. Bibi Wina.
"Ohh ... Aa Arie ya...." Nendar mempersilakan masuk
"Iya tante ... Temennya Wina" jawab Arie
"Wina sering cerita... udah tau kok tante. Sebentar ya ... tante panggilin Wina" Tante Nendar ramah menyapa.
Apa Wina aja yang baper. Baik kok tante nendar. Entah mungkin kalau dibelakang.
Kalau cuma sekedar nyapu atau bersih bersih wajarlah. Namanya juga numpang. Nendar pun tak memberikan tarif kos. Walau begitu, papihnya Wina sering bawain beras buat Nendar. Maklum sawah papihnya Wina banyak sekali. Termasuk orang terpandang. Walaupun tetep saja dimata Nendar adik ipar papihnya wina atau bibinya wina, memandang rendah seorang petani. Walaupun petani kaya sekalipun tetap dianggap petani. Dulu sebelum suaminya meninggal, Nendar hidup glamour modis, karena suaminya bekerja di perpajakan. Sekarangpun masih terbawa sifat glamournya. Setelah suaminya meninggal.
Wina datang menghampiri
"Eh aa.... katanya berangkat tadi malam. Jadi tadi malam nginep dimana hayoo" Wina menyalami
"Oh ditempat Muti ... temen kuliah" jawab Arie
"Temen apa temen" ledek Wina
Mungkin karena Arie sudah berjodoh sama Wina dan Winapun peka. Mungkin ada perasaan cemburu dan curiga.
"Ya temenlah ... dia baik loh, dia yg nunjukin aa ke rumah Na ada salam dari Muti katanya" Arie sebetulnya merasa bersalah.
"Oh iya waalaikum salam, bentar aa ... mau dibikinin apa? Susu apa es nutrisari ?"tanya Wina
"Apa aja gak usah ngerepotin" jawab Arie formal
"Masa jauh jauh gak dikasih apa apa Bentar ya kemaren 'Na bikin makanan special buat aa" Wina sambil berlalu
Dibawanya secangkir extra puding. Memang Wina ini pandai bikin kue. Juga pandai masak.
Mereka Ngobrol asik sampai malam.
"Win kita kedepan yuk, gak enak di ruang tamu terus. Bibi mungkin mau duduk di ruang tamu." ajak Arie
"iya aa" Winapun berlalu digenggam tangannya Arie.
Malampun tiba. Suasana romantis. Entah setan apa yg datang. Pastinya bukan setan kemarin. Wina duduk di kursi. Tapi Arie berdiri disampingnya.
"Win tutup matanya" ujar Arie
"Ada apa aa..." Wina penasaran.
"Tutup aja" Arie menyuruhnya.
Wina menutup matanya. Tiba tiba ada kecupan di pipinya. Winapun tersenyum. Sambil membuka matanya.
"Ih aa nakal" tapi wina kelihatan senangnya.
Sekarang kecupan itu ditambahnya dipipi satunya. Wina merasakan senang. Senyumnya yg tulus menandakan Wina benar benar mencintai Arie dari dalam hatinya. Kecupanpun beralih ke dahinya tanda Ariepun menyayangi Wina. Kecupanpun diarahkan ke hidung dan mata Wina. Namun sebagaimana cinta orang dahulu. Mereka gak berani ciuman bibir. Karena mereka menganggap itu bagian dari nafsu. Sedang berduanya saling menyayangi.
Sekarang giliran Arie yang duduk dikursi. Giliran wina mencium pipi Arie. Dan dagu Arie. Winapun mencium dahi Arie.....
Begitulah bulan sudah mulai meninggi. Tanda telah larut malam.
"Aa ... wina bikinin susu dulu ya buat aa. nanti aa tidur dikamar tamu ya aa" kata wina
"Oh ya ... iya dech ... makasih ya 'Na"
Arie sangat senang.
Hari itu hari pertama ia mencium seorang wanita. Pujaan hatinya.
Mungkin esok akan berpisah kembali.
Antara Bandung dan Bogor Cinta bersemi ...
***
Dear Arie,
Na sayang Arie. Na gak mau kehilangan Arie.
