webnovel

(In)Sanity

*(R-18)!!! Yuna Akari, Sejak kecil sudah sendiri. Dia selalu sendiri dan tidak pernah ada seorang pun yang ingin bersamanya. Dia selalu di nilai aneh dan sangat Misterius dengan perban yang membalut beberapa bagian tubuhnya. Dia di jauhi, Tidak dicintai, dan tidak di pedulikan. Kedua Orang tuanya mencampakkannya. Orang-orang menjauhinya. Membuatnya selalu..Menyendiri. Yuna Akari memiliki masalah Mental yang sudah ada di dalam dirinya semenjak kecil, Yaitu merasakan rasa bosan yang amat cepat. JikaYuna tidak melaksanakan Hobinya setiap waktu yang sudah ia tentukan, Maka Yuna akan..Menjadi…GILA! Dan jika ada yang berani untuk menyakitinya, Yuna juga akan menjadi…GILA! Dari kecil ia sudah memiliki hati yang Kosong, Hampa, yang tidak dapat di isi oleh siapa pun. Lalu, Dia bertemu dengan seorang Malaikat. Seseorang yang dapat mengisi hatinya yang kosong dan hampa. Seseorang yang dapat menenangkan dirinya dari masalah Mentalnya. Tapi jalan untuk mendapatkannya tidak lah mudah. Selalu saja ada seseorang yang ikut campur dengan Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang mendekati Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang menghalangi jalannya untuk mendapatkan Malaikatnya. Dan orang-orang itu membuat Yuna Akari iritasi. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan Malaikatnya. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan orang-orang yang mencoba untuk mendekati Malaikatnya. Itupun jika dia harus.. MENYAKITI MEREKA SEMUA! Itupun jika Yuna harus… MEMBUNUH MEREKA SEMUA! ..Mereka tidak punya pilihan lain. ..Malaikatnya Harus menjadi miliknya. ..Menjadi milik Yuna Akari.

FHNorai · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
41 Chs

Vol. 2 - CH. 1 - Part Two

Hari itu...

Malam itu...

Kemarin...

Aku tidak memiliki penyesalan sama sekali.

Aku melakukan hal yang tepat untuk memberinya pelajaran.

Mungkin aku akan merasa berat dan sedikit bersalah nantinya..Tapi untuk sekarang aku tidak menyesalinya.

Bagiku...

Menyakitinya selalu menjadi ujian dan hal yang sangat berat untuk ku.

Bukan melawan petarung yang kuat atau bahkan lebih besar dari ku tapi justru membully dan menyakitinya selalu menjadi hal yang paling sulit untuk ku jalani dan ku lakukan.

Lalu kenapa aku melakukannya...

Aku juga tidak tahu kenapa...

Jika ku ingat kembali...

Mungkin karena adik ku..

Atau mungkin...

Karena perasaan yang tidak dapat ku pahami ini...

Mungkin karena itu.

Mungkin saja.

Di saat aku tertidur dan memimpikan kejadian kemarin, Ada sesuatu yang menggerakkan tubuhku dengan pelan dan halus namun ada sedikit paksaan darinya.

Badan ku terus bergoyang sampai aku dapat mendengar suara manis yang lembut keluar dari mulut seorang anak kecil.

"Kakak bangun ini sudah pagi nanti telat loh"

Suara seorang gadis kecil yang manis dan imut itu justru menenangkan pikiran dan tubuhku. Aku justru tidak merasa terganggu dan tidak membuatku terbangun dari tidur ku.

Lagi, Suara itu kembali terdengar sekali lagi.

"Kakakkkk!!!"

"Hmmmmm...Kakak Bangunnnn!!!"

Mendengar teriakannya yang imut justru membuat ku ingin tertawa.

Menahannya tidak bisa, Jadi daripada ku tahan tawa ini lebih baik ku keluarkan"

"Fuuu...Ahahahahahahahaha, Kau manis sekali, Yua. Aku tidak tahan mendengarnya"

"Mmmmmm...Kau selalu seperti itu, Kak"

"Ahahahaha, Maaf. Aku tidak pernah bisa menahannya"

"Kalau begitu cepat bangun! Ini sudah pagi tahu"

"Baik-baiklah, Aku akan segera bangun. Kau juga pastinya sudah lapar bukan"

"Hmph. Justru aku sudah membuatkan sarapan pagi buat kita berdua"

"Heh? Sungguh? Jam berapa ini?"