I want you know and believe that you everything i want, everything i need, fond and fondly only you, i dont wanna lose you because i really love you
Embung uang sabongsang
(enggak mau uang sekeranjang kecil)
Hayang duit sapeti
(Pengen Uang satu peti)
Embung ka uang ka barang
(Enggak mau ke uang ke barang)
Hayang Ka Arie anu pasti
(Pengen ke Arie yang pastinya)
Jangan kecewain 'Na ya
Wina sangat jatuh cinta sama Arie
Setiap hari Wina nangis inget Arie
Kangen Arie. Padahal Wina sudah gak kuat tinggal disini. Tiap hari bibi suka neken Wina harus bangun pagi, masak terus Wina berangkat kuliah pagi pagi naik kereta dari Bogor sampai Depok kurang lebih 2 jam
Capek sebetulnya aa... Belum lagi habis pulang Na harus nyuci kadang nyetrikain baju adek adek anaknya bibi. udah gak tahan sebetulnya aa.
Wina pengen deket terus sama Arie peyuk n cium Arie. Wina inget Arie bersandar dipunggung Wina terus Arie nyatain Suka sama Wina
Terus Wina inget kita main bombom car sama sama.
itu yg Wina kenang ...
Hanya foto Arie jadi penyemangat Wina. Udah rusak habis Wina cium dan terus cium foto Arie.
Oh ya Aa ... besok Wina pulang ke pelabuhan ratu. Arie bisa ikut enggak?
Wina mau kenalin ke papih ...
Tapi Wina malu. Wina mah orang desa anak petani. Arie malu enggak dapetin Na???
Arie balas ya. Wina kangen. ini juga Wina sambil main gitar lihat foto Arie.
Arie yg semangat ya
Peluk dan Cium
Wina
Sepucuk surat dari Wina. Sang buah hati ini memang terlalu baper. melow. sementara Arie emang disatu sisi agak pemalu. Disisi lain malu maluin. Kadang Arie buat lelucon dan lucu lucuan.
Arie juga agak berkaca kaca membaca surat Wina
Mulai Arie menulis bait demi bait surat balasan.
Wina Sayang,
Arie juga sayang wina, cinta Wina. Kangen sama Wina. Arie juga baru kali ini punya pacar beneran yakni Wina. Kalau yg dulu masih cinta monyet gak jelas, sekarang Arie tau artinya mencintai dan dicintai.
Percayalah sampai saat ini Arie masih setia. Walau jarak memisahkan kita. Tak tahu sampai kapan bisa bertahan rasa kangen ini. Arie Pengennya Wina pindah aja kesini kuliahnya, jadi kita bisa saling mencurahkan rasa rindu. Katanya mau kuliah di Politeknik ITB, sini Arie ajarin semampu Arie. Kalau soal ujiannya sama cuma penyaringannya berbeda. Mungkin bagian exacta yg membedakan. Entah mata kuliah Kimianya Wina yg harus lebih bagus. Macem Arie juga fisikanya yang nilainya harus gede.
Ya udah kalau Wina mau pulang sabtu depan nanti Arie nyusul ke pelabuhan ratu ya. Nanti Arie telpon ke nomor rumah Na ya ....
I love u .... mmuachhh
Arie.
_____
Kedua insan memang sedang dimabuk asmara. Bayangkan saja baru saja jadian sudah harus terpisahkan.
Tiba giliran hari sabtu. Wina pulang ke Pelabuhan Ratu. Namun sepertinya gak bisa bareng Arie.
Ariepun jadwal kuliah kadang malam dan siang ditambah jadwal latihan menwa. Seperti latihan panjat tebing, turun tower. Tapi sesuai janjinya Arie pergi ke Pelabuhan Ratu dari Bandung.
Dari sukabumi saja berjam jam sampai pelabuhan ratu. Tepatnya tidak jauh dari jembatan Desa Loji.
"Pak tau rumahnya papih nani ...?" tanya Arie sesampainya di jembatan desa loji.
"oh iya tahu dek. Ayok naik de" Tukang ojek itu menawarkan.
Maklum ini kali pertamanya ke pelabuhan ratu.
Tanpa banyak cingcong, Arie naik ojek. Hingga sampai rumahnya papih nani. Yang merupakan orang tua Wina.
Rumah lumayan besar untuk ukuran rumah kampung plus ada sebuah parabola. Memang di kampung tersebut kalau tidak pakai parabola channel televisi kurang bagus.
"Assalammualaikum ..." Arie memberanikan diri
Tidak ada jawaban. Oh rupanya ada bel disamping pagar. Arie segera memijitnya ..menggunakan minyak bulus ... Emangnya lagi pijetan. Memijit bel dengan tangannya. Mosok kaki.
"Eh Aa Rie ..." wina datang menghampiri. Membawakan tas koper ransel dan bawaan lainnya. Ya enggaklah cuma bawa keranjang isi talas. Maaf author lagi ngaco. Enggak ngaco cuma cari perhatian aja.
"Dari jam berapa Aa dari Bandung?" tanya Na
"10 jam perjalanan lah win.... Cape juga ya hehehe" kata Arie
"Nanti ya. ... Papihnya lagi ke masjid. Na udah bikinin brownies spesial buat Aa Rie" wina menuntun Arie
Sesampainya dirumah betul saja ada brownies yang disajikan Wina. Wina termasuk orang yang rajin dan perhatian.
Cocok buat calon istri.
"Aya saha neng ?" tanya ibunya wina bernama Endawiah.
"Ada Aa Rie dari Bandung mih" ujar Wina
"Oh baruk ... Aa Rie kabogoh eneng tea?" tanya mamih
"Iya mih" jawab Wina
"Assalammialaikum mih" Aa Rie nyalamin mamihnya wina.
"Waalaikum salam jam sabaraha ti Bandung teh?" tanya mamih
"10 jam yang lalu mih mungkin lebih, tadi ngetem dulu bisnya" Arie menerangkan
"Oh nya sukur atuh, sok sareng si eneng heula mamih bade netepan heula" mamih pergi mau sholat dulu katanya.
Cukup ramah keluarganya Wina dari mulai papihnya dan mamihnya. Cuma ada satu adiknya wina malu malu kucing cuma salam dan masuk kamar aja.
Adik wina masih SMP kelas 3. Cantik mirip Diana Pungky.
"Aa mau sholat dulu?" ajak wina
"Ya atuh ayuk...." kata Arie mengiyakan
Dibawanya ke dapur dan ditunjukkannya toilet dan tempat wudhu.
"Aa gak apa apa ya rumah wina mah rumah kampung." wina tetep saja merasa minder
"Iya gak apa apa. Inimah gede pisan. Lebih gede dari rumah Aa." kata Arie menghibur.
Memang termasuk besar banget rumah Wina. Dari depan sampai dapur layaknya rumah modern, setelah dapur masih ada lagi dapur hawu. yg luas. Tempat papihnya memakai kayu bakar. Dan tungku. Di dapur modern ada kompor gas, tapi dibagian belakang masih ada dapur hawu.
Arie mengambil air wudhu. Guna sholat maghrib. Arie jadi imam dan Wina jadi makmumnya. Sama seperti layaknya suami istri. Sholat bersama sama dan cium tangan selesai sholat dan Arie cium kening wina.
Jangab ditiru ya pemirsa. Harusnya jangan cium ciuman dulu.
Papih winapun datang. Perawakan kekar kumis tebal.
"Saha neng ?" Bisik papih wina
Belum dijawab Wina, mamihnya bisikin papih , takut papihnya marah.
"ieu temen kuliahna Wina geus atuh kadieu we... tong pipiluaneun piih" mamih wina narik tangan papih takut papihnya marah
"Haar ari mamih, moal dinanaon atuh ku papih ge" ujar papih
Namun dengan sigap Arie nyalamin tangan papihnya wina. Sungkem. Dan cium tangannya. Duduk di ruang tengah. Sambil nonton parabola.
Antara mau bersikap tegas berwibawa dan antara pengen kenal. Papihnya wina ngobrol.
Namun wina ngerti. Diajaknya Arie ke ruang tamu. Biar keadaan terlalu canggung.
"Neng siapin makanan atuh. Hayang daang yeuh papih, ajak Aarie nya" papihnya wina menyuruh wina siapin makanan.
"Bentar ya Aa wina siapin dulu makanannya" wina bergegas ke belakang.
Makan malampun tiba
"Tah ieu teh ikan pari, kenging nyandak di palabuan sedep ka ikan pari" papihnya wina nunjukin ikan pari
"Nembean sih pih ... Teu acan pernah nuang ikan pari" Arie setengah kaget
Namun setelah dicoba ternyata ikan pari enak sekali apalagi gajihnya.
"Tah ieu mah sanguna ge ti sawah papih. Sadayana ge kenging melak. Melak pare. Engkin enjing urang ka sawah papih nya" ajak papih
"Iya pih" Arie mengangguk.
"Sawah papih mah satungtung deuleu cep kapungkur mah ayeuna mah sakedik deui tos dibagi bagi" ibunya wina menimpali
"Tah ikan pari ieu ge kenging ngala ti laut. Gaduh 3 pongpong papih teh" tapi diical di palabuan kanu sanes mah" mamih menambahkan
Ya walau sederhana memang ada sombong sombong dikit ibunya wina. Tapi Arie memakluminya. Mungkin mereka bangga dengan pencapaiannya.