"Jam 7 pagi. Nanti kakak bisa telat...Sudah ku coba bangunin kok dari tadi, Kakak malah terus tidur gak bangun-bangun"

"Ahhh...Gawat...Sejam lagi aku masuk"

"Kalau begitu cepat!"

"Benar. Permisi, Yua. Aku akan segera mandi, Tidak ada waktu untuk lari pagi. Siap kan sarap- Kalau itu sudah ya"

"Cepat Kakkk!"

"Ok, Segera"

Aku segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Setelah mandi, Aku mengenakan seragam sekolah ku dan memasukan buku-buku pelajaran untuk hari ini.

Setelah semuanya beres, Aku langsung menuju ke meja makan yang terletak di lantai pertama tempat tinggalku.

Aku dan adik ku melahap makanan yang sudah di sediakan olehnya dengan santai dan tenang tidak terburu-buru..Walaupun sekarang kondisi ku benar-benar di kejar oleh waktu.

Setelah selesai makan, Aku bersiap untuk menuju ke sekolah.

Aku duduk di depan pintu rumah memakai sepatu ku. Dari belakang, Adik ku menyampiriku.

"Kak..."

"Oh, Ada apa, Yua? Kau ingin menitip sesuatu sebelum kakak pulang nanti"

"Sebenarnya...Apa sekarang aku sudah boleh menjemput Kakak sepulang seolah nanti?"

Aku terdiam sebentar lalu menjawab.

"Haha. Yua, Sudah kakak bilang kakak ini sudah besar dan kuat, Yua tidak perlu menjemput kakak dan mengkhawatirkan Kakak"

"Tapi Yua ingin-"

"Dan sudah kakak bilang untuk tidak bertemu dengannya, Bukan!"

"Mph-"

Gertakan ku yang besar dan sedikit kesal tadi menakutkan Yua sampai Yua tidak dapat berbicara sama sekali.

Aku sedikit merasa bersalah karena menggentaknya tadi.

Aku membuang nafas sedikit lalu kembali berbicara sambil tersenyum kepadanya.

"Yua, Maafkan kakak tapi kakak sudah bilang kalau orang itu tidak suka di ganggu"

"Tapi, Kakak itu terlihat sangat baik di depan, Yua"

"Semua orang yang tidak suka di ganggu akan bersikap seperti itu saat ada yang mendekatinya"

"Begitukah..."

Terlihat wajah kecewa keluar dari Yua.

Dia mungkin berpikir kalau selama ini hubungannya dengan Yuna ternyata bukan apa-apa dan mungkin sekarang dia pikir kalau Yuna tidak memiliki perasaan apapun terhadap Yua.

Untuk mengembalikan moodnya, Aku berusaha untuk menghiburnya.

"Haaa Ah. Kau selalu seperti ini, Yua. Pasti ada maunya, Kalau begitu katakan pada kakak kau mau di beliin apa nanti"

"B-Benarkah"

"Kakak ingin membelikan mu sesuatu nanti setelah pulang sekolah dan pertemuan dengan Manager kakak, Bukannya mengizinkan mu bertemu dengannya"

"E....Ehehehe...Maaf. Terbawa suasana"

"Kau ini. Kalau begitu kau mau apa? Yang seperti biasanya?"

Yua menggelengkan kepalanya sebelum berbicara.

"Tidak. Aku tidak perlu apa-apa. Cukup kakak kembali pulang ke rumah tanpa luka itu saja sudah cukup"

"Hm, Kau meremehkan kakak, Yua. Bahkan dalam pertarungan, Kakak itu tidak pernah terluka"

"Hmphhh, Waktu itu kakak terluka di bagian kaki, Bukan"

"Waktu itu lawan kakak tidak sportif..Lagi pula tidak ada yang sportif di Death-Seum"

"Bukannya itu bahaya...Dan juga, Apa itu Death-Seum?"

A!...Aku tidak sengaja mengatakan tempat Promosi dimana aku bertarung ke Yua. Yua sama sekali tidak tahu dimana aku bertanding dan apa itu Death-Seum.

"Aaaa, Tolong lupakan yang itu"

"T-Tapi....Baiklah"

"Hehe, Kakak berjanji kakak akan pulang dengan selamat sampai ke rumah. Kalau Yua tidak ingin sesuatu maka kakak nanti akan bawakan makanan favorit mu saja nanti, Ok"

"Emm, Ok"

"Kalau begitu. Kakak pergi"

"Tentu. Selamat jalan. Hati-hati di jalan, Kak"

Setelah berpamitan dengan Yua, Aku menuju ke sekolah ku dengan berjalan kaki. Walaupun dalam 40 menit kurang sebelum bell masuk sekolah, Aku tetap berjalan dengan tenang dan santai karena aku tahu kalau aku tidak akan telat.

Perkenalkan, Namaku Ichika Shizuka, Juga di kenal sebagai Zuka. Bersekolah di SMA Nishigami di kelas 2-B.

Aku memiliki bentuk tubuh yang sedikit terbentuk beda dari perempuan yang lain. Hampir semua tubuhku memiliki otot namun tidak begitu terlihat tapi tenaga ku ini bukan main.

Aku memiliki tinggi badan yang cukup tinggi berbeda dengan remaja perempuan seperti biasnya. Aku terkenal sebagai perempuan yang paling tinggi di Sekolah menyaingi murid tertinggi di sekolah yaitu seorang atlet basket sekolah, Seorang laki-laki.

Aku memiliki rambut merah yang pajang dan sedikit berantakan dimana aku tidak terlalu suka merapihkannya. Jika di rapihkan bagiku itu tidak terlihat sangat cocok untuk ku jadi jika terkadang orang-orang meminta ku untuk merapihkannya maka aku akan menguncirnya ke ponytail agar lebih mudah dan cocok untuk ku.

Omong-omong yang sebelumnya barusan adalah Yua adikku. Nama lengkapnya adalah Yua Sakura. Dia memiliki rambut yang panjang berwarna hitam dan di bagian dalamnya berwarna pink.

Dia masih duduk di bangku 6 SD dan dia juga lebih pendek dari ku saat aku seumurnya. Walaupun kakak beradik kita berdua justru memiliki sedikit perbedaan. Aku ahli bela diri sedang kan dia tidak, Aku kuat sedangkan dia tidak, Sifat ku sering tidak jujur sedangkan dia selalu jujur dengan apa yang dia pikirkan.

Walaupun begitu, Kami berdua saling menyayangi satu sama lain.

Aku berjalan sendiri menuju sekolah karena sekolah ku memang tidak jauh dari tempat aku tinggal dan dapat di tempuh hanya dengan berjalan kaki. Aku mungkin akan menjadi semakin cepat dengan sepeda tapi aku sudah sangat yakin dengan kecepatan berjalan ku.

Dalam waktu kurang dari 40 menit dimana aku hampir saja telat, Aku berhasil sampai di sekolah ku, SMA Nishigami, Sekolah terhijau di kota...Hanya untuk sekolah dan lingkungan juga fasilitasnya saja..Tidak untuk beberapa muridnya.

Sayangnya aku mendapat reputasi 50 persen Baik dan 50 persen Buruk. Baik karena aku terkenal akan keahlian bela diri ku dan menjadi petarung terkuat sekolah sedangkan Buruknya karena aku sering terlihat membully Yuna.

Bahkan hanya karena aku membully Yuna, Aku langsung di cap sebagai pembully dimana padahal itu adalah kali pertamanya aku membully seseorang..Dan aku tidak tahu kenapa aku melakukan itu..Aku tidak bisa jujur dengan perasaan ku sendiri.

Di setiap jalan ku di sekolah, Aku selalu mendapat tatapan yang sedikit canggung. Canggung karena aku ini yang paling kuat dan canggung karena reputasi dan gosip mengenai ku sebagai pembully Yuna.