Malampun berlalu. Papihnya wina masuk ke kamar tidurnya. Namun Wina mengajak Arie belajar matematika UMPTN
"Aa Ajarin Wina UMPTN ya... ini ada soal soalnya" ujar wina
"Ayo ..." jawab Arie
Satu demi satu soal dikerjakannya. Sampai suatu waktu Arie menggenggam tangan Wina.
Wina hanya terdiam. Ditatapnya Arie. Namun belum sempat ngomong tiba tiba ibu jari Arie mengusap bibir wina.
Wina terdiam. Dag dig dug dibuatnya. Usapan lembut ibu jari Arie mampu menghipnotis wina. Winapun memejamkan mata. Antara gusar, gundah gulana, seneng, deg degan campur aduk.
Bibir Arie mendekat. Terasa nafas wina mulai tak beraturan. Diciumnya disamping bibir wina. Winapun terbuka matanya. Namun belum juga selesai bernafas, tiba tiba tengkuk wina dicium Arie. Bertubi tubi.
Wina mengepalkan tangannya pelan pelan memukul ke dahi Arie. "Aa nakal, nih lihat bulu tangan wina jadi merinding geli tahu"
Arie sepertinya belum siap dan belum berani mencium bibir ranum wina.
Yaa bibirnya pink seperti milik bibir Nike Ardilla.
Namun kali itu bibir itu masih belum terjamah Arie. Arie belum berani.
___
Pagi buta Arie terbangun.
Suara pintu diketuk Wina. Yaa Arie waktu itu tertidur pulas. Sementara seperti biasa Wina menyajikan susu buat Arie seperti yang sudah sudah.
"Papih kemana neng?" tanya Arie
"Papih ke sawah, mau ikut gak?" ajak wina
"Kemana?" tanya Arie
"Ya ke sawah. mau lihat sawahnya gak. Deketin papih ya aa" wina meminta Arie agar deketin papih
"emang kenapa?" tanya Arie
"Ya papih suka kalau ada yang datang ke sawahnya" jawab Wina
Hari itu memang sangat mengasyikkan. Melihat sawah yg menguning. Tanda sebentar lagi akan panen.
Sorenya barulah Arie berkenalan lebih dekat dengan adiknya Wina. Yang dari kemaren hanya di kamarnya saja.
Namanya Tika Nurtika Dewi.
Parasnya cantik sedikit manja dan kadang ketus
Tapi setelah ditanya.
"Neng anterin aa ke masjid dong" ujar Arie ke adiknya wina
"Iya neng anterin aa Arie ke masjid sama ke si uwak di lebak" perintah Wina
"Ayuk aa..." ajak Tika
"Ayok" ...ujar Arie
Agak gemes rasanya pengen cubit pipi adiknya wina. Benar benar mirip diana pungky.
Di sepanjang jalan Arie bersenda gurau dengan adiknya wina. Memeluknya dari belakang
"Iiih aa" Tika berusaha melepaskan pelukan Arie
"Habis aa gemes sama neng tika, kok dari kemaren di kamar aja?" tanya Arie
"Iya aa males" kata Tika.
"Kok males ..." Arie menimpali
"Ya males aja, aa itu rumah uwak" Tika menunjuk rumah uwak.
Dirumah uwaknya disuguhin macam macam makanan. Dari milai rengginang, Opak, Pisang, Wajit.
"Oh ieu calonna neng wina teh???" tanya Uwak
Arie tersipu malu. Mungkin dikampung memang begitu. Satu cerita bisa dari mulut ke mulut dengan cepat.
Hari demi hari sungguh mengasikkan di kampung halaman wina. Dari mulai ke pelabuhan. Ke samudra beach hotel yang didalamnya ada ruangan Nyi Roro Kidul. Dan citarik arung jeram.
____
Hari berlalu waktunya kembali ke Bandung dan Wina ke Bogor. Membawa kenangan manis. Arie dan Wina pergi sama sama ke Sukabumi dan mereka berpisah di sukabumi.
Sepanjang perjalanan penuh kenangan dan pelukan hangat Wina.
***
Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu. Arie tanpa mengunjungi Wina. Karena ada ujian semester dan kesibukan lainnya. Hanya surat dan telpon.
Ada kerinduan yang tak tersampaikan. Inilah ujian sebenarnya dalam percintaan.
Satu satunya yang menemani Arie adalah radio MGT FM. Sementara Wina dalam kesendirian ditemani gitar. Dan Diarynya.
Dear Diary,
Pagi ini Na sangat lelah, maklum lagi datang bulan. Mengapa Arie sudah 2 minggu gak telpon ya. Apa Arie ku sudah melupakanku.
Arie, jangan lupain Na ya ....