Perasaan ini sedikit membuat ku kesal. Aku tidak masalah di lihat dan di pandang seperti itu, Tapi yang aku kesali adalah mereka yang juga sering mengganggu Yuna justru melihat ku buruk seperti ini..Benar-benar menjengkelkan. Rasanya aku ingin menghajar mereka lalu meludahi mereka.

Aku menuju ke kelas ku yaitu kelas 2-B kelas yang di bilang sebagai kelas terpintar kedua di sekolah. Walaupun begini aku juga berusaha untuk meningkatkan nilai akademik ku karena bagi ku akademik juga penting selain kekuatan fisik.

Dari luar, Keempat teman ku yang bukan dari kelas ini masuk ke kelas ku dan memanggil ku.

"Zukaaa"

"Oh, Kalian"

Mereka adalah sahabat-sahabat ku.

Yang pertama adalah Azuna. Dia yang paling dekat dengan ku dan dapat di bilang kalau dia yang paling tahu banyak mengenai ku bagi ku juga dia sangat cantik dan bagi ku dia yang paling cantik di kelompok kita, Tapi entah kenapa orang-orang bilang aku lebih cantik darinya..Aku bingung. Dia sekelas dengan ku di kelas 2-B.

Yang kedua adalah Rezuki. Dia yang paling tenang dan paling cepat tanggap dalam mengatasi sesuatu. Dia juga yang paling mudah memahami perasaan orang lain. Bagi ku dia yang terlihat paling Cool bahkan dengan rambut pendek miliknya itu. Dia juga memiliki tinggi yang hampir sama denganku. Aku dengannya juga terbilang sangat dekat sama seperti dengan Azuna.

Yang ketiga adalah Aoi. Bagi ku dia yang paling pintar. Oh, Dia juga sekelas dengan ku di kelas 2-B, Itu artinya kami berdua yang dapat di bilang yang paling pintar di kelompok. Dia juga menjadi penjaga kuil di dekat rumahnya.

Yang keempat adalah Niko. Dia yang paling ceria dan kami sering menggunakan tempat tinggalnya sebagai tempat kumpul bersama. Dia mungkin yang paling terlihat seperti anak-anak di kelompok kami dan rambutnya sangat panjang sampai dia mengikatnya ke Twintail atau Pigtail setiap saat.

Dan yang terakhir adalah Sara. Bisa dibilang dia yang paling...Emmm...Gal...Mungkin sedikit nakal. Ide stalking juga berasal darinya juga menjauhi Himawari juga darinya. Jujur terkadang kita sedikit kesal dengan sifatnya yang arogan. Tapi dia juga memiliki sifat yang baik. Dia memiliki adik laki-laki yang sangat dia sayangi.

"Zuka...Begini...Kami-"

"Bagaimana kemarin. Kau sudah melampiaskan semuanya"

"REZUKI!!!"

"Ohhh...Kalian menyadarinya ya. Itu pasti kau, Rezuki, Yang mengatakannya kepada yang lain"

"Kalau bukan aku lalu siapa lagi"

"Hmph. Kau memang hebat Rezuki. Terkadang aku selalu menginginkan kelebihan mu itu"

"Terima kasih tapi asal kau tahu saja, Zuka. Dapat memahami perasaan orang lain dengan mudah seperti ini itu tidak selalu menyenangkan"

"Apa aku dapat mengartikannya sebagai suatu hal yang positif?"

"Tidak"

"Hmph. Baiklah kalau begitu"

Terkadang perbincangan aku dengan Rezuki memang susah untuk di tangkap oleh orang lain yang mendengarnya karena tanpa harus berbicara panjang lebar, Rezuki sudah dapat dengan mudah mengerti apa yang ingin kita katakan, Jadi sebenarnya sangat mudah untuk berbicara dengan Rezuki ketimbang dengan orang lain.

"N-Nee...Zuka...Apa benar kalau kau...Meng-...Melakukan itu kepada Yu-...Dia"

Mendengar Niko yang berusaha berbicara dengan ku dengan cara berhati-hati membuatku sedikit risih tapi aku tahu kenapa dia berbicara seperti itu. Dia melakukan itu untuk melindungi reputasi ku dan mencoba untuk tidak memperburuknya.