***
Kala itu acara yg digandrungi Arie adalah Biro Jodoh Cafe Serasi. Iseng iseng Arie angkat telpon. Dan memutar nomor MGT. Namun ternyata sangat susah masuk karena banyaknya yang masuk terkecuali dengan system redial baru bisa masuk.
"Hallo MGT FM, passwordnya? " sapa penyiar
"Biro Jodoh Cafe Serasi" Jawab Arie
"Nama nama? " tanya penyiar
"Arie " jawab Arie
"Zodiak?" tanya penyiar
"Aries" jawab Arie
"Okay dibelakang Arie siapa? " tanya penyiar
"Widi" jawab widi
"Okay Widi .. Zodiak nya apa? " tanya penyiar lagi
"Sagitarius" jawab Widi
"Cocok ... Silakan ngobrol dibelakang ya sama Arie" penyiar menjelaskan
Arie kaget campur seneng sama grogi. Gak sangka bisa cocok. Padahal ia cuma iseng aja.
"Hallo widi ." sapa Arie
"Iya aa" jawab widi
"Kita jodoh nih wid" Arie mengungkapkan
"Iya... Hihi "jawab widi
"Boleh minta nomornya?" tanya Arie
"Boleh nih nomornya" ujar Widi sambil menyebutkan nomor telpon rumahnya. Karena waktu itu memang belum ada hp. Paling nomor telpon rumah.
Akhirnya Arie telpon rumahnya secara langsung. Kalau tadi disambungkan oleh radio. Tapi sekarang telpon langsung.
"Hallo wid" sapa Arie
"Iya ... Emang nama asli aa siapa?" tanya Widi
"Arie ...emang aslinya Arie ... Emang kenapa ...? Kalau Widi?" tanya Arie
"Iya sama nama widi panggil aja wiwit" jawab widi.
"Emang sekolah atau kuliah wit?" tanya Arie
"Udah lulus SMA belum kuliah, kalau Aa dimana?" tanya Widi
"Kuliah di politeknik ITB" jawab Arie
"ooooo"
"Bulat ..."
"Hehehe "
"Terus gimana ni wid?" tanya Arie
.
"Gimana apanya?" tanya Widi
"Kita jodoh hehehe" jawab Arie
"Ya maunya aa gimana?" widi balik nanya
"Atau kita ketemu aja dulu ya" kata Arie
"Boleh, dimana?" Widi balik nanya
"Di alun alun Bandung ya" kata Widi
Dalam hati kecil kok pertemuannya sama dengan Wina.
"Oh ya udah nanti besok aa telpon ya" Arie mengakhiri telponnya
Arie melamun dan sejenak ia melihat foto Wina di samping telpon rumahnya. Dipandanginya. Kemudian dia tutup foto Wina.
"Heemmm maafin ya Win"
***
Esok yang ditunggupun datang.
Arie nelpon mastiin pertemuannya.
"Hai Wit, gimana jadi ketemu?"
"Boleh aa, nanti wiwit pakai pakaian putih rambut sebahu ya"
"Yaa ... Setengah jam aa sampai disitu ya"
"okay aa... mmmuachh" Widi mengakhirinya
"Gileee udah main kiss kissan hemmm jadi penasaran" gumam Arie dalam hati.
***
"Widi ya ...?" tanya Arie memastikan sambil salaman
"Widi ... iya aa, sendiri aja? Kenalin temen widi namanya Ida" ujar widi mengenalkan temennya
"Arie ... Iya ini sendiri aja" ujar Arie kaku.
Kenapa kaku Arie? Sebab dihadapannya berdiri dua orang cewek cantik dan modis. Widi berparas cantik, tinggi, rambut sebahu dan agak sedikit tomboy. Sementara Ida rambut agak curly, cantik dan feminim. Mereka layaknya cewek cewek Bandung pada umumnya yang cantik dan modis.
"Wit ... Ida tinggal dulu ya. Nanti sore ida ke rumah ya ... Dadah honey ....." Ida berpamitan
"okay say. Calling calling ya" widi melambaikan tangan
"Loh kok temennya pergi, gak apa apa bareng aja... Oh ya udah makan?" tanya Arie
"Belum aa. Aa mau makan?" Widi balik tanya
Merekapun pesan makanan. Sesekali Arie melihat ke raut wajah Widi yang sedikit cuek.
"Kenapa lihatin terus? Naksir y??" Widi menggoda Arie.
"Sedikit sih, habis kamu unik sih. Lucu" jawab Arie
"Apanya yang lucu?" tanya Widi
"Ya lucu cantik ... Tomboy hehehe" Arie mulai gombal
"Preet ... Emang aa belum punya pacar?" tanya Widi
"punya sih tapi jauh di bogor" Arie jujur kacang ijo
"Hemmm dasar play boy, terus gimana? Gak jadi atau mau pikir pikir dulu?" tanya Widi
"Terserah widi mau lanjut apa enggak? Mau terima aa udah punya pacar apa enggak?" Arie simpel
"Ya udah kita coba aja ya. Siapa tahu jodoh. Kalau widi emang masih single aa" kata widi
"Yang penting saling terbuka dan jujur ya. Tadinya aa cuma iseng aja ikutan Biro Jodoh, secara aa udah punya pacar tapi LDR ... Tapi...." Arie menstop pembicaraan
"Tapi apa???" tanya widi penasaran
"Tapi suka beneran sama widi...hehe" kesekian kalinya Arie ngegombalin
"Huh dasar ... Serakah ya kalau cowok. Udah punya satu mau dua atau tiga" widi menimpali
"Ah sama aja cewek juga kadang laki nya banyak" Arie gak mau kalah
"Beda kalau cewek mah aa... Kalau gacoan banyak tapi kalau pacar dihati biasanya cuma satu. Kalau laki laki khan banyak yang polygami mau menang sendiri" ujar Widi
"Ya udah penjajakan boleh khan sebelum janur kuning menancap" Arie keukeuh
"Ya udah. Tapi awas kalau cari cewek lagi ya. Emang pacarnya aa siapa namanya?" tanya Widi
"Namanya Wina, dia kuliah di depok tapi tinggal di bogor. Baru 8 bulan aa pacaran. Jarang ketemu. Paling baru 5 kalian ketemu" Arie menjelaskan
"Tapi aa jangan mempermainkan cewek loh aa.... Kasihan siapa tadi ...?" tanya widi
"Wina ..." jawab Arie
"iya Kasihan Winanya" ujar Widi
"Iya... Tapi aa juga suka sama Widi" jawab Arie
"Aa khan belom kenal sama widi ... Kalau aa mau batalin hubungan kita juga gak apa apa" ujar widi hopeless
"Ya jangan lah. Tadi bilangnya kita coba aja" ujar Arie
"Tapi widi gak mau loh nanti disebut perebut pacar orang" widi cemberut
"Ya udah kita penjajakan dulu ya ... Nanti aa ambil keputusan apa pilih widi atau wina"
Arie juga gak mau kehilangan widi
"Ya udah jangan lama lama kasih keputusannya" ujar widi
***
Hari mulai sore
"Aa pulang yuk udah sore!" ajak widi
"Ayuk .... Aa anterin ya ke rumah widi" Arie menawarkan diri.
"Boleh" jawab Widi singkat.
Akhirnya mereka beranjak dari cafe.
Tapi ada pemandangan aneh. Kok malah Widi yang nuntun Arie. Bukankah seharusnya cowok yang nuntun cewek. Hahaha. Itu karena Widi seorang yanh tomboy dan mungkin lebih dewasa.
***
Sesampainya di rumah Widi, ada ibu Widi yang menyapa.
"Oh ini nak Arie ya? Widi cerita tadi pagi" tanya Ibunya Widi
"Iya bu... Saya Arie" Arie bersalaman
"Emang Widi cerita apa bu?" tanya Arie
"Enggak, cuma cerita kenal Aa Arie di Radio katanya" jawab ibunya widi
"Aa mau minum apa?" tanya Widi
"Apa aja wit gak usah repot repot" Arie basa basi
Widi kebelakang ngambil minuman. Terus terlihat dia mengambil roti.
"Mau dibawah apa diatas?" tanya Widi nunjuk ke lantai atas.
"Emang ada apa di lantai atas?" tanya Arie
"Lihat aja sendiri" Widi berlalu diikuti Arie
"Ah nanti aja udah sore, nanti besok kesini lagi ya, tadi khan capek jalan jalan di alun alun" Arie berpamitan
"Duh anak mamah, salam ya buat Wina" Widi setengah meledek
Arie hanya tersenyum
***
Hari demi hari berlalu. Arie punya teman baru. Tapi Ariepun tetap nelponin Wina.
"Sayang besok ada acara gak?" tanya Arie ke Widi
"Kenapa emang?" Widi balik tanya
"Mainlah ke rumah aa. Khan belum pernah" ajak Arie
"Emang dimana?" tanya Widi
"Di sukajadi" jawab Arie
"Jauh..jemput kesini atuh" Widi meminta
"Ya ... Nanti aa jemput ya" ujar Arie tutup telponnya
Sesampainya dirumah seperti biasa Widi memakai celana jeans. Dan gak pernah terlihat feminim. Selalu tomboy.