"Itu tidak perlu di tanya lagi, Niko. Zuka benar-benar melakukannya. Terkadang untuk Zuka, Kekerasan adalah jawaban yang lebih mudah untuknya"

"Sara!!!"

"Aa. Tentu. Apa kau kira aku akan diam saja dan melepaskannya begitu saja. Tidak bukan"

"Tapi, Zuka...Yuna-"

"Aku melakukan apa yang harus ku lakukan, Niko. Aku tahu kalau itu hari mengenang Himawari tapi setelah melihatnya tersenyum saat itu...Aku tidak bisa menahan emosi ku"

"Bagiku kau masih lemah, Zuka..Secara perasaan...Atau mental namanya"

"Sara!"

"Tidak...Sara benar, Niko. Aku masih cukup lemah"

"Fisik dan Mental itu dua hal yang cukup berbeda"

"Aa. Kau paham, Aoi"

"Tidak sepenuhnya. Aku tidak bisa memahami seseorang yang menghajar habis-habisan seorang perempuan yang lebih lemah darinya dimana dia tidak dapat melawan"

"Hmph...Sekarang aku merasa sangat terhina"

"Bagus untuk mu merasakan hal seperti itu, Zuka"

"Azuna juga"

"Kau harus lebih mengerti, Niko. Ingat kenapa kita melakukan hal seperti ini di awal, Zuka. Kita hanya mengikuti kemauan mu untuk mendekati Yuna, Bukan untuk membunuhnya. Ingat"

"Hmph...Aa...Maafkan aku"

"S-Semuanya...Cobalah untuk tidak kasar kepada Zuka"

"Itu tidak bisa, Niko"

"Ya. Zuka harus mengerti perbuatannya. Kali ini sudah berlebihan"

"S-Semuanya..."

"Aku akan berusaha untuk menahan diriku kedepannya"

"Lebih baik kau menahan dirimu hanya terhadap Yuna tapi tidak kepada lawan bertarung mu"

"Ya, Aku paham itu, Azuna"

"Dan juga..."

"Ada apa, Aoi?"

"Kau juga harus tahu, Perbuatan mu kemarin membuat Yuna izin tidak masuk selama 2 minggu kedepan"

Perkataan Aoi mengejutkan ku sampai membatku berdiri dari tempat duduk ku"

"Benarkah itu!?"

"T-Tunggu dulu, Niko belum mendengar berita ini"

"Tadi tidak sengaja saat aku lewat di depan ruang guru, Ada telepon dari wali Yuna dan mengatakan kalau Yuna izin sakit tidak masuk untuk 2 minggu kedepan"

"Dengan begitu hanguslah sudah rekor masuknya selama 2 tahun ini. Foooo"

"B-Begitu...Kah...Apa yang telah ku lakukan"

"Itu lah alasan kenapa kami mengatakan hal ini kepada mu, Zuka. Kau sudah kelewatan. Kami tidak peduli jika kau melakukannya kepada lawan mu yang dapat membela diri mereka masing-masing tapi kepada Yuna..Sama dengan membunuhnya secara perlahan"

"....Aku tahu itu"

"Kalau kau tahu seharusnya kau tidak melakukannya"

"..."

".....Haaaaaaahhhh. Kau terkadang memang sangat sulit untuk berpikir cepat dengan jernih, Zuka. Itu lah sebabnya aku selalu meminta mu untuk sedikit lebih tenang. Kalau begitu aku, Niko, Rezuki dan Sara pamit dulu. Kami datang hanya untuk mengingatkan mu. Sampai jumpa nanti"

Aoi, Rezuki, Niko dan Sara kembali ke kelas mereka masing-masing...Tapi sebenarnya mereka bertiga di kelas yang sama yaitu kelas 2-C.

Di kelas hanya tersisa aku dan Azuna dari rombongan ku. Azuna masih berbicara dengan ku sebentar sampai bell pertama sekolah berbunyi.

"Ini hanya saran ku saja, Zuka. Kau harus mengambil kewajiban untuk menjenguk, Yuna setelah pulang sekolah nanti dan selanjutnya itu semua terserah padamu. Kau mengerti"

"Aa...Aku mengerti"

Dengan begitu, Jam pertama kami...Dimulai.