"Mau roti goreng gak?" tanya Widi
"Apaan tuh?" tanya Arie
"Ya roti digoreng" jawab Widi
Terlihat Widi mengambil roti dari kulkas.
Kemudian ke belakang. Arie ngikutin dari belakang.
"Emangnya bisa masak?" tanya Arie
"Iih aa belum tahu" jawab Widi
Iya betul aja widi juga bisa masak. Roti tawar dilipat segitiga. Terus dicelupin ke kocokan telor dan daun bawang yang udah dikasih bumbu. Terus digoreng.
Arie memeluk pinggang widi yang tengah memasak. Dan melingkarkan tangannya diperutnya. Memang Widi selalu pakai baju kemeja yang diikat dan membiarkan perutnya terbuka dan memakai jeans. Modis dan tomboy.
"Enak juga, bisaan kamu masak ya" ujar Arie
"Emang wina gak bisa masak?" lagi lagi Widi membahas Wina
"Bisa ... Dia juga bisa masak" Arie jujur
"Kenapa atuh masih cari cewek lain" ujar Widi
"Mau dibahas lagi nih" Arie nimpalin
"Enggak juga sih. Sebel" Widi mulai cemberut
"Jealous ya..." ledek Arie
"Idih ge er.... Siapa yang jealous yey" ujar Widi
"Ayok ke rumah Arie, udah siap belum atau ke Alun alun dulu ya" ajak Arie
"Ayok siapa takut" ujar Widi. Widipun mengganti pakaiannya dengan kaos bermerk.
Merekapun berpamitan.
***
Alun alun Bandung tempo doeloe belum seperti sekarang. Masih ada Hero. Dan Alun alun tidak menyatu dengan masjid. Masih terpisah jalan Dewi Sartika yang nyambung ke jalan Banceuy.
Lantas Arie dan Widi melanjutkan perjalanan menuju rumah Arie di Sukagalih, Sukajadi.
Masih belom ada jalan layang paspati dan masih belum ada Paris Van Java.
Semilir angin bandung terasa menusuk tulang.
"Nihh rumah Aa Arie, tepatnya rumah di Bandung. Sebetulnya rumah Arie di Majalengka. Disini orang tua beli lagi buat tempat singgah aja. Karena anak anak papah khan pada kuliah di Bandung" Arie menjelaskan
"Ooh ... Emang pada kemana kok sepi?" tanya Widi
"Ceuceu lagi kerja di Asuransi, Ayud jarang pulang, mungkin lagi sama temennya" Arie menerangkan.
Rumah kecil tapi ada sofa. Widi duduk di sofa.
"Mau minum apa?" tanya Arie
"Emang adanya apa?" seperti biasa Widi kalau ditanya akan balik nanya
"Ada marjan, ada es teh manis, atau kopi atau teh manis" Arie bak pelayan
"Bear brands ada gak?" tanya Widi
"Ini tahun 95 belom ada bear brand, jangan jangan widi dari masa yang akan datang?" Arie keheranan.
* Gak usah heran. Author khan dari masa depan, biar dapet endorse dari produk ybs. Hehe #Bearbrands
"Oh yang ada aja deh, marjan juga boleh" jawab Widi
Arie menyajikan minuman marjan dingin.
Karena dingin lebih enak.
* #marjan ditunggu endorse nya hehe
Arie duduk di sofa. Kemudian memutar channel serial baywatch di televisi.
"Pasti kalau cowok sukanya film yang sexy sexy. Bukan mau nonton filmnya. Tapi nonton pantat sexy pemainnya ya khan" ujar Widi
"Khan penjaga pantainya ada juga cowok sexy, badannya bidang. Six pack yeey pasti cewek juga suka" Arie tak mau kalah
Arie menarik tangan Widi dan mendudukkan Widi dipangkuan Arie yang duduk melintang di sofa kecil.
Widipun terdiam tidak berontak. Cewek yang satu ini cool aja.
Tapi ada terlihat grogi juga widi. Menandakan mungkin ini pertama kali juga bagi dia.
Sesekali pandangan Arie ditujukan ke widi.
Perlahan Arie melingkarkan tangannya di perut Widi.
Widi hanya terdiam menyaksikan tv. Tapi Arie yakin bukan tidak merasakannya. Merasakan sentuhan itu.
Suasana hening dan terdiam. Arie hanya memainkan jari jemarinya diperut widi. Mengusap bagian pusarnya.
Mungkin terbawa suasana. Ditambah tontonan baywatch yang menggairahkan
Entah setan apa yang masuk. Tiba tiba Arie berciuman dengan Widi. Dan Widipun menyambutnya. Ya untuk pertama kalinya ciuman bibir itu dilakukan, yang tidak pernah Arie lakukan ke Wina sekalipun. Lama berpagutan. Tapi ada getaran dari lidah Widi. Menandakan Widipun melakukan pertama kalinya.
Sepuluh menit mungkin mereka berpagutan.
Arie melepaskan ciumannya dan memandangi widi dengan senyuman. Widi hanya melotot sebentar. Kemudian Arie memberi ciuman kecil lagi ke bibir Widi.
Kali ini Widi tidak membuka mulutnya tidak seperti tadi menjulurkan lidahnya saat berpagutan.
Mereka kembali nonton televisi. Tidak ada obrolan apa apa. Semua kelihatan grogi. Maybe both of them dont like a stranger.
Maklum keduanya memang baru kenal satu dengan yang lainnya.
Tidak sampai disitu. Tangan Arie mulai mengelus ngelus ke bagian dalam kaos H&M Widi. Posisi Arie dibelakang Widi yang duduk dipangkuan Arie.
Ibu jari Arie mulai masuk ke bagian bra Widi. Tapi Widi hanya terdiam melihat televisi. Tapi widipun merasa ada sesuatu yang masuk ke bra nya.
Arie mulai mengelus ngelus bagian bawah payudara Widi dengan ibu jarinya dibalik kaosnya. Perlahan. Ia mulai menggeser ibu jarinya ke bagian puting Widi.
Semuanya masih tidak terlihat. Karena masih berpakaian lengkap.
Sesekali Widi hanya menatap dan melotot sebentar ke Arie. Tapi Arie tetap melanjutkan usapannya. Terasa sekarang puting Widi mengeras.
Beberapa menit kemudian Arie melingkarkan tangannya mencari cari pengait BH dan melepaskan kaitannya.
Kemudian Arie dengan leluasa memasukkan tangannya dari dalam kemeja ke BH widi.
Arie meremasnya. Kali ini nampak air muka Widi terlihat. Berkeringat.
Widi hanya terdiam.
"Lihat ya aa ... Pengen lihat" Arie pengen lihat bukit kembar Widi
Widi hanya membalas dengan melotot sebentar. Tanda ia tidak setuju.
Arie tetap melanjutkan remasannya.
Karena dari belakang Arie mendorong punggung Widi sehingga dari lingkar leher kaosnya terlihat bukit kembar widi.
"Udah kelihatan kok, lihat ya please" Arie mulai merajuk. Lagi lagi Widi hanya melototkan matanya sebentar tanda ia tidak setuju.
Arie kembali meremas remas kedua bukit kembar widi dari belakang. Kemudian membalikkan badan widi hingga berhadapan. Masih posisi Widi dipangkuannya. Tanpa basa basi dan minta ijin kali ini Arie mengangkat kaos Widi. Terlihatlah bukit kembar Widi. Dengan puting hitamnya. Bukit kembar berukuran 36 B lumayan besar. Tanpa basa basi. Arie menciuminya .. Mimi susunya. Widi hanya melotot saja. Tapi terakhir mengulas senyumnya.
Semua kemesraan berlangsung kurang lebih setengah jam.
"Aa mau ke toilet dulu bentar" Widi minta ijin
Rupanya mungkin Widi pengen pipis. Akibat permainan tadi.
"Ikuut " Arie merajuk. Ngikutin Widi.
Tapi Widi acuh tak acuh, masuk ke kamar mandi dan menutupnya. Lalu terdengar suara weeeerrrrr. Tanda ia pipis. Membuyarkan hasrat Arie.
Hahaha. Hasrat Arie tuk lebih jauh buyar karena denger suara pipis Widi.
Selesai pipis. Entah malaikat mana yg tiba tiba datang.
"Udah sore. Sholat dulu yuk" ajak Arie
Widi hanya menganggukkan kepala.
Akhirnya mereka sholat dikamar depan. Selesai sholat Widi berbaring dengan mukenanya. Arie ikut berbaring dibelakangnya dan memeluknya.
"Kok kayak kakak adik ya" ujar Arie
"Masa? Tapi kok gituan tadi sama widi" tanya Widi
"Iya tapi kok sekarang kayak kakak adik. Arie sayang widi loh" ungkap Arie
"Terus Wina gimana?" tanya Widi
"Entahlah. Mungkin Arie kesepian dan sekarang ada Widi disamping Arie" Arie terbesit ingatan kepada Wina. Betapa ia telah mengecewakannya.